My Mysterious Husband

Krucuukk.. ~

Ailyn yang baru menyadari kalau seharian ini ia hanya makan sedikit, mulai merasa lapar. Ailyn Mengajak Jave ke salah satu restoran sederhana tempat makan langganan nya bersama Mina saat masih bersekolah dulu.

" Wah, menunya semakin bervariasi, dulu hanya ada mi dan ayam goreng, kau mau pesan apa? " celoteh Ailyn antusias.

" Kau saja, aku tidak makan hewan" ujar Jave singkat.

" Hewan? mm.. memang benar mereka hewan, tapi kan sudah diolah"

Ailyn menunjukan berbagai menu dari Ayam dan daging sapi.

" Tetap saja, aku tidak menyukainya"

Jave duduk bersandar sembari melipat tangan nya.

" Hmm.. pantas saja, hiasan di kamarku tinggal kerangkanya saja" gumam an Ailyn terdengar sampai ke telinga Jave.

Jave terlihat pura-pura tak mendengarnya, wajah tampan itu berpaling ke arah kaca luar resto tersebut.

" Bunga apa yang paling kau suka?" tanya Ailyn tiba-tiba.

" Mawar, lily, lavend.. "

Jave menghentikan ucapan nya, setelah menyadari senyuman dari wajah Ailyn yang sedang memandanginya, membuat jantungnya berdetak lebih cepat.

Karena di tatap terus menerus oleh pria tampan dihadapan nya, membuat Ailyn tersipu. Kali ini ia merasa ada yang berbeda dari tatapan Jave kepadanya.

" Ehm.. karena kau sudah menyelamatkan nyawaku, aku akan menyediakan sebanyak apapun bunga yang kau suka" jelas Ailyn masih tersipu.

Jave yang tersadar dari lamunan nya, kembali memalingkan wajah kearah lain. Kali ini wajah nya terlihat memerah.

°°°

" APA ?! dasar tidak becus, tutup mulut mu atau kau yang akan mati ! "

Tuut !

Terlihat nyonya Lamia yang merasa emosional setelah menerima panggilan telepon dari seseorang.

Wajahnya yang mulai dihiasi kerutan halus itu , kini semakin berkerut akibat emosi yang mendominasi.

Tampak tubuh kurus yang mulai berumur itu terduduk di samping ranjang sutranya. Dengan pikiran aneh yang kini memenuhi otaknya.

" Tidak mungkin selamat, seharusnya gadis rubah itu langsung mati !" gumam nya geram.

Pasalnya setelah ia mencoba meracuni Ailyn dan gagal karena salah perkiraan, kali ini pun ia harus kembali menghadapi kegagalan lagi.

Bahkan kali ini ia sangat merasa aneh dengan info yang baru ia dapatkan dari orang suruhan nya tersebut.

" Hilang ya, hmm.. hilang kemana ya khu khu ~"

Kali ini ekspresinya berubah, kemarahan yang beberapa menit lalu mendominasi seketika menghilang, tergantikan oleh senyum jahat bak nenek sihir dalam dongeng.

Entah rencana jahat seperti apa lagi yang ia pikirkan saat ini.

...----------------...

Hingga pada keesokan paginya, Ailyn tetap terjaga di atas ranjang nya. Matanya tak kunjung terpejam karna teringat kejadian mengerikan yang belum lama di alaminya.

Pikiran nya ini sangat mencurigai dua orang anggota keluarganya, yaitu Bibi Maye dan siapa lagi kalu bukan Nyonya Lamia yang sedari dulu ia curigai.

Braak !

Ailyn pun terduduk karna terkejut mendengar pintu kamarnya di buka dengan kencang.

" Hiks.. Nonaaaa ! "

Tiba-tiba dengan masih menggunakan pakaian kasual nya, Mina berlari menghampiri Ailyn yang masih terkejut, lalu memeluknya dengan erat.

" Maaf kan saya karna baru datang hiks.. "

Mina masih memeluk Ailyn sembari menyeka air matanya agar tidak mengotori pakaian Ailyn.

" Aku tidak apa-apa kok Mina, mengapa kau seheboh ini "

Ailyn membalas pelukan Mina seraya menepuk pelan bahu pelayan kepercayaan nya tersebut.

" Hiks, beruntung nona masih selamat"

Mina melepaskan pelukan nya, dengan kedua tangan yang masih sibuk menyeka air matanya.

" Bagaimana kau tahu? apa kerabat mu si ahli spiritual itu memberi tahu mu?" tanya Ailyn penasaran.

Mina hanya mengangguk pelan, berusaha menenangkan dirinya. Setelah mengunci pintu rapat-rapat, Mina mulai bercerita tentang apa saja yang didengarnya dari kerabatnya itu.

Madam Jane, begitulah masyarakat di desa tempat Mina tinggal memanggil wanita nyentrik tersebut. Namun Mina lebih akrab memanggilnya bibi, karena masih satu kerabat dengan keluarga besarnya.

" Bibi Jane bilang, ada yang ingin menyingkirkan nona, namun gagal, karena nona diselamatkan oleh elf " Mina memulai pembicaraan.

" Memang benar, Jave yang sudah menyelamatkan nyawaku" Ailyn mulai menyimak cerita Mina.

" Memang benar, tuan Jave itu sebangsa elf, namun nona harus tetap berhati-hati, karena dia bukan elf biasa, bibi bilang kekuatan yang dimiliki nya bisa sangat menjerumus kan manusia, kau tahu nona kekuatan apa yang dimaksud?" kali ini Mina bertanya dengan serius.

" Aku hanya tahu, Jave bisa mengeluarkan cahaya dari matanya, lalu tidak tahu pastinya saat menyelamatkan ku kemarin, oh satu lagi ! dia juga mengobatiku, apanya yang menjerumuskan?"

Ailyn kembali bertanya dengan serius.

" Ah itu dia ! tatapan matanya sangat berbahaya, karna bisa-bisa kita terpengaruh oleh nya" ujar Mina bergidik.

" Maksudmu, dia bisa hipnotis? seperti pesulap begitu? "

Ailyn tidak begitu paham dengan penjelasan dari Mina.

" Manipulasi.. Dia bisa memanipulasi pikiran manusia, jika tidak waspada, kita bisa dijerumuskan oleh nya nona"

Penjelasan Mina kali ini membuat Ailyn paham. Jika memang Jave seperti itu, tentu sangat menguntungkan nya saat mereka bersama nanti.

Lagi pula tidak ada perlakuan Jave yang sengaja ingin bermaksud jahat kepadanya.

Ailyn merasa bisa mencegah nya, jika suatu saat Jave berniat menjahatinya. Namun pada kenyataan nya, malah Jave lah yang sering membantu nya akhir-akhir jni.

" Mina, keputusan ku masih sama, aku tetap ingin menikahinya"

Pernyataan Ailyn membuat Mina menggeleng tak percaya. Ia tak habis pikir dengan pemikiran majikan nya yang random itu.

" Sebaik nya anda berpikir kembali nona, saya khawatir jika tetap melanjutkan nya, anda akan kecewa" ujar Mina memperingatkan.

" Tenang saja Mina, kali ini aku akan lebih berhati-hati, oh ya.. Bagai mana soal arloji itu?" Ailyn mulai mengalihkan topik pembicaraan.

" Aku sudah memberikan nya pada bibi Jane, dia bilang perlu waktu yang lama untuk memperbaiki nya, dia harus mengumpulkan energi extra untuk memulihkan kekuatan dari arloji itu, terlebih pada bagian kacanya retakannya cukup dalam" jelas Mina panjang lebar.

Mendengar penjelasan dari Mina, membuat Ailyn tersenyum senang hingga tercetak jelas lesung pipit dari pipi kirinya.

Karena semakin lama arloji itu selesai diperbaiki, semakin lama pula waktu yang akan dihabiskan nya bersama Jave nanti.

Kini Ailyn sudah semakin tak sabar untuk segera melangsungkan acara pernikahan nya dengan Jave. Namun setelah berpikir beberapa saat, ada hal yang harus ia selesaikan terlebih dahulu, sebelum melancarkan rencana pernikahan nya.

Setelah selesai obrolan panjang dengan Mina, Ailyn pun bergegas ke dapur, setelah sebelumnya mandi dan berganti pakaian.

Ia mengambil beberapa buah anggur shine muscat untuk sarapan nya pagi ini.

Sedang asyik menikmati beberapa butir anggur, tiba-tiba ia dikejutkan oleh kemunculan kakak iparnya (Claudia), yaitu isteri dari saudara laki-lakinya yang bernama Arden.

" Hey, itu punyaku, seenaknya saja kau memakannya tanpa izin !"

Claudia merebut kembali piring dengan beberapa butir anggur yang masih tersisa.

" Hhh.. ini bukan rumah mu" balas Ailyn mulai jengkel.

" Apa? harusnya aku yang bilang begitu, ini juga bukan rumah mu kan?! " sahut Claudia dengan nada tinggi.

" Kembalikan piringnya, aku sedang makan" Ailyn menahan emosi.

" Enak saja ! sudah kubilang ini punyaku !" tegas Claudia memakan sisa anggur dari piring tersebut.

" Heh.. habis kan saja dengan piringnya sekalian, dasar rakus ! " ejek Ailyn beranjak dari tempat duduk nya.

Tidak terima dengan ejekan Ailyn, Claudia yang terpancing emosi, menghampiri Ailyn lalu mendorong nya hingga terjungkal tertindih kursi.

" Hey kau si*lan !" umpat Ailyn berusaha bangkit.

Claudia yang melihat Ailyn kesusahan malah menertawainya.

" Hahahaha.. rasakan itu !"

Ailyn merasakan sakit pada kaki kanan nya akibat tertimpa kursi.

" Ada apa ini?! pagi-pagi sudah ribut "

Terdengar suara Arden (kakak laki-laki Ailyn) berjalan menghampiri kedua wanita yang berseteru itu.

Pria tegap berwajah tegas itu hendak membantu Ailyn bangkit dari posisinya saat ini.

" Tidak usah kak, aku bisa bangun sendiri"

Ailyn berusaha berdiri dengan menahan rasa sakit akibat kakinya yang tertimpa kursi.

" Kau yakin?" tanya Arden khawatir.

" Suamiku, dia tidak apa-apa, lagi pula dia jatuh sendiri " Claudia beralasan.

Karna semakin muak dengan tingkah Claudia, Ailyn segera bergegas meninggalkan mereka berdua dengan masih menahan sakit dibagian kakinya.

Kali ini ia menuju ruang makan keluarga, disana sudah ada nyonya Lamia yang sedang menikmati sarapan bersama cucu laki-laki pertamanya yang bernama Hailey (anak dari Arden dan Claudia).

" Ibu, aku ingin bicara penting"

Ailyn berdiri disamping nyonya Lamia yang sedang bersantap.

" Ailyn, sapa lah dulu keponakan dan kakakmu, mereka baru saja sampai, dimana etika mu" tegas nyonya Lamia masih melanjutkan sarapannya.

" Aku akan menikah besok !" tegas Ailyn menatap tajam kearah nyonya Lamia.

Trakk !

Garpu dan pisau yang dipegang oleh nyonya Lamia seketika terjatuh diatas piringnya. Ia langsung menatap sinis kearah Ailyn.

Begitu juga dengan Arden dan Claudia yang menyusul Ailyn ke ruang makan, mereka tampak terkejut dengan pernyataan adik bungsunya itu.