NovelToon NovelToon
Soulmate

Soulmate

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Karir / Persahabatan / Romansa / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: sJuliasih

Perjalanan kisah romansa dua remaja, Freya dan Tara yang penuh lika-liku. Tak hanya berasal dari latar belakang yang berbeda, mereka juga harus menelan kenyataan pahit saat harus berpisah sebelum sempat mengutarakan perasaan satu sama lain. Pun mereka sempat saling melupakan saat di sibukkan dengan ambisi dan cita-cita mereka masing-masing.

Hanya satu yang akhirnya menjadi ujung takdir mereka. Bertemu kembali atau berpisah selamanya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sJuliasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Kedua netra Freya yang kecoklatan membulat sempurna. Ia tersentak hingga nafasnya terasa tercekat. Pernyataan Baskara seperti anak panah yang tepat mengenai sasaran. Dan hati Freya lah yang menjadi sasaran keangkuhannya.

Freya masih bungkam. Lidahnya masih terlalu keluh untuk berbicara. Fakta bahwa Tara adalah anak dari donatur yang selama ini memberikan beasiswa kepadanya, membuat angan-angan untuk memiliki Tara semakin pudar.

Dinding penghalang terlalu tinggi. Tara kini semakin sulit untuk di gapai. Mengetahui Tara dan dirinya berasal dari latar belakang yang berbeda saja sudah membuat Freya tak percaya diri.

Apalagi setelah tau bahwa donatur di sekolahnya adalah orang tua Tara, semakin tak ada setitik harapan untuk hanya sekedar dekat dengan Tara sekalipun.

"Tapi om, saya... saya nggak pernah mendekati Tara!" dengan suara bergetar Freya memberanikan diri membuka suara.

Baskara berdecih pelan. Tatapan tajam nan sinis mengarah tepat pada gadis di hadapannya.

"Jadi maksud kamu Tara yang mendekati kamu?! Seharusnya kamu sadar diri. Anak seorang pengusaha laundry kecil-kecilan seperti kamu tidak pantas mendekati anak saya!" cerca pria itu.

Kembali Baskara menggores hati Freya dengan ucapannya yang tajam.

"Terus kenapa kalo saya anak seorang pengusaha laundry kecil-kecilan?! Hina menurut om?! Atau om takut, anak om tertular penyakit miskin?!" sekak Freya yang tak terima sang bunda di sudutkan seperti itu.

"Om tenang aja, miskin itu cuma keadaan yang masih bisa di ubah kok. Bukan suatu penyakit yang bisa menular ke orang lain." sambung Freya tanpa jeda.

Baskara terdiam sejenak. Namun sikap angkuhnya tak membuatnya mengalah begitu saja. Ia masih ingin mencerca gadis itu agar jerah dan menjauhi Tara.

"Ck... jangan bicara soal mengubah keadaan kalau kamu saja masih mengandalkan beasiswa!"

Freya tak menjawab, kali ini ia menatap wajah Baskara dengan berani.

"Mulai sekarang, jauhi Tara. Kalau kamu masih nekat mendekati anak saya, maka jangan salahkan saya kalau beasiswa itu akan saya cabut." Baskara tampak serius dengan perkataannya.

Tak hanya melukai hati Freya, kata demi kata yang terlontar dari mulut pria itu juga berhasil membuat kedua mata Freya memanas. Takut merasa tersudutkan lagi, gadis itu pun hanya bisa menahan air matanya agar tak terjatuh di hadapan Baskara.

Tanpa memperdulikan perasaan Freya sedikitpun, gegas Baskara bangkit dari duduknya dan segera keluar dari ruangan kepala sekolah.

Cukup lama gadis itu terdiam, merenungi perkataan pria kaya nan angkuh tersebut. Hingga kepala sekolah pun menghampirinya yang tengah duduk terpaku dengan tatapan sendu.

"Freya..." panggil pak Daris beberapa kali hingga gadis itu menoleh.

Segera Freya bangkit dari kursi dan berusaha tersenyum di hadapan kepala sekolah.

"Kamu baik-baik saja kan Frey?" tanya pak Daris memastikan.

Freya pun mengangguk dengan tak memudarkan senyum palsu di wajahnya.

"Soal perkataan pak Baskara, lebih baik jangan kamu masukkan ke dalam hati. Kamu fokus saja belajar, supaya tetap bisa mempertahankan beasiswa kamu." Pak Daris seolah memahami isi kepala siswinya.

"Baik pak." kembali Freya mengangguk.

"Yasudah, kamu boleh kembali ke kelas." tukas pak Daris lagi.

Dengan lemas Freya melangkahkan kakinya keluar dari ruangan kepala sekolah. Ia tak langsung kembali ke kelas. Ia butuh ruang di mana bisa menyendiri dan menetralkan suasana hatinya yang sempat berantakan.

Gadis itu pun berjalan menuju rooftop sekolah. Karena hanya itu lah satu-satunya tempat yang sangat jarang di singgahi oleh para siswa. Setelah memastikan tak ada yang mengikutinya, Freya langsung menutup pintu yang merupakan akses menuju rooftop.

Tak ingin membendung kesedihannya lagi, akhirnya air mata Freya yang sempat tertahan pun tumpah begitu saja. Mengalir deras membasahi kedua pipinya.

Di balik dinding pembatas rooftop, Freya duduk seraya memegang kedua lututnya. Ia tersedu, mengingat perkataan Baskara yang begitu menyakitkan.

Hingga cukup lama Freya berada di tempat itu. Perlahan, amarahnya menghilang terbawa angin yang berhilir bebas menyapu wajahnya. Gadis itu lalu menyeka sisa-sisa air mata di wajahnya. Ia mengatur nafas berkali-kali sebelum akhirnya meninggalkan rooftop.

Setiba masuk ke kelas, ketiga sahabat Freya langsung menghampirinya seraya memasang raut wajah khawatir.

"Lo baik-baik aja kan Frey?"

"Pak Wira ngapain nyuruh lo ke ruang kepala sekolah?"

"Lo ada buat masalah emangnya Frey?"

Freya menghela nafas berat lalu menatap satu persatu sahabatnya. "Lo bertiga udah kayak wartawan tau nggak!" ujarnya.

Tanpa menjawab satu pun pertanyaan dari ketiga sahabatnya, Freya memilih mengabaikan mereka dan berusaha terlihat tenang.

Ia menghampiri mejanya, mencoba menyibukkan diri dengan memasukkan buku-buku yang di bawanya tadi ke dalam tas dan merapikan beberapa alat tulisnya.

Andre, Hana dan Risa bergegas menyusul ke meja Freya. Mereka tau ada yang tak beres dengan sahabatnya itu.

"Abis nangis kan lo?!" terka Andre sambil memperhatikan kedua kelopak mata Freya yang memang sedikit sembab.

Freya dengan cepat berdalih. "Ngapain juga gue nangis."

"Bohong banget lo." Risa menimpali.

"Lo kenapa sih Frey? Cerita dong sama kita." Hana meraih salah satu lengan Freya berharap sahabatnya itu mau membuka suara.

"Jangan bilang kalo semua ini karna bokapnya Tara!" Andre terlihat marah.

"Bokapnya Tara?!" Hana tak percaya dengan ucapan Andre.

"Lo berdua nggak tau kan kalo donatur terbesar di sekolah kita itu bokapnya Tara?" tukas Andre lagi.

"Serius lo Ndre?" Risa tersentak kaget. Selama ini ia kira sudah mengetahui banyak hal soal Tara. Ternyata masih banyak lagi rahasia yang tersimpan tentang lelaki itu.

Andre pun mengangguk yakin.

"Ini yang gue takutkan dari awal Frey. Gue tau banget gimana bokapnya Tara. Gue sebenarnya pengen menjauhkan lo dari Tara supaya bokapnya nggak bisa semena-mena nyakitin lo kayak gini." papar Andre.

Mendengar ucapan Andre, hati Freya kembali perih. Ia menunduk, menyembunyikan raut wajahnya yang sedih.

"Guys, kayaknya kita batalin aja ya kelompok belajarnya. Gue nggak mau berurusan sama Tara lagi." suara Freya terdengar parau.

"Ngapain harus kita batalin?! Sejak awal kan kita emang nggak ada ngajak Tara." sahut Andre kesal.

"Iya Frey. Gue rela kok kalo ayang Tara nggak ikut belajar bareng kita. Yang penting jangan di batalin ya Frey. UAS kita tinggal seminggu lagi loh, gimana nasib gue coba kalo kelompok belajar lo batalin gitu aja." Risa menimpali.

"Emangnya bokap Tara ngomong apaan sih Frey sama lo?" tanya Hana penasaran.

Andre yang kesal langsung melayangkan tatapan tajam ke arah Hana. "Harus banget ya lo tau!" sekaknya.

"Gue kan cuma......"

"Bokap Tara nyuruh gue buat menjauh dari Tara. Dan beasiswa gue jadi taruhannya kalo gue masih nekat ngedeketin dia." Freya akhirnya mau bercerita. Ia rasa memendam hal itu sendirian hanya akan menambah beban hatinya.

"Keterlaluan emang bokapnya! kenapa nggak lo bilang aja sih Frey, kalo anaknya yang selama ini ngedeketin dan ngejar-ngejar lo?!" ujar Andre dengan ketus.

Freya semakin menundukkan kepalanya. Andai ia tak pernah memberi celah kepada Tara, tidak. Andai sejak awal ia tidak mengagumi Tara, mungkin celah sekecil apapun tidak akan bisa membuat Tara masuk ke dalam hidupnya.

***

Jam pelajaran pun telah usai. Freya, Hana dan Risa masih sibuk merapikan alat tulis mereka. Sedangkan Andre sudah lebih dulu keluar dari kelas. Ia ingin menemui Tara.

Dengan setengah berlari Andre menuju ke kelas Tara. Takut kalau sang ketua osis sudah lebih dulu menghampiri Freya.

"Tara...." panggil Andre dengan nafas yang terengah.

Benar saja dugaan Andre, Tara memang hendak menemui Freya di kelas mereka. Namun Andre lega karna ia berpapasan dengan Tara dan berhasil mencegah lelaki itu.

"Kenapa lo? Di kejer setan?!" tanya Tara menatap aneh ke arah Andre yang masih mengatur nafasnya.

"Lebih baik lo pulang Tar." tukas Andre menghiraukan pertanyaan Tara.

"Lo aja sana, gue mau ke rumah Freya." sahut Tara ketus, lalu hendak pergi dari hadapan Andre.

Dengan sigap Andre mencegah langkah Tara. "Eh, tunggu Tar. Mau ke mana lo?"

"Apaan sih lo? Aneh banget. Awas gue mau lewat!" sekak Tara.

"Freya.... Freya... udah pulang bareng Hana sama Risa. Dan lo nggak perlu dateng ke rumah Freya, karna belajar kelompoknya udah kita batalin."

"Ini bukan akal-akalan lo doang kan?!" Tara memastikan. Karna pagi tadi jelas-jelas Freya tak ada mengatakan akan membatalkan belajar kelompok mereka.

"Terserah kalo lo nggak percaya!" balas Andre.

"Memang nggak percaya gue sama lo." Tara menimpali.

Ada perasaan kecewa yang menjulur di hati Tara. Jika pun memang belajar kelompok itu di batalkan, ia ingin mendengar langsung dari mulut Freya.

Tara pun berlalu dari hadapan Andre dan tak menghiraukan panggilan sepupunya lagi. Dengan langkah lebar Tara melangkah menuju ke kelas Freya. Ia ingin membuktikan apakah ucapan Andre bisa di percaya atau tidak.

Andre yang panik karna tak mampu mencegah Tara, bergegas mengeluarkan ponsel dari sakunya. Ia langsung menghubungi sahabatnya itu dengan perasaan gelisah.

"Buruan angkat Frey!" gumamnya pelan.

Berselang beberapa detik, terdengar suara Freya dari seberang sana. Tanpa jeda sedikit pun, Andre langsung menyuruh Freya untuk segera meninggalkan kelas karna Tara sedang menuju ke sana.

Jelas pemberitahuan dari Andre itu membuat Freya panik. Terlebih ia memang masih berada di kelas bersama Hana dan Risa.

"Guys, Tara mau ke sini. Gimana ini?!" Freya sama paniknya dengan Andre.

"Serius lo Frey?!" Risa pun terperenyak dari duduknya.

Freya mengangguk cepat dan bergegas mengajak kedua sahabatnya meninggalkan kelas. Namun ketika masih berada di depan pintu,

langkah mereka yang tergesa harus terhenti.

"Ta... Tara!!!" lirih Freya saat berpapasan dengan lelaki yang seharusnya ia hindari.

"Eh, ada Tara." Risa menyeringai kaku.

Suasana berubah mencekam. Sikap Tara tak sehangat biasanya. Wajahnya yang tampan terlihat datar. Bahkan tatapan tajam lelaki itu mampu membuat Freya dan kedua sahabatnya bergidik ngeri.

"Gue mau ngomong sama lo!" ucap Tara tak kalah datar dengan ekpresinya.

***

1
korokoro
kaget banget Tara, jangan nakal main cubit pipi aja/Scowl/
Julia H: namanya juga modus kak🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!