NovelToon NovelToon
Cermin Warisan

Cermin Warisan

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Zulia Almanshur

Aku pandangi cermin besar di hadapan ku , di samping nya terdapat ukiran memutar ke sekeliling cermin .

" Cermin yang sangat indah " . Gumam ku mengagumi cermin dinding yang lebar nya satu setengah meter dan panjang dua setengah meter ini .

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zulia Almanshur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9 Sosok Menyeramkan

Perempuan yang tampak lebih muda dari ku bergidik ngeri melihat ku . Dia bersembunyi di belakang tubuh Widia tapi masih tetap berusaha melihat ku .

Mbak Widia menutup pintu rumah dan menggandeng perempuan itu untuk mendekati ku .

" Mirna , ini yang aku maksud kan " .

" Si siapa dia mbak , apa dia hantu nya Laras ? " .

" Aku juga gak tau Mir , kita akan cari tau " .

" Ka kamu siapa , kalau bukan hantu nya Laras ? " .

Perempuan yang baru ku ketahui bernama Mirna itu mencoba membuka obrolan dengan ku .

" Nama ku Viya , aku juga ndak tau kenapa tiba - tiba ada di desa ini , aku juga tak mengenal kalian " .

" Ya sudah , begini saja di kampung kami sedang ramai dengan kematian Laras yang kata nya bunuh diri , kamu jangan kemana - mana selain dengan kami , aku takut kamu sedang dalam bahaya " . Widia mencoba memperingati ku .

" Aku harus panggil kalian apa ? " . Tanya ku pada mereka .

" Panggil saja aku Widia dan ini Mirna masih tetangga ku , rumah nya juga tepat di sebelah kanan rumah ini , sekarang kamu ceritakan apa yang membuat mu sampai ke desa ini ? " . Widia memperkenalkan diri nya dan juga tetangga nya itu .

Aku menceritakan dari mulai aku menemukan dompet Titin , melihat foto perempuan cantik berbaju merah dan sampai akhir nya aku tiba - tiba terbangun dan sudah berada di gubug sawah tempat Widia menemukan ku .

" Tapi wajah kamu kenapa persis wajah Laras ya ? " . Mirna yang sudah tak takut lagi dengan ku mulai menelisik wajah ku .

" Mbak Widia kita harus sembunyikan Viya dulu , jangan sampai ada warga lain yang tau " . Mirna seperti nya mengkhawatirkan sesuatu .

" Iya kamu bener Mir , kita akan cari tau dulu keadaan di luar " .

" Oh ya mbak , aku tadi mendengar dari salah satu warga kalau Laras sebetul nya kematian nya di anggap gak wajar " .

" Maksud kamu Mir ? " .

" Kalau sebagian warga sih bilang kalau .. " . Mira tak melanjut kan kalimat nya karena sengaja aku potong tak peduli kalau mereka marah .

" Maaf , pantang bagi kita menyebut nama seseorang yang sudah tiada , karena mereka sudah beda alam dengan kita sebab terkadang makhluk astral jika ada yang memanggil atau menyinggung maka dia akan menghampiri , jadi mending di sebut almarhumah aja , kata mbah ku sih begitu " .

" Yo wes kita sebut dia gitu aja piye mbak Wid ? " .

" Iya setuju , gitu aja " .

" Warga bilang kalau dia mengakhiri hidup nya sebab putus asa di tinggal anak nya yang meninggal " .

" Memang nya anak nya umur berapa Mir " . Jiwa kepo ku pun meronta ingin tahu lebih detail nya .

" Masih bayi , belum genap empat puluh hari umur nya , kata nya sih kena sawan tapi kalau sawan kok tubuh nya bisa menyusut seperti abis di hisap darah nya " . Mirna tampak bergidik saat menceritakan nya .

" Maksud mu piye tho Mir ? " . Widia kembali bertanya .

" Yo iku mbak Wid , awake dadi garing koyo kayu sing di pepe " . { Ya itu tadi mbak Wid , tubuh nya jadi kering seperti kayu yang di jemur } .

" Kok bisa gitu ya Mir , apa kamu gak salah lihat ? " .

" Ora mbak Wid , tenanan iku " .

" Terus gimana kabar jenazah tadi Mir ? " .

" Kata bapak sih tadi mau di makam kan besok pagi mbak soal nya sekarang sudah sore " .

" Berarti sekarang di rumah orang tua nya ya ? " .

" Iyo mbak , terus saiki piye , ora mungkin Viya di tinggal " .

" Viya kamu berani di sini sendirian ? " .

" Be berani mbak , tapi kalau aku mau ke kamar mandi di mana mbak ? " .

" Kamar mandi masih satu rumah di dalam rumah ini , kamu tinggal jalan lurus aja ke arah dapur , kamar mandinya masih satu ruangan sama dapur " .

Mbak Widia mengambil jaket yang di gantung di paku . Di dalam rumah ini ada tiang kayu penyangga atap yang di tempel paku untuk menggantung apapun .

" Oh ya , kamu kalau butuh apapun di rumah ini ambil aja , anggap rumah sendiri , aku tinggal sendirian , mbah ku sudah meninggal kalau aku belum pulang jangan pernah buka pintu siapapun yang memanggil kamu selain aku " .

Mbak Widia menghampiri ku dan berbisik , aku pun mengangguk kan kepala tanda mengerti .

Sepeninggal mereka aku segera mengunci pintu dari dalam , kunci pintu yang hanya di ganjal dari kayu panjang yang di sanggah kan di antara dua daun pintu di sisi kanan dan kiri nya .

" Betul - betul masih rumah jaman dulu " .

Aku tak tahu apa yang akan aku lakukan setelah ini , aku bahkan masih bingung kenapa bisa ada di desa ini .

KRASSAKK !!

Aku mendengar bunyi daun dan ranting kering yang terinjak . Ku tajam kan pendengaran ku tapi aku tak mendengar lagi suara apapun .

Mata ku memindai benda - benda yang berada di ruang tamu ini mencari sesuatu yang bisa aku gunakan sebagai senjata jika ada orang jahat yang masuk ke dalam rumah ini .

BRAKK BRAKK !!

Suara gebrakan mengejutkan ku untung nya aku tak reflek berteriak , reflek tangan ku mengambil sapu penebah (sapu lidi pembersih kasur) yang fi letak kan di atas dipan kayu .

Di sudut ruangan ini ada satu kursi yang bagian bawah nya tertutup rapat oleh papan meja di depan nya yang aku gunakan untuk bersembunyi .

BRUAKK !!

Terdengar suara pintu utama seperti di hempaskan hingga terbuka lebar . Aku bergetar kekuatan seperti apa yang bisa mendorong pintu kayu jati yang di tahan dengan kayu berat setebal jengkal tangan ku .

CIPAK !! CIPAK !!

Suara langkah kaki yang basah cenderung becek menapaki lantai tanah di rumah ini . Aku membekap mulut ku cepat . Suara nya sangat mengerikan seperti kaki yang sedang berjalan di genangan air berlumpur .

Aku berusaha menarik napas dalam - dalam dengan kuat tetapi dengan perlahan , takut siapapun yang sedang berada di ruangan bersama ku kali ini mendengar napas ku .

 Langkah kaki itu berhenti tepat di dekat ku , meskipun masih dengan tubuh gemetaran karena takut aku mencari celah supaya bisa melihat apa atau siapa yang ada di hadapan ki kini .

Saat aku sudah bisa mengintip dari sela samping meja , aku membekap mulut ku . Di hadapan ku berdiri sosok tinggi besar berambut panjang sepaha tetapi gimbal dan acak - acakan . Gigi - gigi nya tampak tajam karena mulut nya terbuka lebar , mata nya besar entah sebesar apa aku hanya memperkirakan seperti telur tapi kurang besar berwarna merah .

Seluruh tubuh nya mengelupas dan mengeluarkan lendir berwarna merah kehitaman . Aku sangat ketakutan terlebih saat sosok itu seperti mencari - cari keberadaan ku . Sungguh aku berada di posisi yang sangat menegangkan .

Aku tak tahu akan melakukan apa kalau sampai sosok itu menemukan keberadaan ku . Ada banyak kelabang , lintah dan binatang serupa yang keluar dari tubuh nya semakin membuat ku merasa ngeri .

1
Zulia Almanshur
makasih banyak , mohon dukungan nya ya .. nanti pasti mampir kl sudah senggang
Erlina Arlena
ceritanya bagus, aku suka, semangat thor
Zulia Almanshur: makasih banyak , mohon dukungan nya ya kak .. masih oemula 🙏
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal kak
Zulia Almanshur: Salam kenal juga kak Anita .. waah .. sudah senior nih 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!