NovelToon NovelToon
INTROSPEKSI

INTROSPEKSI

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen Angst / Cinta pada Pandangan Pertama / Menjadi Pengusaha
Popularitas:10k
Nilai: 5
Nama Author: Detia Fazrin

Intrspeksi adalah kisah tentang Aldo dan Farin, pasangan yang telah bersama sejak SMA dan berhasil masuk universitas yang sama. Namun, hubungan mereka mulai terasa hambar karena Farin terlalu fokus pada pendidikan, membuat Aldo merasa kesepian.

Dalam pencarian kebahagiaan, Aldo berselingkuh dengan Kaira. Ketika Farin mengetahui perselingkuhan tersebut, dia melakukan introspeksi dan berusaha memperbaiki dirinya. Meskipun begitu, Farin akhirnya memilih untuk melepaskan Aldo, dan memulai hubungan baru dengan seseorang yang lebih menghargainya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Detia Fazrin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kembali Ke Masa Sekolah 07

...»»————> Perhatian<————««...

...Tokoh, tingkah laku, tempat, organisasi profesi, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif dan dibuat hanya untuk tujuan hiburan, tanpa maksud mengundang atau mempromosikan tindakan apa pun yang terjadi dalam cerita. Harap berhati-hati saat membaca....

...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...

Kebersamaan yang Terbatas

Di sudut baca yang biasanya menjadi tempat favorit para siswa untuk mengerjakan tugas atau sekadar menikmati waktu luang dengan membaca buku, hari ini terasa berbeda.

Di pojok ruangan itu, Aldo dan Farin duduk berdekatan, buku-buku terbuka di hadapan mereka, namun mata mereka sering kali saling menatap, bukan pada buku di tangan mereka.

“Farin, aku senang sekali kita bisa belajar di sini hari ini,” kata Aldo dengan senyum yang sulit disembunyikan.

“Rasanya seperti kita punya waktu untuk diri kita sendiri, tanpa perlu berpikir soal sekolah atau hal-hal lainnya.”

Farin tersenyum tipis, menatap Aldo dengan kelembutan yang tak bisa disembunyikannya. “Aku juga senang, Do. Tapi kamu tahu kan, akhir-akhir ini aku benar-benar sibuk. Ada banyak tugas, rapat organisasi, dan urusan lainnya yang harus aku selesaikan.”

Aldo mengangguk. “Aku mengerti, Rin. Tapi aku harap kita bisa punya lebih banyak waktu bersama. Aku sering membayangkan kita bisa jalan-jalan, makan di luar, atau sekadar duduk santai di taman. Rasanya kita selalu saja bertemu untuk belajar, dan aku ingin lebih dari itu.”

Farin menghela napas pelan, merasa berat untuk menolak keinginan Aldo yang sederhana itu. “Aku juga ingin, Do. Aku ingin kita bisa menghabiskan waktu bersama seperti pasangan lain. Tapi kamu tahu kan, situasi kita tidak memungkinkan. Aku punya banyak hal yang harus diselesaikan, dan waktu kita memang terbatas.”

Aldo terdiam, memandangi buku di hadapannya tanpa benar-benar membacanya.

“Aku tahu, Rin. Aku tahu kamu sibuk. Tapi rasanya seperti kita tidak pernah benar-benar bersama, kecuali saat belajar. Aku hanya ingin sesekali kita bisa melupakan semua itu, dan menikmati waktu kita.”

Farin merasakan kehangatan dari kata-kata Aldo, tapi juga ada kepedihan yang tak bisa diabaikan. Dia menatap Aldo, melihat raut wajahnya yang sedikit murung.

“Aku mengerti perasaanmu, Do. Aku janji, begitu semua ini selesai, kita akan punya banyak waktu untuk itu. Kita akan jalan-jalan, makan di luar, dan melakukan semua hal yang kamu inginkan.”

Aldo tersenyum kecil, mencoba mengusir rasa kecewanya. “Baiklah, Rin. Aku akan menunggu.”

Mereka kembali fokus pada buku di hadapan mereka, mencoba melanjutkan sesi belajar. Tapi ada sesuatu yang berubah. Sebuah keheningan yang tidak nyaman, seperti ada jarak yang tiba-tiba tumbuh di antara mereka.

Farin merasa canggung, seolah-olah setiap kata yang diucapkannya bisa semakin memperlebar jarak itu.

Bayang-bayang keraguan

Beberapa menit berlalu dalam keheningan. Farin mencoba fokus pada materi pelajaran, tapi pikirannya terus kembali ke percakapan singkat dengan Aldo. Ada sesuatu yang terasa salah, meskipun dia tidak bisa menjelaskan apa itu.

Aldo, di sisi lain, merasakan kekosongan di dalam dirinya. Keinginannya untuk bersama Farin tidak pernah sebesar ini, tapi situasi yang ada membuatnya terjebak dalam lingkaran yang sulit dipecahkan.

“Aldo,” Farin memecah keheningan.

“Apakah kamu pernah merasa... kita mungkin sedang kehilangan sesuatu?”

Aldo menoleh, menatap Farin dengan bingung. “Maksudmu apa, Rin?”

“Aku tidak tahu pasti,” Farin mengakui, “tapi kadang aku merasa kita terlalu fokus pada hal-hal lain, sampai lupa bahwa kita ini pasangan. Aku takut kalau suatu saat nanti, kita akan merasa asing satu sama lain.”

Aldo terdiam, merenungkan kata-kata Farin. Ada kebenaran dalam ucapannya, sebuah kebenaran yang sulit diterima tapi juga tidak bisa diabaikan.

“Aku juga merasakannya, Rin,” kata Aldo akhirnya.

“Tapi aku yakin kita bisa melewatinya. Aku percaya pada kita.”

Farin mengangguk, meski hatinya masih diliputi keraguan. “Aku juga percaya pada kita, Do. Tapi kita harus berusaha lebih keras. Bukan hanya tentang mengerti satu sama lain, tapi juga tentang menemukan waktu dan cara untuk tetap bersama, meski dengan semua kesibukan kita.”

Aldo tersenyum, sebuah senyum yang lebih meyakinkan daripada sebelumnya. “Kamu benar, Rin. Kita harus berusaha. Aku akan mencoba lebih sabar, dan kamu juga harus menjaga dirimu. Jangan sampai kamu kelelahan.”

Farin merasakan kelegaan kecil mendengar kata-kata Aldo, tapi bayangan ketidakpastian masih membayang di benaknya. “Aku akan coba, Do. Dan aku akan pastikan kita punya waktu bersama, meski hanya sebentar.”

Pergolakan Dalam Hati

Hari itu berlalu dengan pelajaran yang berjalan setengah hati. Aldo dan Farin akhirnya selesai belajar, tapi perasaan canggung masih menghantui mereka. Saat mereka berjalan keluar dari sudut baca, Aldo menggenggam tangan Farin dengan lembut.

“Rin, aku tahu ini berat untuk kita berdua. Tapi aku ingin kita tetap kuat, apapun yang terjadi,” ucap Aldo.

Farin menatap Aldo, matanya penuh dengan emosi yang bercampur aduk. “Aku juga, Do. Kita harus tetap kuat. Aku tidak ingin kita hancur karena hal-hal seperti ini.”

Aldo mengangguk. “Aku janji akan berusaha lebih baik. Aku hanya ingin kita tetap bersama, dan aku akan mendukungmu dalam segala hal.”

Farin tersenyum, sebuah senyum yang mencoba menyembunyikan kegelisahannya.

“Terima kasih, Do. Aku sangat menghargai itu.”

Setelah mereka keluar dari sudut baca, Aldo menawarkan untuk mengantar Farin pulang, tapi Farin menolak dengan halus.

“Kamu duluan saja, Do. Aku masih ada yang harus dikerjakan di sini.”

“Baiklah, Rin...”

Farin hanya mengangguk, melihat Aldo pergi dengan langkah berat. Saat Aldo hilang dari pandangan, Farin menghela napas panjang. Dia merasakan berat beban di hatinya yang semakin menggunung, tapi dia tahu bahwa ini adalah sesuatu yang harus dia hadapi, bukan dihindari.

Farin kembali ke sudut baca, duduk di tempat yang sama di mana dia dan Aldo baru saja menghabiskan waktu bersama. Ruangan itu terasa hampa tanpa kehadiran Aldo, dan Farin merasa kekosongan itu semakin menekan dirinya.

Dia memikirkan semua hal yang terjadi, semua percakapan, semua perasaan yang tertahan.

“Apa yang sebenarnya aku cari?” gumam Farin pelan pada dirinya sendiri.

“Apakah ini yang aku inginkan? Atau ada sesuatu yang lebih yang belum aku temukan?”

Saat itu, Kaira muncul di sudut pandangannya. Kaira yang selama ini selalu muncul di saat yang tidak terduga, kali ini juga tampak seperti bayang-bayang yang mengintai kebahagiaan Farin.

“Kamu masih di sini, Farin?” suara Kaira terdengar datar, namun ada nada sinis yang tersirat di dalamnya.

Farin mengangkat kepalanya, mencoba tersenyum meski hatinya sedang tidak menentu. “Ya, aku masih punya beberapa hal yang harus dikerjakan.”

Kaira mendekat, menatap Farin dengan tatapan yang sulit dibaca. “Kamu tahu, Farin, kadang aku berpikir kamu terlalu keras pada dirimu sendiri. Kamu terlalu berusaha untuk menjadi sempurna, sampai-sampai kamu lupa untuk menikmati hidup.”

Farin terdiam, tidak tahu harus merespon seperti apa. Kata-kata Kaira memang sering kali terasa menusuk, tapi kali ini ada sesuatu yang berbeda. Seperti ada kejujuran yang tersembunyi di balik kata-kata itu, meskipun Farin sulit mempercayainya.

“Kamu pikir aku tidak menikmati hidup, Kaira?” tanya Farin akhirnya.

Kaira mengangkat bahu. “Aku tidak tahu, itu hanya pendapatku. Tapi lihat saja dirimu sekarang, kamu terlihat kelelahan, tertekan, dan aku ragu apakah kamu benar-benar bahagia dengan apa yang kamu jalani sekarang.”

Farin menatap Kaira, mencoba mencari makna di balik kata-katanya. “Aku bahagia, Kaira. Mungkin bukan dengan cara yang sama seperti orang lain, tapi aku bahagia dengan apa yang aku lakukan.”

Kaira mengangguk, tapi tatapannya masih penuh dengan keraguan.

“Baiklah, Farin. Aku harap kamu benar. Tapi ingatlah, hidup ini bukan hanya tentang mencapai kesempurnaan. Kadang, kita perlu memberi ruang bagi diri kita sendiri untuk bernafas, untuk merasakan, dan untuk menikmati setiap momen yang ada.”

Farin terdiam, merasa seperti Kaira baru saja menyentuh sesuatu yang sangat dalam di hatinya. Mungkin benar apa yang dikatakan Kaira, bahwa dia terlalu keras pada dirinya sendiri. Tapi dia tidak bisa membiarkan semua itu menghalangi tujuannya.

1
Devliandika
keren kak,, baru mampir kesini,, salam kenal kak.. 😊🙏
saling follow boleh kak🙏😊
Devliandika: siap kak.. 🤗
Fa🍁: iya salam, ok folback ya
total 2 replies
Nayla Nazafarin
jodohnya masih abu2,
yura nanti lama2 ky kayra
RN
hmm... takutnya nanti kayra jatuh cinta sama Hans...ooohhh... tidak 🙅
Tika
Sedih y
RN
semangat babang Hans 💪💪
Fa🍁
penasaran katanya
Fa🍁
🥲
RN
dasar tidak punya malu s kayra ini 😡
Nayla Nazafarin
jelaslah kmu g bisa bikin farin kebakaran jenggot,krn dia udah persiapan sebelum mundur..
Fa🍁: betul-betul
total 1 replies
Nayla Nazafarin
Aldo2..harusnya kmu itu INTROSPEKSI DIRI!!!bukn malah nyalahin orang,siapa suruh kmu ikut tarohan!!!
Nayla Nazafarin
udahlah nobar sma Hans aj..
Nayla Nazafarin
suka gaya lo Hans..jngn kecewain aq y..
Nayla Nazafarin
ayo hans tegakkan keadilan&kebenaran!! suruh farin membuka mata&hatinya!!
Nayla Nazafarin
aq berharap pas nonton bareng farin ktemu aldo&kaira,jngn terus mnjd bodoh..farin
Nayla Nazafarin
mual sma pmikiran aldo..egois bngt
Nayla Nazafarin
lepasin aj aldo farin..untuk ap laki ky gitu di pertahanin
Nayla Nazafarin
y ampun Hans..
RN
GK sadar,, padahal dia yg mengkhianati farin kok bisa2 y nyalahin orang...hmm enaknya d apain s Aldo ini 😡
Fa🍁: Diapain ya 🤔
total 1 replies
Musri
yess....yess....yess...rasain tu aldo,mng enak sakit hati🤭🤣🤣
Fa🍁: Gak enak kata si Aldo
total 1 replies
Nur Janna
kamu akan tau sakit ya itu kehilangan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!