NovelToon NovelToon
My Golden Life FOREVER LOVE

My Golden Life FOREVER LOVE

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Konflik etika / Kehidupan di Kantor / Trauma masa lalu / Office Romance
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: chan_chan

3 pria 1 wanita siapa yang akan menjadi pemenang dalam cinta ?
wanita dengan trauma masa lalu menghabiskan masa-masa suramnya bersama mantan kekasih lalu bersahabat dengan pria kepercayaanya, namun jatuh cinta dengan pria yang berbeda .
--
"jadi maksudnya kamu mantan kekasihnya?"
"jika aku egois aku akan katakana pada semua orang kalau aku kekasihnya, antara kita tidak pernah bilang putus tapi itu tidak penting karena bagiku kebahagiannya yang utama,jika memang dia mencintaimu ya, Silahkan saja yang pasti jangan pernah mengecewakannya, masih banyak hal yang belum kamu tau, tapi setidaknya setelah mendengar apa yang aku bilang tadi kamu bisa memikirkan kembali kedepanya dengan Jessy"
Ini adalah kehidupan Jessy bersama Alex, Raymond dan Marcell.
FYI*
Guyss, cerita ini udah aku tulis di tahun 2015 pas msh awal" seneng nulis dan aq simpan di FD. aq Up dgn harapan bisa di baca tapi mon maaf bahasanya banyak kekurangan,tidak ada yg aq edit ini Ori tulisanku jaman daholooo kala. makasih

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chan_chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9 Forever Love bag.9

Jessy terjatuh dari tempat duduknya. Badanya lemas, suara nya lirih minta Ray berhenti bicara. kesadaran Ray menurun ia tak peduli dengan kondisi Jessy.

Jessy merangkak meraih tombol keamanan yang tak jauh darinya , begitu ia tekan tombol darurat itu maka orang-orang akan datang, dan benar tak berapa lama beberapa pengawal yang sedang berjaga datang.

"Nona... Apa yang terjadi !! Ayo cepat bantu !"

Mereka membantu Jessy berdiri , beberapa orang lagi mengamankan Ray yang tengah tergeletak di sofa masih dengan botol di tangannya, Ray kehilangan kesadarannya dengan mata terpejam tanpa tahu yang saat ini terjadi, 2 orang pengawal mendekati Jessy dan memapahnya berjalan menuju kamarnya, ia mulai kesulitan bernafas, ia harus segera minum obatnya . saat itu Ray membuka sedikit matanya ia melihat banyak pengawal dan Jessy dalam keadaan tak berdaya, ia pun berjalan sempoyongan menghampiri Jessy.

"Jessy.....  Kamu kenapa?"

Tiba-tiba saja Ray menyentuh tangannya.

"jangan sentuh aku.."

Dengan lirih Jessy menatap mata Ray dan menepis tangannya, tanpa di minta pengawal pun menahan Ray agar tidak mendekati Jessy. Dengan berjalan perlahan Jessy menuju kamarnya.

Ia mencari obatnya di laci samping tempat tidurnya dan meminumnya segera agar bisa tenang, ia juga menyuntikan obat di tangannya setelah meminta pengawalnya pergi,

Setelah melewati masa sulit Jessy terlelap hingga pagi hari,Jessy terkejut karena saat terbangun ia melihat Ray menunggu di sofa.

"Jessy . Kau sudah bangun. Syukurlah"

Ray mendekat dan menyentuh tangan Jessy namun langsung ditepisnya.

"Lepaskan!! " Jessy berteriak menahan rasa takut

"Jessy aku benar-benar menyesal, aku di luar kendali" ucap Ray mencoba menjelaskan.

"Pergilah...! jangan memaksaku memanggil pengawal kemari"

"Jessy maafkan aku?? "

"Pergilah Ray...!!! "

Jessy berteriak, ia menggenggam tangannya itu menandakan bahwa sebenarnya ia sedang ketakutan.  Ray tak bisa berbuat banyak ia pun pergi. Ia sadar di saat seperti ini disamping marah Jessy lebih kepada ketakutannya. Rasa takut yang berlebih tentu saja itu membuatnya sangat tertekan. Ray menyesal telah membuat keributan dan membuat Jessy kesal atau bahkan membencinya.

Seharian Jessy tidak keluar dari kamarnya bahkan untuk makan sekalipun. Berkali-kali Marcell menelpon namun tak ada jawaban entah berapa banyak pesan  yang sudah ia kirim namun tetap tidak ada kabar dari Jessy.

"Jessy tidak datang ke kantor hari ini? Kita sudah janji akan lakukan meeting? "

Tanya Marcell pada Ray sesaat sebelum mereka meeting, namun Ray hanya menjawab tanpa melihat Marcell.

"dia sedang tidak enak badan! "

"oh.. Baiklah,  mari kita lakukan persentasi sekarang"

Ray baru mengetahui jika Jessy tidak pergi ke kantor Sebab ia ada urusan lain, selama meeting Ray lebih banyak terdiam banyak hal yang ia pikirkan, pertama ia harus menemui Jessy, ia harus tau keadaanya saat ini, tapi tentu saja Jessy tak akan membiarkannya begitu saja, apa yang bisa ia lakukan ia tak bisa berada di dekat Jessy saat ini, di sisi lain ia sangat mengkhawatirkan Jessy melakukan hal-hal buruk terhadap dirinya sendiri.

"apa aku harus minta Marcell untuk ke rumah  ?ah tapi bagaimana mungkin,  ini Marcell...  Marcell!!  Tidak.. Tidak akan, aku sendiri yang akan ke rumah,  tapi sebelumnya aku harus menghubungi Dokter" gumam Ray

Kecemasan Ray ternyata di ketahui Marcell hingga ia memutuskan pulang lebih cepat dari kantor dan mengunjungi Jessy dirumahnya.

Marcell tak pernah tau tentang sakit Jessy dan ada hubungan apa antara Ray dan Jessy, yang saat ini di pikirkannya hanyalah menemui Jessy untuk melihat kondisinya. Marcell dengan jelas melihat kecemasan di raut wajah Ray, dia merasa Ray menyembunyikan sesuatu entah apa itu tapi hatinya merasakan bahwa Jessy tidak dalam keadaan baik-baik saja.

Marcel sampai di rumah Jessy yang nampak tenang, sebab Marcell sudah beberapa kali datang kemari saat mengantar Jessy pihak penjaga keamanan pun membukakan pintu utama dengan mudah. Marcell melangkah kan kakinya lalu di sambut oleh seseorang.

"Jessy nya ada? "

"maaf anda siapa? " tanya seseorang itu

"saya rekan kerjanya,Saya dengar  dia sakit? "

"Ahh itu Non Jessy seharian tidak keluar kamar"

"kenapa ? Apa sakitnya parah?"

"kami tidak tahu, Non Jessy mengunci kamarnya, kami sudah berusaha membuatnya keluar kamar tapi tidak bisa, kami panggil pun tidak ada jawaban"

"apa???  bagaimana jika terjadi sesuatu?? Tunjukan padaku dimana kamarnya? "

"tapi... "

"kita tidak tau apa yang terjadi jadi ijinkan saya masuk dan memastikannya"

Akhirnya Marcell di ijinkan masuk dan di antar ke kamar Jessy,  kamarnya hening.

Tok tok tok...

"Jessy... Jess. Ini aku Marcell.kau di dalam ? Kamu baik-baik saja? "

Tidak ada jawaban. Marcell makin khawatir, ia masih berusaha membuka pintu kamar Jessy, tak banyak yang bisa ia lakukan karena pintu kamarnya menggunakan kunci digital, ia mencoba menekan beberapa angka namun salah pintu tidak terbuka.

"Bagaimana cara membuka ini, apa bisa dengan cara lain"

"Saya tidak tau, Non Jessy membuat pintu khusus untuk kamarnya"

"Ahhh bagaimana ini.. Jessy jika kau tidak keluar aku akan mendobrak pintumu ini. Keluarlah !!"

setelah cukup lama menunggu Akhirnya Jessy membuka pintu kamarnya, dia tampak lemas , wajahnya sangat pucat,

"Jessy apa yang terjadi..?? "

Jessy terjatuh di pelukan Marcell. Dengan segera Marcell membawanya ke tempat tidur

"Jessy bangunlah... Panas sekali badannya!  cepat bawakan air hangat "

"baik...! "

"Jessy sadarlah... Apa yang terjadi! "

"Marcell...!"

ucap Jessy lirih sambil meraih tangan Marcell.

"Jessy ,"

"aghh...! "

Tanpa sengaja Marcell menyentuh pergelangan Jessy dan Jessy kesakitan.  Marcell pun terbelalak melihat banyak luka di pergelangan tangannya. 

"Jessy apa yang terjadi? apa yang kamu lakukan??? "

Nafas Jessy mulai perlahan dan berat. Marcell semakin cemas, ia harus membawanya ke rumah sakit tapi untuk saat ini ia harus melakukan tindakan pertolongan dulu

"cepat... Bawakan p3k sekalian"

Ia harus membuka baju Jessy agar suhu tubuhnya kembali normal, Jessy sudah sangat lemas, suhu badanya terus meningkat karena pakaian yang ia kenakan sangat tebal ia juga berkeringat banyak, apalagi yang bisa ia lakukan Marcell mengambil cara cepat yang terlintas di pikirannya, setidaknya ini bisa menolongnya.

"maafkan aku Jessy aku harus lakukan ini!! "

Marcell menggunting baju Jessy, dan  menegakkan kepalanya

"apa yang anda lakukan??? "

"cepat basahi handuknya bawa kemari?"

"apa yang akan anda lakukan?? "

"cepatlah!! " teriak Marcell

"Tapi ..."

"Bantu saya.. okay "

Asisten itupun menurut dan melakukan yang di suruh Marcell,ia menempelkan handuk hangat di dada Jessy lalu mengompres keningnya, mengobati luka di tangan Jessy.  Perlahan suhu tubuh Jessy kembali normal nafasnya mulai teratur dan denyut nadinya kembali seperti semula.

Sementara Jessy tertidur Marcell menuju dapur ia menanyakan dimana ia bisa menemukan bahan untuk membuat bubur dan seorang asisten menunjukan bahan masakan dilemari es khusus.

"Apa anda kekasihnya Non Jessy ?"

"tidak. Saya partner kerjanya, oya nama saya Marcell. Kalau boleh tau sebenarnya apa yang sudah terjadi ?"

"saya tidak tau yang sedang terjadi tapi semalam Tuan Ray mabuk berat dan saat Non Jessy pulang sepertinya mereka ribut banyak botol dan gelas pecah berserakan di lantai Bar, Tuan Ray juga baru pergi pagi-pagi tadi tapi tidak bilang apa-apa sama saya"

"apa Jessy tidak mengatakan apapun?"

"tidak. Non Jessy tidak membuka pintu sudah berulang kali saya naik ke kamarnya tapi tidak ada jawaban, saya tidak tau sandi pintunya"

"oh begitu. Apa sebelumnya Jessy pernah seperti ini?"

"tidak pernah. saya baru lihat tadi, oya Tuan apa gak sebaiknya Non Jessy di bawa ke rumah sakit"

"nanti saya cek dulu kondisinya, mudah-mudahan sudah lebih baik"

"Tuan dokter?"

"Haha tidak, kakak saya dokter jadi saya belajar sedikit darinya, mungkin kita harus menghubungi seseorang, keluarganya?"

"ahh benar, sepertinya ada di laci sebelah ranjang Non Jessy, kalau tidak salah ada 1 buku besar disana, ada foto sama nomor telepon"

"nanti coba saya cek. Karena kakak saya dokter, kondisi Jessy bisa saya tanyakan dulu sama kakak saya. Jangan khawatir"

Setidaknya saat Jessy sudah lebih baik setelah mendapat pertolongan pertama dari Marcell. Berkat Marcell pula Jessy bisa tidur dengan nyenyak.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!