NovelToon NovelToon
Pedang Abadi Dan Bunga Sakura Es

Pedang Abadi Dan Bunga Sakura Es

Status: sedang berlangsung
Genre:Ilmu Kanuragan / Perperangan / Fantasi Timur / Action / Romantis / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Michael Nero

Di dunia kultivasi yang kejam bernama Benua Azure Langit, seorang pemuda desa bernama Lin Feng seumur hidup dianggap “sampah” karena dantian rusak yang membuatnya tak mampu menyerap Qi. Diejek, dikhianati, bahkan tunangannya membatalkan perjodohan demi masa depan yang lebih cerah.

Dari seorang anak desa yang terbuang hingga menjadi legenda yang ditakuti sekaligus dikagumi, Lin Feng berjuang membuktikan bahwa bahkan “daun kering” bisa menjadi pedang abadi yang membelah langit. Bersama Su Ling’er, ia menapaki jalan panjang menuju keabadian—jalan yang dipenuhi darah, air mata, tawa, dan cinta abadi yang tak pernah layu seperti bunga sakura es di puncak gunung suci.

Sebuah kisah epik xianxia klasik penuh aksi kultivasi, balas dendam yang memuaskan, romansa manis yang berkembang perlahan, serta perjalanan menjadi tak terkalahkan sambil melindungi orang yang dicintai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Michael Nero, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5: Tarian Pedang Di Tengah Salju

Arena 1 pagi itu terasa lebih dingin daripada arena-arena lain. Embun di atas batu putih belum sempat menguap, malahan kembali membeku menjadi lapisan tipis es yang berkilau di bawah sinar matahari pagi.

Ribuan pasang mata tertuju pada dua sosok di tengah lingkaran, seorang pemuda berjubah abu-abu sederhana dengan pedang yang dibuat dari kayu persik di tangan, dan seorang gadis berjubah putih yang auranya membuat napas penonton membentuk kabut putih di udara.

Elder pengawas, kali ini seorang wanita tua bernama Elder Xue, mengangkat tangan. “Pertarungan ini akan berlangsung sampai salah satu menyerah, keluar arena, atau tak mampu melanjutkan. Mulai!”

Su Ling’er tak membuang waktu. Ia melangkah maju satu langkah ringan, pedang kristal esnya menebas diagonal dari kiri atas. Gerakan itu tampak lambat, tapi sebenarnya sangat cepat—hanya ilusi karena udara di lintasan pedang langsung membeku menjadi seribu jarum es kecil yang melesat ke arah Lin Feng.

Es Seribu Jarum – Kelopak Pertama.

Lin Feng menggerakkan kakinya dengan pola langkah aneh yang tak terlihat oleh kebanyakan orang. Tubuhnya bergeser hanya beberapa inci, menyebabkan semua jarum es meleset tipis kemudian menusuk batu di belakangnya hingga retak membentuk bunga es.

Ia membalas dengan tebasan sederhana ke depan. Pedang kayu meninggalkan garis biru tipis yang melengkung lembut, seperti hembusan angin musim semi yang menyapu salju.

Ketika garis itu bertemu dengan sisa hawa dingin Su Ling’er. Tak ada dentuman keras—hanya terdengar suara “kresss” pelan saat es mencair menjadi uap air yang naik ke langit.

Mata Su Ling’er menyipit tajam. Untuk pertama kalinya sejak ujian dimulai, ia merasakan tekanan nyata. Intent pedang lawannya ini terlalu murni, terlalu tenang, hingga terasa menakutkan.

Ia mengubah sikap pedangnya menjadi posisi bertahan, lalu tiba-tiba menghentakkan kaki ke batu arena. Ledakan kabut es meledak dari tubuhnya, menyelimuti seluruh arena dalam kegelapan putih tebal.

Penonton di luar hanya bisa mendengar suara logam beradu dan hembusan angin yang semakin kencang.

Kabut es itu bukan sekadar penghalang pandang—ia adalah domain kecil Su Ling’er. Di dalamnya, suhu turun drastis, gerakan lawan menjadi lebih lambat karena udara yang membeku di sekitar tubuh, dan pedang kristalnya bisa muncul dari segala arah.

Serangan datang bertubi-tubi, tusukan dari belakang, sapuan dari samping, tebasan dari atas. Setiap serangan meninggalkan jejak es abadi di udara yang baru mencair setelah beberapa detik.

Lin Feng tak panik. Ia menutup mata sejenak, lalu membukanya lagi— matanya kini memancarkan cahaya biru samar. Intent pedangnya menyebar seperti riak air, merasakan setiap hembusan dingin di sekitarnya.

Ia mulai bergerak.

Langkahnya tak cepat, tapi selalu tepat pada waktunya. Pedang kayu persiknya menangkis, memblok, atau menebas balik dengan gerakan minimal. Setiap kali pedang kristal Su Ling’er mendekat, bilah kayu itu sudah ada di sana lebih dulu, mematahkannya dengan dentang halus yang terdengar seperti lonceng kaca.

Su Ling’er semakin terkejut. Ia sudah mengerahkan tujuh puluh persen kekuatannya, tapi lawannya masih terlihat santai. Bahkan napasnya tak terganggu.

Ia memutuskan untuk meningkatkan level.

Kaki kirinya menghentak lagi, kali ini lebih keras. Kabut es berputar membentuk pusaran besar, dan di tengahnya muncul bayangan naga es setinggi sepuluh meter yang melingkar di atas kepala mereka.

Domain Es Langit – Naga Salju Menggigit Jiwa.

Naga itu menukik turun, mulutnya terbuka lebar, siap menelan Lin Feng utuh.

Lin Feng mengangkat kepala. Ia menghela napas pelan, lalu mengubah sikap pedangnya menjadi posisi rendah, ujung pedang kayu mengarah ke tanah.

Qi di sekitar tubuhnya mulai berubah. Bukan lagi angin musim semi yang lembut, tapi hembusan yang lebih dalam, lebih abadi—seperti angin gunung yang membawa akhir musim dingin menuju kehangatan baru.

Ia segera mengayunkan pedang dari bawah ke atas dalam satu gerakan melengkung sempurna.

Pedang Abadi Langit – Gerakan Kedua: Musim Semi Membelah Es.

Garis biru tua muncul, kali ini lebih tebal, lebih panjang. Ia naik dari tanah mengikuti gerakan pedang Lin Feng, membelah pusaran kabut, membelah bayangan naga es, dan terus maju hingga menyentuh ujung pedang kristal Su Ling’er.

Crack!

Pedang kristal itu retak di bagian tengah, meski tak sampai patah. Getaran kuat membuat tangan Su Ling’er sejenak mati rasa, tubuhnya terdorong mundur tiga langkah besar hingga hampir menyentuh batas arena.

Kabut es langsung buyar seketika, memperlihatkan keduanya kembali kepada penonton yang terdiam.

Su Ling’er menatap retakan di pedangnya dengan tatapan sulit dipercaya. Pedang itu adalah harta keluarga Su, dibuat dari Es Abadi Gunung Utara—seharusnya tak mungkin retak hanya karena bertabrakan dengan pedang kayu biasa.

Lin Feng tak mengejar. Ia hanya menurunkan pedangnya kembali, menunggu.

Sementara gadis itu menggigit bibir bawahnya pelan. Darah tipis mengalir dari lengannya karena benturan tadi, tapi ia tak peduli. Aura di sekitarnya naik lagi— kali ini bukan es biasa, tapi es biru tua yang lebih pekat, tanda ia mulai menggunakan akar roh langit miliknya sepenuhnya.

“Baiklah kau memang layak untuk membuatku serius,” gumamnya pelan, tapi cukup keras untuk didengar Lin Feng.

Ia menusuk pedang retaknya ke depan, lalu menariknya ke belakang dengan gerakan memutar. Ribuan kelopak es kembali muncul, tapi kali ini setiap kelopak berisi intent es yang jauh lebih tajam.

Es Seribu Kelopak – Mekar Penuh.

Kelopak-kelopak itu berputar membentuk tornado es yang menutup semua jalur kabur Lin Feng.

Lin Feng hanya tersenyum tipis. Ia mengangkat pedang kayunya ke atas bahu, lalu melangkah masuk ke dalam tornado itu dengan sukarela.

Di dalam tornado, dunia berubah menjadi sunyi. Hanya suara es berdesing dan pedang beradu yang terdengar.

Mereka bertarung dengan kecepatan yang tak lagi terlihat oleh penonton luar. Hanya kilatan biru dan putih yang sesekali muncul dari dalam tornado, disertai dentuman kecil yang semakin sering.

Tiga menit berlalu. Tornado mulai goyah.

Lalu, tiba-tiba—semuanya berhenti.

Tornado es runtuh menjadi butiran salju halus yang turun perlahan seperti hujan musim dingin yang damai.

Di tengah arena, Lin Feng dan Su Ling’er berdiri saling berhadapan hanya berjarak dua meter. Ujung pedang kayu Lin Feng menyentuh lembut tenggorokan gadis itu, sementara ujung pedang kristal retak Su Ling’er menyentuh dada Lin Feng tepat di atas jantung.

Keduanya terengah, rambut semrawut dan pakaian mereka sedikit robek di beberapa tempat. Darah tipis menetes dari luka kecil di lengan masing-masing.

Tak ada yang bergerak selama beberapa detik sampai kemudian, Su Ling’er menurunkan pedangnya lebih dulu.

“Aku kalah,” katanya pelan, suaranya hampir tak terdengar. Tapi cukup untuk membuat seluruh penonton terperangah.

Elder Xue mengumumkan dengan suara lantang, “Pemenangnya... Lin Feng!”

Sorak sorai meledak seperti petir. Nama Lin Feng langsung menjadi topik utama di seluruh penjuru sekte.

Setelah sesi sparing berakhir, para peserta terbaik dikumpulkan di aula utama untuk pengumuman resmi penerimaan murid.

Lin Feng dan Su Ling’er keduanya sama-sama masuk kedalam daftar lima puluh murid inti—Lin Feng bahkan menduduki peringkat pertama berdasarkan poin keseluruhan.

Malam harinya, sekte mengadakan jamuan sederhana untuk murid baru di pavilium gunung. Lampion merah menggantung di mana-mana, aroma anggur beras dan daging panggang memenuhi udara.

Lin Feng duduk sendirian di sudut pavilium, memandang bintang-bintang di langit malam. Tubuhnya masih terasa nyeri di beberapa tempat, tapi hatinya begitu ringan dan puas.

Suara angkah kaki pelan terdengar mendekat lagi dibarengi dengan Su Ling’er yang muncul bersama dua cawan anggur kecil di tangan. Ia mengenakan jubah putih baru yang bersih dan luka-lukanya sudah diobati.

Ia menyodorkan satu cawan tanpa bicara. Lin Feng menerimanya, lalu mereka minum bersamaan.

“Pertarungan yang bagus,” kata Su Ling’er akhirnya, tatapannya ke arah lembah di bawah gunung.

“Kau juga,” jawab Lin Feng. “Pedangmu hampir membuatku kehabisan akal di akhir.”

Gadis itu tersenyum kecil— senyum pertama yang pernah Lin Feng lihat darinya.

“Kau bohong. Aku tahu kau masih menyimpan kekuatan.”

Lin Feng tak menyangkal. Ia hanya mengangkat cawannya lagi. “Untuk lawan yang layak.”

Su Ling’er mengangguk, lalu mendekat sedikit lebih dekat. “Di sekte ini, kita akan sering bertemu. Mungkin kita bisa berlatih bersama suatu hari nanti.”

Lin Feng menatapnya lama. Di balik dinginnya gadis itu, ia melihat sesuatu yang hangat.

“Mungkin,” jawabnya lembut.

Di kejauhan, kembang api sekte meledak di langit, menyambut murid-murid baru.

Tapi bagi keduanya, malam itu baru saja menjadi awal dari sesuatu yang jauh lebih besar.

1
Hasan Udin
gak jls alur cerita nya buruk👎👎👎
Nanik S
NEXT 💪💪💪
Nanik S
Harus secepatnya mereka kembali
Nanik S
Lanjutkan Tor 🙏🙏
Nanik S
NEXT
Nanik S
Serasi dan Kompak
Nanik S
Ngincer warisan... dasar Iblis
Nanik S
Ternyata Zhao Long penghianat sekte
Nanik S
Zhao Long... cemburu ya wkwkwk
Nanik S
Lin Feng jangan terlalu polos apalagi oleh kecantikan
Nanik S
Akhirnya jadi murid inti LinFeng
Nanik S
Lin Feng 💪💪💪
Nanik S
Bagus Lin Feng
Nanik S
Lanjutkan Tor
Nanik S
Hadir.... ikut nyimak cerita
Ara putri
semangat nulisnya kak.
jika berkenan mampir juga keceritaku PENJELAJAH WAKTU HIDUP DIZAMAN AJAIB
no subject: oke kak
total 1 replies
Yasinta Dwi Wahyuni
ceritanya menarik
saya suka...saya suka.../Drool//Drool/
no subject: terimakasih sudah mampir, bab berikutnya akan segera rilis
total 1 replies
no subject
Halo, para pembaca setia 🤍
Terima kasih banyak atas dukungan dan kesetiaan kalian dalam mengikuti novel ini.

Saat ini, novel sedang dalam proses revisi, khususnya pada segi kepenulisan dan ejaan, agar alur cerita menjadi lebih rapi, nyaman dibaca, dan sesuai dengan kualitas yang diharapkan. Selain itu, terdapat beberapa adegan yang perlu dipotong, diperbaiki, atau diganti, demi memperkuat cerita serta menjaga konsistensi plot.

Proses ini dilakukan agar pengalaman membaca kalian menjadi jauh lebih baik ke depannya. Mohon pengertiannya apabila ada perubahan pada beberapa bagian cerita.

Sekali lagi, terima kasih atas kesabaran dan dukungan kalian. Semoga versi revisi nanti bisa memberikan kesan yang lebih mendalam dan memuaskan. 🙏✨
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!