Dari kecil hidupku sudah ku abdikan pada keluarga yang mengangkatku sebagai anak, aku adalah anak panti yang tanpa nasab, ibuku dulu seorang budak dan dia di bunuh oleh seseorang entah siapa setelah menitipkan aku di panti asuhan. Sejak umur 10 tahun seorang donatur mengadopsiku, dia adalah tuan Samer dan Ibu Luci, mereka mengangkat ku sebagai pancingan agar mempunyai anak, dan benar saja setelah satu tahun aku bersama mereka mereka mempunyai seorang anak perempuan. Tuan Samer memintaku untuk selalu melindungi anak kandungnya, hingga suatu ketika terjadi bencana dalam keluarga tuan Samer, anak dari tuan Samer memanipulasi dokumen dari sebuah perusahaan besar di negara ini. Pemilik perusahaan geram dan itulah awal kisah baru ku. Aku di tuntut oleh Nyonya Lusi menggantikan anaknya sebagai tawanan seorang yang kejam pemilik perusahaan tersebut. Diriku di sekap dan di kurung dalam penjara, entah apa yang akan ku dapatkan. Benci, dendam atau cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Panik
Tom beranjak dari mension, dia memilih pergi ke klub. Tom menuju bar tender dia memesan minuman bersoda, dia menghindari minuman beralkohol untuk saat ini. Mata Tom mengarah pada wanita yang duduk di sudut ruangan, dia terlihat sedang mabuk, di sampingnya ada lelaki yang menggodanya. Tom mengepalkan kedua tangannya, dia bergegas menghampiri wanita itu.
"Hai kau, pergi!" Hardik Tom pada lelaki yang menggoda gadis itu , lelaki itu tersenyum miring.
"Siapa kau berani memerintah ku!" ketus lelaki yang ada di sebelah wanita itu.
"Bukan urusanmu" timpal Tom, seraya menarik tangan wanita itu.
"Lepasin Tom" racau wanita yang di tarik paksa Tom meninggalkan lelaki hidung belang.
"Kau itu mabuk, ayo pulang!" Ajak Tom masih menyeret tangan wanita itu.
"No, aku mau disini" wanita itu menghentikan langkahnya. Seketika Tom ikut berhenti.
"Kau yang pergi Tom"
"Kau mau mereka melecehkan mu!"
"Aku bisa menjaga diriku sendiri" tolak wanita itu.
"Bahkan untuk berjalan saja kau sempoyongan" Tom masih kekeh kembali menyeret tangan wanita itu untuk pergi dari klub.
"Tom, jangan sok peduli kamu padaku, kau itu sama saja seperti Aslan" racau wanita itu. Tom menarik nafas panjang, di banding-bandingkan dengan seseorang adalah hal yang di benci oleh Tom.
"Kita pulang!" putus Tom.
"Tidak" tolak wanita itu.
"Aku bisa pulang sendiri" wanita itu berderap melangkah ke luar ke lobi dahulu dengan sempoyongan terlihat sopir membukakan pintu mobil untuknya, wanita itu masuk ke dalam, sopir itu melihat Tom seraya membungkukkan badan, setelah itu dia masuk dan melajukan mobil meninggalkan klub. Tom menatap nanar kepergian wanita itu.
"Andai saja kau bisa membuka hatimu Afriel" lirihnya. Tom memilih pergi dari klub malam yang dulu milik keluarganya.
"Bagaimana nasib wanita itu" teringat dengan Asiyah yang dia tinggalkan di kamar mandi dan dia melarang anak buahnya untuk masuk ke dalam mension. Segera dia memacu mobil dengan kecepatan di atas rata-rata.
***
Klek...
Pintu kamar mandi terbuka lebar, mata Tom melihat ke segala penjuru arah mencari keberadaan seseorang tapi di dalam kamar mandi kosong, di bathtub pun sudah bersih, hijab yang tadi terombang ambing sudah tidak ada, bahkan air yang ada di bathub sudah terganti. Tom berderap keluar dari kamar mandi dia berganti mencari di kamar, balkon dan terakhir dia mencari di walk in closed.
"DAM!! kemana kamu?" Tom memanggil Gio untuk menanyakan keberadaan seseorang yang dia cari.
"Gio, kau tahu dimana wanita itu?" geram Tom. Gio menarik nafas panjang dengan sopan dia menjawab.
"Maaf tuan, bukannya tadi tuan melarang kami masuk ke dalam dan rumah juga tuan kunci. Setahu saya nona tidak keluar dari mension tuan"
"Tapi dia-"
"Apa tuan sudah mencarinya di kamar nya?" sela Gio. Tom baru ingat kenapa dia tidak mengecek CCTV saja. Karena tadi dia keburu khawatir pada Asiyah.
"Saya akan mencarinya di ka-"
"Biar aku saja, kau kembalilah ke paviliun" ujar Tom berlalu meninggalkan Gio. Gio memilih menuruti perintah Tom. Jujur saja Gio juga merasa cemas pada Asiyah, tapi dia tidak ingin Tom murka padanya dia memilih kembali ke paviliun.
Tom mengusap wajahnya kasar, dia kembali ke kamarnya dan duduk di sofa, dia mengambil ponsel dari saku jas nya. Dengan cepat dia mengecek CCTV.
Terlihat Asiyah keluar dari kamar mandi miliknya dengan baju dan kerudung yang basah. Tom tertegun karena Asiyah nampak tidak menutupi wajahnya. Asiyah keluar dari kamar Tom. Dan Tak lama dia kembali sudah berganti pakaian dan memakai cadar. Asiyah terlihat membersikan lantai dan dia kembali ke kamar mandi selang beberapa menit dia keluar dari kamar mandi. Dia juga merapikan kamar Tom. Tak lama dia keluar dari kamar Tom. Tom melihat rekaman CCTV di ruang tengah dan dapur, terlihat Asiyah mengambil minuman lalu dia masuk ke kamarnya. Tom bernafas lega. Dia menyandarkan tubuhnya di sofa.
Asiyah menyandarkan tubuhnya di headboard. Badannya terasa sakit dan sepertinya dia agak demam karena tadi di guyur oleh Tom cukup lama. Asiyah merasa bersyukur setidaknya Tom tidak melakukan hal yang sangat dia takuti. Asiyah memilih merebahkan tubuhnya. Besok dia harus kembali mengerjakan tugas yang ada di mension.
Sinar mentari menyinari wajah Tom yang terlelap, dia lupa menutup tirai jendela. Tom mengerjap dia melihat jam yang terpampang di dinding kamarnya sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Tom beranjak untuk ke kamar mandi. Beberapa menit kemudian Tom sudah selesai ritual mandinya, dia memilih baju untuk dia pakai ke kantor. Biasanya Asiyah yang akan menyiapkan tapi sekarang Asiyah tidak kunjung datang ke kamarnya, mungkin dia takut. Ya, itulah yang ada di dalam pikiran Tom, dia sadar dia kemarin sudah keterlaluan pada Asiyah.
Pukul tujuh Tom keluar dari kamar, dia menuju meja makan. Tidak ada makanan di meja. Bahkan di dapur juga bersih, sepertinya Asiyah tidak memasak. Tom mengepalkan kedua tangannya dia menuju kamar Asiyah.
Tok.. Tok.. Tok..
Tok.. Tok.. Tok..
Tidak kunjung di buka, Tom kembali mengetuk pintu
Tok.. Tok.. Tok..
"Kau buka pintu atau aku dobrak!" suara lantang Tom.
"Jika dalam hitungan ke tiga tak kau buka maka aku akan mendobrak pintu ini" lanjut Tom, tak ada sautan dari dalam. Tom mencoba memegang hendel pintu ternyata tidak di kunci. Tom membuka pintu itu dan melihat Asiyah yang tergeletak di lantai dan memegang sajadah di tangannya.
"Hai bangun!" seru Tom membangunkan Asiyah tak kunjung bangun. Tom kembali membangunkan Asiyah kali ini dia mencoba menepuk badannya, dan tak kunjung bangun. Sempat khawatir Tom mencoba mengecek keadaan Asiyah ternyata Asiyah tidak memakai cadarnya. Lagi-lagi Tom tertegun melihat wajah cantik Asiyah. Dengan cepat dia menetralkan dirinya.
"Badannya sangat panas, dia demam" guman Tom seraya m membopong Asiyah ke atas ranjang. Tom begitu panik melihat Asiyah yang begitu pucat wajahnya lalu dia menghubungi Gio menyuruh Gio memanggil dokter.
"Gio, cepat hubungi dokter sekarang suruh ke mension!"
"Baik tuan, saya akan menyuruh dokter Jimmy agar segera datang"
"Tunggu, jangan dokter Jimmy, cari dokter wanita" seru Tom. Gio yang mengerutkan keningnya, baru kali ini Tom menyuruhnya memanggil dokter wanita ke mension, biasanya kan dokter Jimmy. Tapi Gio mengiyakan seruan Tom.
"Baik tuan"
Tom merasa aneh dengan dirinya, kenapa juga dia tidak menginjinkan dokter laki-laki yang memeriksa Asiyah padahal Tom kan sangatlah membenci Asiyah yang menurutnya munafik. Tapi wajah pucat Asiyah menunjukkan bahwa begitu tersiksanya dirinya.
'Apa aku keterlaluan dengan nya!' lirih Tom dalam hatinya dia juga merasa bersalah.