NovelToon NovelToon
Annaisha

Annaisha

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:903
Nilai: 5
Nama Author: -Nul

Annaisha: Rumah Penuh Hangat" adalah sebuah kisah menyentuh tentang cinta dan kekuatan keluarga. Putra dan Syifa adalah pasangan yang penuh kasih sayang, berusaha memberikan yang terbaik bagi kedua anak mereka, Anna dan Kevin. Anna, yang mengidap autisme, menjadi pusat perhatian dan kasih sayang dalam keluarga ini.

Melalui momen-momen sederhana namun penuh makna, novel ini menggambarkan perjuangan dan kebahagiaan dalam merawat anak berkebutuhan khusus. Dengan cinta yang tak kenal lelah, keluarga ini menghadapi tantangan sehari-hari dan menemukan kebahagiaan dalam kebersamaan.

Cerita ini mengingatkan kita akan pentingnya dukungan keluarga dan betapa kuatnya cinta dalam mengatasi segala rintangan. Bersiaplah untuk terhanyut dalam kisah yang mengharukan dan penuh kehangatan ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon -Nul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

09. Pendapat Yang Tak Sama

Usai bersitegang masalah susu Anna kemarin, Lin semakin geram dengan kelakuan Syifa. Ia sudah mengadu kepada Putra, namun respon lelaki itu masih sama saja. Tidak bisa marah dan hanya bisa berjanji untuk berbicara baik-baik dengan Syifa.

Sejak kemarin, Lin memang sengaja tak duduk dalam satu meja makan bersama keluarga Putra. Ia masih sadar dimana tempatnya, dan masih menghargai Syifa sebagai istri Putra.

Perempuan itu berjalan santai disekitaran kolam renang belakang rumah. Menunggu Anna dan Kevin yang akan segera pulang sekolah setelah dijemput oleh Syifa. Menikmati secangkir kopi, perempuan itu menggulir layar ponselnya untuk melihat-lihat projek yang akan ia kerjakan. Seusai mendapat kabar bahwa Putra sakit, tanpa pikir panjang Anna langsung resign dari tempatnya bekerja. Dan berakhir mendapat omelan dari Putra sepanjang malam.

Kini Lin memutuskan untuk mencari pekerjaan di Indonesia, selagi ikut menemani kakaknya di sini. Lin mengangkat pandangannya begitu mendengar suara Anna dan Kevin. Dengan seragam yang masih melekat di badan, mereka berlari menghampiri Lin dengan riang dan meninggalkan Syifa yang masih menenteng tas milik Anna.

"Tante, kita pulang!" seru Kevin dengan riang. Anna juga tak ingin kalah, dengan botol minum yang tersampir di tubuhnya, rambut kepangnya bergoyang senada dengan langkah kaki itu.

"Hati-hati, jangan lari!" peringat Lin sedikit khawatir karena lantai sekitar kolam renang yang sedikit licin.

Lin meninggalkan ponselnya di atas meja, dan beralih untuk memeluk keponakan tersayangnya. "Tante, gambar aku bagus nggak?" Anna menunjukkan selembar kertas dengan berbagai coretan warna di atasnya. Dengan berbinar, Lin meraih kertas itu dan menatapnya bangga.

Sejak dulu, Anna memang suka menggambar. Walau tidak terlalu bagus, namun Lin yakin Anna pasti akan berkembang seiring waktu. Anna adalah gadis yang pintar, walau ia memiliki keterbatasan, itu tak membuatnya patah semangat untuk melakukan sesuatu yang disukainya.

"Wah, bagus banget gambarnya, Na! Ini gambar siapa?" tanya Lin sembari menunjuk gambar seorang wanita yang ada di kertas Anna.

"Tante," jawab Anna dengan polos. Kemudian mengulum bibir ketika merasa malu dengan Lin. "Ini gambarnya Tante, kata Anna dia senang Tante pulang ke sini. Makanya tadi waktu bu guru kasih tugas menggambar, Anna milih menggambar Tante," jelas Kevin. Tangannya menggenggam sebatang coklat yang ia beli sepulang sekolah tadi.

Mendengar penjelasan Kevin, Lin menatap Anna dengan berkaca-kaca. Ia senang Anna menyayanginya dan tetap mengingatnya walau sudah lama sekali ia tidak bertemu dengan anak perempuan itu.

"Anna, Tante sayang banget sama kamu," ucap Lin penuh haru. Dan berakhir memeluk Anna kembali.

Suara panggilan Syifa terdengar mendekati mereka. Wanita itu kembali ke halaman belakang sembari membawa sebuah baju milik Anna. "Anna, ayo ganti baju setelah itu tidur siang," perintah Bundanya sedikit berteriak.

Anna yang sedikit terkejut langsung menyembunyikan tubuhnya di belakang tubuh Lin. Ia menatap ragu-ragu pada Syifa dan kemudian menundukkan wajahnya. Lin yang mengerti reaksi Anna pun lekas menggenggam jemari Anna agar membuatnya rileks.

"Mbak, ini bukan waktunya Syifa tidur siang. Kalau anaknya belum mau, jangan dipaksa dong," sahut Lin berusaha membela. Ia benar-benar tak mengerti dengan pola asuh Syifa pada Anna yang notabene adalah anak berkebutuhan khusus. Dan anak perempuan itu tidak bisa dipaksa jika memang bukan kemauannya.

"Lin, aku sejak kemarin udah diam ketika kamu ikut campur urusan aku dalam mengurus anak-anak. Masalah pola asuh, itu adalah urusan aku. Kamu nggak berhak mengomentari atau mencela gimana caranya aku mengasuh anak-anak. Lagipun mereka juga udah terbiasa dengan rutinitas yang biasa dilakukan," balas Syifa merasa tak terima dengan Lin yang terus tak sependapat dengannya.

"Mereka anak-anak aku, kamu jangan ikut atur mereka," sambung Syifa kemudian menarik jemari Kevin agar dekat dengannya. Perdebatan kedua wanita itu membuat Kevin maupun Anna sama-sama diam. Anak perempuan di belakang Lin sudah mencebikkan bibirnya, matanya berkaca-kaca seolah buliran air mata itu sudah siap turun kapan saja.

"Bunda udah, jangan bertengkar sama Tante." Kevin menarik-narik baju milik Syifa, namun tidak digubris oleh wanita.

Lin menatap sinis pada Syifa, seolah mengibarkan bendera perpecahan. Menghela nafas pelan, perempuan itu berusaha menetralkan emosi. Berdebat dengan kakak iparnya memang selalu tak membuahkan hasil, namun Lin juga tidak bisa diam saja melihat keponakannya mendapatkan pola asuh yang buruk dari Syifa.

"Gimana saya nggak berkomentar kalau cara Mbak mengasuh anak-anak masih seperti ini? Mbak masih kasih Anna susu, padahal Dokter sudah berpesan agar Anna tidak banyak mengonsumsi itu. Mbak banyak memaksa Anna dan Kevin untuk patuh sama Mbak, dan kalau mereka tidak menurut, Mbak akan marah. Memangnya Mbak pikir saya nggak tahu tentang itu?" cerca Lin dengan menohok. "Udah baik saya nggak pernah kasih tahu Mas Putra tentang kelakuan Mbak. Pantas saja Kevin dan Anna selalu nggak nyaman terlalu lama di dekat kamu," sambungnya masih terdengar sinis.

Perdebatan mereka terdengar oleh Putra yang baru saja bangun tidur. Mendengar keributan dari belakang rumahnya, lelaki itu membawa kursi rodanya sendirian untuk mendekati ke sumber suara. Dan benar saja, seperti dugaannya Syifa dan Lin sedang bertengkar.

"Lin, Syifa," panggil lelaki itu dengan kesusahan mendorong kursi rodanya untuk menapaki jalan yang tidak rata. Melihat itu, Syifa bergerak untuk membantu suaminya dan mendorongnya mendekat ke arah Lin. "Kamu kenapa bertengkar di sini? Nggak lihat ada anak-anak yang memperhatikan kalian?" tanya Putra sembari meredam emosinya.

Melihat anak-anaknya yang masih diam, Putra menarik nafas pelan kemudian tangannya bergerak untuk mengusap rambut milik Kevin. "Kevin, bawa kakakmu main di luar dulu, ya. Nanti Ayah nyusul," pinta lelaki itu sedikit berbisik.

"Bunda sama Tante lagi bertengkar ya, Yah?" tanya anak lelaki itu dengan nada sedih. Kevin memang tak paham apa yang diperdebatkan oleh kedua wanita dewasa itu, namun ia mengerti bahwa mereka tengah bersitegang sekarang.

"Nggak kok, Nak. Tante sama Bunda nggak berantem, jangan khawatir ya," celetuk Putra menenangkan anaknya.

Kevin menarik jemari Anna dan membawanya menjauh dari sang Ayah. Sepeninggal anak-anaknya, Putra kembali menatap Lin dan Syifa secara bergantian. "Kamu nggak malu bertengkar di depan anak-anak? Syifa, kamu tahu sendiri kan kalau Anna paling nggak bisa dibentak. Dan Lin, aku udah bilang sama kamu kan, jangan ajak berdebat istriku," ucap Putra berusaha memberi pengertian pada kedua wanita itu.

Lin dan Syifa hanya diam mendengar penuturan lelaki itu. Mereka terlalu terbawa emosi hingga tak sadar bertengkar di depan Kevin dan Anna.

"Cukup untuk hari ini, aku nggak mau dengar kalian bertengkar lagi."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!