NovelToon NovelToon
THEY ARE GEMSTONES

THEY ARE GEMSTONES

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Wanita
Popularitas:422
Nilai: 5
Nama Author: Putri Yais

Keluarga Haven bukanlah keluarga sembarangan. Haven merupakan suami dari perempuan bernama Amber. Mereka memiliki kemampuan supranatural yang sangat tinggi. Mereka memiliki tiga orang putra, dan dua orang putri. Mereka adalah pemilik mata dewa. Ambisi mereka sangat besar untuk menguasai dunia. Sebelum mata dewa itu terbuka, sampai kapanpun mereka tidak akan mencapai tujuan besarnya itu.

Mata dewa hanya bisa dibuka dengan lima batu permata yang memiliki kekuatan sangat dahsyat.

Tidak ada yang tahu jika kelima batu permata itu ternyata berubah menjadi lima gadis cantik dimana mereka akan menjalani aktivitas layaknya manusia biasa, hanya saja ketika dalam keadaan darurat maka kekuatan besar yang tersimpan dalam diri mereka akan muncul.

Kelima gadis cantik itu tinggal di sebuah tempat bernama "Home Blue" dimana pemilik tempat itu adalah seorang perempuan bernama Lin.

Yuk! ikuti perjalanan serunya dalam karya baruku ini. Jangan lupa mampir, like, dan komen. Terima kasih...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Yais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KECELAKAAN KECIL YANG MENIMPA RUBY

Sepulangnya dari sekolah, kelima gadis itu langsung merebahkan tubuh mereka di tempat tidur. Waktu istirahat mereka hanya satu jam. Setelah itu, mereka harus kembali melakukan aktivitas keterampilan yang menjadi pilihannya sendiri di Home Blue. Di satu sisi, Melvin sangat bosan dengan pekerjaannya di kantor. Dia pergi mengunjungi Arvind di rumahnya. Jam 16.00 para gadis bangun. Seperti biasa mereka harus mengikuti latihan wajib menembak dan memanah. Feride sudah berada di dalam hutan menunggu semua gadis. Tidak lama mereka datang.

"Kenapa hanya bertiga saja? Dimana Shapire dan Ruby?" tanya Fe.

"Tadi Ruby sedang pergi berkuda, dan sampai saat ini dia belum juga kembali. Shapire pergi untuk mencarinya," jawab Emerald.

"Baiklah, kalau begitu mari kita berlatih lebih dulu," ucap Fe.

"Baik, Nyonya Fe."

***

Sudah cukup lama Ruby berkuda, namun ia lupa dengan arah jalan pulang. Ruby mencoba memejamkan mata untuk terhubung dengan temannya melalui ketajaman pikiran.

"Dimana mereka sebenarnya? Kenapa tidak satupun dapat menerima panggilanku?" ucapnya.

Dari belakang Ruby dikejutkan dengan suara klakson mobil. Begitupun dengan kudanya yang sama-sama terkejut dan tidak bisa dikendalikan. Ruby akhirnya terjatuh dari kuda itu.

"Aww..." Ruby merintih kesakitan.

Orang dari dalam mobil itu keluar dan melihatnya.

"Apa kau tidak apa-apa?" tanya pria itu.

"Apa kau buta? Kau baru saja membuatku terjatuh dari kuda, dan kau masih bertanya apa aku baik-baik saja? Oh,, yang benar saja," Ruby mengomeli pria itu habis-habisan.

Dari jalan lain datang seorang pria menghampiri mereka. Pria itu tidak lain adalah Arvind.

"Halo! Bisa kalian menyingkir dari jalanku?"

Saat dilihat ternyata pria yang sedang berdiri di tengah jalan itu adalah putra bibinya. "Melvin? Apa yang kau lakukan disini? Oh,, apa ada masalah?" tanya Arvind.

"Apa kau temannya?" tanya Ruby.

Arvind hanya mengangguk mengiyakan. Dia membantu Ruby untuk berdiri.

"Terima kasih," ucap Ruby.

"Dasar wanita bermuka dua," gumam Melvin.

"Apa kau bilang? Akan aku hajar kau yah..."

Ruby terlihat sangat kesal saat Melvin menyebutnya gadis bermuka dua.

"Sudah hentikan, Nona. Maafkan temanku ini," ucap Arvind.

"Baiklah, karena kau yang memintanya aku tidak akan menghajar temanmu itu," jawab Ruby.

Saat akan kembali, kuda milik Ruby sudah tidak ada. "Dimana kudaku?"

Ruby menatap kembali Melvin dengan tatapan tajam. Semua karena dia. Sekarang kudanya hilang entah kemana. Ruby bingung bagaimana cara dia untuk kembali.

"Bagaimana jika aku yang akan mengantarmu pulang?" ucap Arvind menawarkan bantuan. "Kau tinggal dimana?"

"Aku tinggal di Home Blue," jawab Ruby.

"Home Blue?" ucap Arvind dan Melvin bersamaan. Kedengarannya mereka sedikit terkejut.

"Ada apa? Oh,, kalian pasti tidak tahu tempat itu, bukan?" ucap Ruby. "Tidak apa-apa, aku akan pulang sendiri saja."

Dari jauh terlihat seorang gadis sedang menunggangi kuda. Dia berjalan ke arah mereka. Saat dilihat dari dekat ternyata itu adalah Shapire. Dia terlihat sangat cantik dengan rambut panjangnya yang terurai. Shapire turun dari kudanya dan menghampiri Ruby.

"Shapire..." ucap Ruby sambil memeluknya. "Aku takut jika aku tidak bisa kembali lagi."

"Tenanglah, aku datang untuk menjemputmu," jawab Shapire.

"Apa yang terjadi padamu?" tanya Shapire.

"Pria itu yang sudah membuatku terluka seperti ini," ucap Ruby sambil menunjuk ke arah Melvin. "Dia juga yang sudah membuat kudaku hilang."

Arvind menyuruh Melvin untuk meminta maaf pada gadis itu, tapi kelihatannya dia sedikit gengsi.

"Kau lihat? Meski dia salah, dia tetap tidak mau minta maaf padaku," ucap Ruby.

"Sudahlah, jangan marah-marah seperti itu. Lagi pula ini hanya luka kecil. Nanti akan aku obati setelah sampai di rumah," ucap Shapire.

"Dia gadis yang sangat lembut," gumam Arvind yang terus menatap Shapire.

"Ayo kita pulang!" ajak Shapire.

"Jika mau aku bisa mengantar kalian," Arvind mencoba menawarkan bantuan.

"Tidak, terima kasih. Aku akan membawanya bersamaku," jawab Shapire.

Kedua gadis itu pergi dengan menunggangi kuda. Melvin merasa harinya sangat buruk karena sudah bertemu gadis galak seperti Ruby. Arvind membawa saudaranya itu ke rumahnya. Dalam perjalanan, Arvind terus terbayang akan wajah Shapire. Sementara Melvin terus memikirkan sesuatu.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Arvind.

"Gadis itu bilang jika dia tinggal di Home Blue, tapi saat kemarin malam kita datang gadis itu tidak terlihat," ucap Melvin.

"Lantas, jika dia ada apa kau akan memilihnya sebagai pasangan hidupmu?" tanya Melvin.

"Tentu saja tidak. Dia gadis yang sangat emosional. Aku lebih suka gadis lembut dan tenang seperti gadis yang satunya lagi," jawab Melvin.

"Aku tidak akan membiarkanmu menyukai gadis yang sama denganku," batin Arvind.

***

Sesampainya di Home Blue, Shapire membawa Ruby ke kamar. Dengan kekuatan supernya, dia langsung mengobati luka Ruby dan seketika luka itu hilang tanpa jejak.

"Apa masih terasa sakit?" tanya Shapire.

"Tidak lagi, terima kasih." jawab Ruby.

Mereka berdua pergi menuju hutan. Sesampainya di sana, Nyonya Fe dan ketiga temannya yang lain baru saja menyelesaikan latihannya.

"Kalian dari mana saja?" tanya Feride.

"Maaf Nyonya Fe, tadi ada sedikit masalah saat kami akan kembali kesini," jawab Shapire.

"Masalah apa?"

"Hanya masalah kecil saja," ucap Ruby.

"Oh, baiklah. Kini giliran kalian berdua untuk berlatih. Yang lainnya bisa kembali ke rumah," ucap Fe.

"Baik, Nyonya Fe."

Langit sudah terlihat gelap. Di dalam hutan sana Shapire dan Ruby masih berlatih memanah. Tiba-tiba dari arah depan ada beberapa anak panah yang menyerang mereka.

"Awas...." ucap Shapire memberitahu Ruby. Mereka langsung menahan serangan itu dengan kekuatannya.

"Siapa yang diam-diam menyerang kita?" tanya Ruby.

"Aku tidak tahu, tapi kita harus berhati-hati," timbal Shapire.

Dari dalam semak-semak keluarlah kelompok pemburu yang sedang mencari hewan buruan. Salah satu dari mereka meminta maaf pada Shapire dan Ruby karena sudah salah melepaskan anak panahnya.

"Syukurlah anak panah kami tidak melukai kalian," ucap pemburu itu.

"Apa yang kalian lakukan di dalam hutan ini?" tanya Ruby.

"Kami ingin mencari hewan buruan," jawab pemburu itu.

"Tidak bisa!" ucap Shapire.

"Ada apa? Kenapa kami tidak bisa mencari hewan buruan kami di hutan ini?"

Shapire bingung untuk memberitahu alasannya pada mereka. Bunda Lin sudah memperingatkan semua gadis untuk tidak membunuh hewan yang ada di hutan. Mereka juga harus mengingatkan pemburu yang masuk ke hutan itu supaya tidak mencari hewan buruan dan membunuhnya. Jika tidak maka akan terjadi hal buruk yang menimpa bangsa manusia itu sendiri.

"Cepat katakan!" bentak pemburu itu.

"Aku tidak tahu bagaimana cara mengatakannya pada kalian. Tapi yang pasti jika kalian sampai membunuh hewan di hutan ini, maka sesuatu buruk akan menimpa kalian," ucap Shapire.

Mendengar penjelasan Shapire, para pemburu itu tertawa tidak percaya. "Aku tidak akan tertipu dengan omong kosong mu itu," ucap pemburu. Mereka melanjutkan perjalannya jauh ke dalam hutan. Shapire khawatir dengan sesuatu yang akan terjadi pada mereka.

"Ayo kita kembali!" ajak Ruby.

Malam itu, semua gadis makan malam bersama dengan Lin dan Feride. Terlihat dua kursi yang yang masih kosong.

"Jangan di hidangkan dulu makanannya!" ucap Lin pada pelayan.

"Ada apa Nyonya?" tanya Fe.

"Siapa dua gadis lagi yang belum datang?" tanya Lin.

Feride mengecek semua gadis. "Shapire dan Ruby yang belum datang," jawabnya.

Mereka sudah terlambat lima menit dari jadwal yang seharusnya. Semua orang terlambat makan malam hanya karena menunggu mereka. Lin pergi untuk mencarinya. Saat menaiki anak tangga, kedua gadis itu sedang berjalan ke bawah.

"Kalian dari mana saja?" tanya Lin. "Apa kalian tahu ini sudah jam berapa?"

"Kami tahu, Bunda Lin. Ini jadwalnya kami untuk makan malam," ucap Ruby.

"Lalu, kenapa kalian sampai terlambat lima menit?"

"Ini semua karena diriku, Bunda." jawab Shapire. "Maafkan aku..."

"Kau bisa menjelaskan semuanya nanti. Sekarang semua orang sudah menunggu kalian di meja makan. Pergilah!" ucap Lin.

"Baik."

Lin tidak jadi ikut makan malam bersama para gadis. Dia meminta pelayan untuk membawakan makan malamnya ke ruang kerjanya. Saat Shapire dan Ruby tiba, makanan sudah bisa dihidangkan.

"Kalian dari mana saja?" tanya Kyanite pelan.

"Tidak ada obrolan apapun saat di meja makan!" ucap Fe tegas.

Selesai makan malam, para gadis pergi ke ruang belajar. Masih ada satu setengah jam lagi waktu mereka sebelum pergi tidur. Terlihat kelima gadis sedang belajar di satu meja yang sama. Berlian terlihat sedang menggambar sesuatu dalam bukunya. Kyanite penasaran dengan sesuatu yang digambar Berlian. Dia merebut bukunya untuk melihat gambar itu.

"Kembalikan buku ku!" ucap Berlian.

"Biarkan aku melihat gambar mu," ucap Kyanite membawa buku itu sambil berlari ke luar.

"Hahaha... Ambilah bukumu ini jika kau bisa," ucap Kyanite.

"Bug!!!"

Kyanite baru saja menabrak Lin. Buku itu terjatuh dan lembarannya terbuka. Lin mengambil buku itu dan melihat gambarnya. Berlian baru saja menggambar sketsa wajah seseorang.

"Siapa yang sudah menggambar ini?" tanya Lin.

"Itu gambar punyaku, Bunda Lin." jawab Berlian menghampiri.

"Kenapa kau menggambar wajah Daren Austin?"

"Kau mengenalnya Bunda?"

"Tentu saja. Dia putra ketiga dari Haven," jawab Lin. "Pemilik Key School itu."

Kyanite melihat gambar itu. "Ya ampun, ini gambar pria tadi yang mengetes kemampuan kita," ucapnya.

"Benarkah?" Lin tidak tahu menahu tentang masalah itu.

"Benar, Bunda. Ketiga putra pemilik sekolah itu yang langsung mengetes kemampuan kita," jawab Kyanite. "Hanya saja kami tidak tahu siapa nama mereka."

Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 malam. Suara alarm pengingat tidur sudah berbunyi. Semua gadis menyudahi semua aktivitasnya dan pergi tidur. Begitupun dengan Kyanite dan Berlian. Mereka kembali ke kamarnya.

****

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!