Menikah Dengan Gadis Desa.

Jika biasanya pada pukul dua belas malam semua anggota keluarga telah beristirahat di kamar masing-masing, malam ini berbeda, semua penghuni rumah kini berkumpul di ruang tengah termasuk Oma dan Opa-nya Shaka yang baru saja tiba di kediaman putranya setelah mendengar berita panas yang menerpa cucu mereka.

"Gila.... perempuan itu benar-benar sudah gila. Mantan kekasih kamu itu sepertinya sudah tidak punya harga diri dan juga rasa malu, Ka. Bisa-bisanya dia ngomong ke media kalau dia sudah memutuskan pertunangannya dengan Bayu Anggara karena akan menikah dengan kamu." Mama Susan benar-benar geram. Kalau saja saat ini Tari ada di hadapannya mungkin ia sudah meremas mulut lancang mantan kekasih dari putranya itu, yang telah menyebar berita hoax yang bisa merusak reputasi dan nama baik keluarga besar mereka.

Belum sampai dua puluh empat jam setelah Tari meninggalkan kediaman orang tua Shaka, semua anggota keluarga Shaka sudah dikejutkan dengan berita yang ditayangkan oleh media elektronik. Di mana Tari mengaku telah memutuskan hubungannya dengan tunangannya dan akan segera menikah dengan seorang pria dengan profesi yang sama, dan pria yang disebutkan Tari namanya tersebut tak lain adalah Shaka.

"Arves... sebagai papanya Shaka kamu harus turun tangan, Mama tidak mau berita hoax seperti ini terus berlarut-larut dan nantinya justru merusak nama baik keluarga kita." tidak jauh berbeda dengan menantunya, ibu dari papa Arves juga tak kalah emosinya dengan ulah Tari. Wanita yang masih terlihat cantik meskipun usianya tak muda lagi tersebut bahkan meminta sang putra untuk turun tangan mengatasi semua permasalahan yang diciptakan oleh Tari.

"Dia sendiri yang sudah meninggalkan Shaka demi bertunangan dengan pria lain dan kini dia menyebarkan berita seolah-olah Shaka telah berusaha merebutnya dari tunangan terkutuknya itu." lanjut geram Oma.

"Oma...ini masalah antara Shaka dan Tari, jadi sebaiknya Shaka sendiri yang harus menyelesaikannya." Shaka yang bersuara.

"Lagi pula jika kali ini papa turun tangan membantu Shaka, tanpa tindakan tegas dari Shaka sendiri tidak menutup kemungkinan Tari akan melakukan hal serupa ke depannya." lanjut ujar Shaka.

"Lalu tindakan seperti apa yang akan kamu lakukan, Ka???." berbeda dengan sikap dua wanita yang begitu berarti dalam hidupnya tersebut, papa Arves terlihat lebih tenang dalam bersikap di saat mencari solusi.

"Sepertinya Shaka harus benar-benar Menikah seperti pengakuan Shaka di depan Tari sore tadi. Lagi pula sebulan lagi usia Shaka genap dua puluh empat tahun, apa salahnya Shaka memulai kehidupan berumah tangga, Pah"

Jawaban Shaka justru semakin memantik emosi mama Vivi.

"Gila...ide kamu benar-benar tidak masuk akal, Ka. wanita itu sudah meninggalkan kamu demi bertunangan dengan pria lain dan sekarang kamu malah ingin menikahinya. terlebih hubungan di antara kalian dulu tidak terendus publik, secara tidak langsung tindakan bodoh kamu itu telah membenarkan statement Tari tentang kamu." mama Susan semakin geram, ia berpikir Putranya itu berniat menikahi mantan kekasihnya, Tari.

"Shaka memang berniat akan menikah, tapi bukan dengan Lestari, mah."

"Lalu dengan siapa???." sambar mama Vivi tak sabar.

"Shaka akan menikahi Lilis, mah." jawab Shaka seraya melirik ke arah gadis muda yang kini tengah duduk di antara mereka.

Kedua mata Lilis yang nampak sayu menahan kantuk seketika terang benderang mendengar omongan Shaka.

"Kamu mau kan jadi istri saya????." kini tatapan Shaka tertuju pada Lilis.

"Haaaahhhh??????." hanya itu yang terucap dari bibir mungil Lilis. Sepertinya otak cerdasnya sedang kehilangan fungsinya.

Jika Lilis masih terlihat syok, berbeda seratus delapan puluh derajat dengan mama Vivi, raut wajah wanita paru baya tersebut seketika berubah secerah mentari pagi.

"Kamu serius, Ka???." tanya mama Vivi memastikan.

Shaka mengangguk yakin.

"Bagaimana Lis, apa kamu bersedia menikah dengan cucu Badung Oma Ini???"

Oma yang sudah cukup mengenal Lilis selama beberapa hari terakhir, di mana gadis itu selalu menyambut kedatangannya dengan senyuman manis setiap kali ia mendatangi butik, sama sekali tidak merasa keberatan jika cucu kesayangannya itu menikah dengan Lilis. Meski Lilis hanyalah seorang gadis desa tetapi menurut penilaian Oma, Lilis adalah gadis yang baik.

Gadis itu tidak langsung menjawab, ia justru melirik ke arah mama Vivi. Menyaksikan gurat bahagia di wajah mama Vivi rasanya Lilis tak kuasa untuk mengatakan tidak. Mama Vivi sudah sangat baik kepadanya, di saat ia tak punya siapapun di kota ini wanita itu bahkan menampung dirinya bahkan memberikan pekerjaan untuknya.

 "Tapi...."

"Tapi kenapa, sayang????." potong mama Vivi dengan jantung berdegup tak sabar. ia berpikir Lilis akan menolak.

"Tapi Lilis masih punya orang tua dikampung. Jika berkenan, bolehkah mas Shaka menemui kedua orang tua Lilis terlebih dahulu!!!."

Ada rasa hangat di hati Shaka ketika mendengar Lilis merubah panggilannya, kini gadis itu memanggil Shaka dengan sebutan Mas.

Sedangkan kedua orang tua Shaka, baik mama Vivi dan juga papa Arves sontak saling melempar pandangan. Ternyata keduanya juga menyadari panggilan baru Lilis pada putra mereka.

"Secepatnya saya akan segera menemui orang tua kamu." jawab Shaka.

"Bukan hanya Shaka, sayang, mama dan papa juga akan menemani Shaka menemui kedua orang tua kamu." mama Susan pun ikut bersuara. Wanita itu bahkan menyebut dirinya dengan sebutan mama.

Jika semua orang di sana merasa lega karena telah mendapatkan solusi untuk menepis statement gila Tari di hadapan awak media, Lilis justru merasa dirinya hanya di jadikan sebagai alat untuk menyelesaikan sebuah masalah. Tetapi biarlah, mungkin dengan begitu Lilis tak akan lagi mendapatkan tekanan dari ayahnya untuk menikah dengan pria yang entah siapa lagi ke depannya nanti.

Untuk Shaka sendiri, hanya pria itu yang tahu alasan sebenarnya mengapa memilih menikah dengan Lilis menjadi solusi yang di ambilnya saat ini. tertarik kah atau seperti apa, hanya Shaka yang tahu.

**

Shaka tidak dapat memejamkan matanya meski waktu telah menunjukkan pukul setengah dua dini hari. Senyuman manis Lilis di mobil pagi tadi terus menari-nari di benak dan pikirannya.

"Tidak mungkin aku tertarik pada gadis itu???." gumam Shaka. "Tapi jika aku tidak tertarik padanya kenapa hatiku sangat panas di saat ada pria lain yang memuji kecantikannya???. Terlebih, aku ingin selalu dekat dengannya. Wuuuaaaahhhhh.... sepertinya gadis itu sudah mulai menghilangkan kewarasanku." gumam Shaka. ia yang merebahkan tubuhnya terlentang dengan kedua tangannya sebagai tumpuan tersebut nampak memandangi langit-langit kamarnya.

Kalau dipikir-pikir, Shaka sendiri tidak habis pikir mengapa mulutnya dengan lancarnya menyampaikan dihadapan semua anggota keluarganya jika ia ingin menikahi gadis yang awalnya disebutnya dengan sebutan gadis udik tersebut.

Tanpa sadar Shaka menarik kedua sudut bibirnya sehingga menciptakan senyuman manis, ketika teringat di saat Lilis memanggilnya dengan sebutan mas untuk pertama kalinya. "Mas.... panggilan yang manis."