Menikah Dengan Ceo

Jackson memandang Audrey yang masih tergeletak di lantai, dan terlihat begitu kesakitan tidak mampu untuk berdiri.

"Jackson... kakiku sakit, tolong aku!" sahut Audrey menggapai tangannya, agar di raih Jackson untuk membantunya bangkit berdiri.

"Aku sepertinya belum mengenalmu dengan baik!" sahut Jackson menatap Audrey dengan dingin.

"Tidak, Jackson.. dengar dulu penjelasan ku..!"

"Bukankah sudah ku katakan padamu, jangan datang ke Mansion Myron untuk sementara ini, karena ponakanku masih kurang sehat! ternyata kamu begitu keras kepala, seperti bukan Audrey yang ku kenal selama ini!" ujar Jackson dengan nada, yang sedikit menggeram, karena merasa begitu kesal.

Jackson kemudian berbalik, dan meninggalkan Audrey yang masih terduduk di lantai tepi kolam.

Membuat wanita itu terbelalak tidak percaya, melihat Jackson yang tidak perduli padanya.

"Jackson, apa kamu tidak tahu, aku memendam rasa suka padamu, sejak kita duduk di bangku menengah pertama, aku selalu berada di dekatmu, tapi... sedikit pun kamu tidak peka dengan kehadiran ku, yang selalu berada di sampingmu!" gumam Audrey mengepalkan tangannya dengan erat.

Audrey nanar memandang langkah Jackson yang semakin jauh, dan tidak sedikit pun mencoba untuk menoleh ke belakang.

Sementara itu di kamar Oscar.

Crystal telah selesai membersihkan tubuh Oscar, dan sekarang anak kecil usia enam tahun itu, sudah naik ke atas tempat tidurnya untuk beristirahat.

Crystal mengelus kepala Oscar dengan sayang, lalu mengecup keningnya dengan lembut.

"Istirahat lah, nak" bisiknya sembari tersenyum.

"Iya, Ma!" Oscar mengangguk dengan patuh, lalu perlahan memejamkan matanya.

Crystal menepuk-nepuk dengan lembut lengan Oscar, sembari bersenandung kecil, agar anak asuhnya itu tertidur.

Lima menit kemudian, Oscar pun terlelap, dan Crystal dengan pelan turun dari atas tempat tidur Oscar.

Crystal tersenyum puas melihat Oscar yang telah tertidur, ia kemudian menuju cermin.

Crystal menatap dirinya di dalam cermin, memegang pipinya yang masih terasa panas, akibat tangan besar Jackson menampar pipinya.

Terasa perih di bagian dalam pipi, sepertinya memar. Dengan lembut, Crystal membelai pipinya yang terasa masih berdenyut.

Gadis itu tidak tahu, sudah ke berapa kali Jackson berbuat kasar padanya, selama pria itu kembali luar negeri.

Perasaan tidak suka Crystal, sangat menumpuk di dalam hatinya pada pria itu.

Setiap ia melihat Jackson, hati Crystal sangat benci, hingga ingin rasanya ia pergi dari Mansion Myron tersebut.

Tapi, mengingat Oscar yang masih kecil, hatinya jadi bimbang, tidak tega untuk meninggalkan putra dari sahabatnya itu.

Crystal dan Diana, sudah berteman sejak mereka duduk di bangku menengah atas, sampai mereka masuk ke Universitas.

Dua pribadi yang berbeda kelas sosial, bisa begitu akrab, layaknya seperti adik kakak kandung.

Diana seorang putri dari keluarga kaya, sementara Crystal seorang gadis biasa dari kalangan menengah ke bawah.

Berawal dari pulang sekolah, saat itu hujan deras, Diana terlambat di jemput oleh sopir Ayahnya.

Sementara Crystal saat itu, lebih belakang keluar dari kelas, karena melakukan tugasnya, membersihkan kelas untuk esok hari.

Crystal yang tidak memiliki seorang Ayah lagi, ikut membantu Ibunya untuk mencari nafkah.

Gadis itu sepulang sekolah, tidak langsung pulang ke rumah, ia bekerja part-time di sebuah toko roti terlaris di kota mereka.

Setelah selesai membersihkan kelas, sekolah sudah sepi, dan hujan mulai reda.

Crystal membuka payungnya, dan saat ia melewati pos petugas keamanan sekolah, ia melihat Diana berteduh, ternyata Diana juga belum pulang.

Sebuah mobil mewah berhenti di depan pintu gerbang sekolah, dan kemudian Diana berlari menerobos rintik hujan.

"Boleh aku nebeng payung mu sebentar? aku tidak memiliki payung, mobilku sudah datang menjemput!" tiba-tiba Diana sudah berdiri di samping Crystal.

"Oh.. iya!" angguk Crystal tertegun sesaat, ia tidak menyangka Diana bicara padanya.

Diana senior Crystal, yang ia tahu putri orang kaya. Mereka sepayung berdua menghampiri mobil yang sedang menunggu.

Dan, Diana kemudian mengucapkan terimakasih kepada Crystal. Sejak saat itulah pertemanan mereka di mulai.

Hingga memasuki Universitas, masuk ke semester terakhir, Ibu Crystal meninggal karena penyakit leukimia.

Diana terlebih dahulu lulus dari Universitas, dan kemudian menikah dengan tunangannya, Ayah Oscar.

Saat Diana melahirkan Oscar, ia sudah memberitahu kan pada Crystal, untuk tinggal bersamanya.

Diana kemudian meminta Crystal untuk menjadi pengasuh putranya, dengan bayaran yang membuat Crystal tertegun.

Crystal sempat menolak upah yang di berikan Diana, karena hampir setara dengan gaji pekerja kantor.

Diana tidak mempermasalahkan gaji yang ia beri kepada Crystal, karena ia tahu Crystal sudah tidak memiliki orang tua lagi.

Akhirnya, Crystal pun menjadi bagian keluarga Myron, karena putra Diana menganggap Crystal seperti Ibunya sendiri.

Selama Crystal tinggal di Mansion Myron, ia tahu putra ke dua mertua Diana tinggal di luar negeri, bersama keluarga adik mertua Diana.

Karena itulah, Crystal tidak begitu kenal dengan pria itu, yang menurutnya begitu dingin dan kasar.

Crystal menghela nafas panjang, lalu memperhatikan di dalam cermin, pipinya masih terlihat memerah.

Ia mendengus kesal, mengingat bagaimana pria itu, dengan ringannya menamparnya, tanpa memastikan terlebih dahulu permasalahan apa yang sebenarnya terjadi.

Bersambung.....