NovelToon NovelToon
Asmaradhana Putri Ningrat

Asmaradhana Putri Ningrat

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:309.3k
Nilai: 4.9
Nama Author: Kirana Pramudya

Dua tahun Sitha dan Danu berpacaran sebelum akhirnya pertunangan itu berlangsung. Banyak yang berkata status mereka lah yang menghubungkan dua sejoli itu, tapi Sitha tidak masalah karena Danu mencintainya.

Namun, apakah cinta dan status cukup untuk mempertahankan sebuah hubungan?

Mungkin dari awal Sitha sudah salah karena malam itu, pengkhianatan sang tunangan berlangsung di depan matanya. Saat itu, Sitha paham cinta dan status tidak cukup.

Komitmen dan ketulusan adalah fondasi terkuat dari sebuah hubungan dan Dharma, seorang pria biasalah yang mengajarkannya.

Akankah takdir akhirnya menyatukan sepasang pria dan wanita berbeda kasta ini? Antara harkat martabat dan kebahagiaan, bolehkah Sitha bebas memilih?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kirana Pramudya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gathering

Akhir pekan pun tiba. Kali ini, staf bagian office dari Sido Mulyo akan mengikuti Gathering sehari semalam di Sarangan, Jawa Timur. Acara gathering ini memang sudah menjadi agenda rutin setiap tahunnya yang dilakukan oleh Perusahaan Sido Mulyo. Ada tiga bus yang akan dinaiki oleh karyawan. Sedangkan Rama Bima akan menyusul dengan membawa mobil pribadinya.

"Kita juga naik bus yah, Tha?" tanya Danu kepada Sitha.

"Iya, Mas. Semuanya naik bus. Tahun lalu, Rama juga ikut naik bus. Kali ini, Rama menyusul karena Pak Pandu datang dari Jogjakarta ke sini. Mau menyempatkan menemui besannya dulu," jawab Sitha.

"Masak Bossnya juga naik bus? Kan bawa mobil pribadi tidak masalah."

"Kan di sini supaya lebih dekat dengan karyawan, Mas."

"Oh, begitu. Mana jalannya naik-turun dan naik bus itu agak serem," balasnya.

Sitha tersenyum saja. Dia memilih menanyai bagian pendaftaran dan memastikan semua staf sudah datang dan juga melakukan daftar ulang.

"Sudah berapa yang melakukan daftar ulang?" tanya Sitha.

"Sudah 100 orang, Bu Sitha. Tinggal 50an lagi," balas panitia di bagian registrasi itu.

"Oke. Nanti setelah semua kita langsung berangkat saja supaya tidak kesiangan," balasnya.

Begitu sudah urusan registrasi selesai, Danu mencari Sitha dan berbicara kepadanya. "Sitha, kayaknya aku bawa mobil sendiri saja deh, aku gak pernah naik bus sebelumnya. Jadi, aku bawa mobil sendiri saja. Kamu mau ikutan naik mobil denganku?"

"Aku naik bus aja, Mas. Semua staf aja naik bus, aku juga akan naik sama bersama mereka."

"Biar aku aja yang bareng Mas Danu," sahut Ambar sembari mengangkat tangan.

Sitha yang biasanya diam, kali ini dia menggelengkan kepala. "Gak bisa Ambar, kalau. Mas Danu mau bawa mobil biar sendiri saja. Kamu juga adalah staf, tidak ada perlakuan khusus."

Sitha mengatakan itu dengan tegas. Ambar sampai membelalakkan matanya mendengar ketegasan Sitha. Begitu juga dengan Danu yang menunduk.

"Lagipula, Mas Danu itu tunanganku, Mbar. Kedekatan pria dan wanita kadang tidak wajar kan? Sebaiknya kalian berjaga jarak," katanya.

"Kamu cemburu?" tanya Danu.

"Enggak, cuma pengen kamu dan Ambar lebih menjaga satu sama lain aja. Tidak enak menjadi pergunjingan orang lain."

Akhirnya waktu pemberangkatan tiba, Sitha naik ke dalam bus, Ambar turut mengikutinya. Sedangkan Danu yang kekeh membawa mobil sendiri. Ketika Sitha duduk, tanpa Sitha ketahui di belakangnya ada sosok pemuda yang diam-diam memperhatikannya.

Walau begitu, pemuda itu hanya diam. Dia sadar bahwa dia dan Sitha itu tidak sebanding. Sitha adalah putri pemilik pabrik dan perusahaan, sedangkan dirinya hanya staf biasa. Pemuda itu hanya mampu berkata lirih dalam hatinya.

"Bisa sedekat ini dengan Bu Sitha. Walau begitu, aku tahu ... tak mungkin menggapainya. Bu Sitha dari kalangan Ningrat, sementara aku hanya Sudra. Sangat jauh, walau begitu Bu Sitha layak mendapat pria yang lebih baik dan mencintainya dengan tulus."

Bus perlahan-lahan melaju. Jalanan yang dilewati memang naik dan turun. Saat itu, Ambar memilih pindah tempat duduk. Sehingga, Sitha hanya duduk sendirian. Sampai akhirnya, dibagikan snack dan minuman, pemuda yang duduk di belakang Sitha pun berdiri hendak memberikan snack dan minuman.

"Permisi Bu Sitha, ini snack dan minumannya," katanya.

"Oh, iya. Makasih Mas Dharma," balasnya.

"Sama-sama Bu Sitha."

Perjalanan masih berlangsung, mulailah bus itu mendaki dengan jalanan naik dan turun. Ambar yang duduk di belakang tampak bercanda dengan staf pria yang biasanya memang duduk di bangku belakang. Sitha melirik ke belakang, dia hanya ingin melihat Ambar, tapi netranya justru bertatapan dengan Dharma, pemuda yang duduk di belakangnya. Untuk sekian detik lamanya, pada akhirnya Dharma memilih untuk menundukkan wajahnya. Pemuda itu lebih untuk tahu dan sadar diri.

"Ada apa, Bu?" tanya Dharma.

"Gak apa-apa kok, Mas."

Hampir satu setengah jam, mereka sudah tiba di Sarangan. Sebuah telaga dengan latar Gunung Lawu menyapa mereka disertai dengan udara dingin. Semua masuk ke dalam kamarnya yang sudah dibagi, acara dilanjutkan dengan ice breaker.

Semua staf mengikuti ice breaker yang berupa menahan ember yang berisi air kakinya. Satu kelompok terdiri dari lima orang, sedangkan Sitha tidak ikut. Dia menonton dan melihat para staf bermain. Termasuk ada Ambar yang ikut bermain.

"Lepas satu kaki, tapi pastikan embernya tidak goyah dan juga airnya tidak tumpah."

"Yap, lepas satu kaki!"

Dharma dan temannya yang lain bertanggung jawab untuk ice breaker itu. Riuh peserta terdengar. Sitha tertawa melihat lucunya permainan kelompok itu.

"Tahan yah. Satu ... dua ... tiga."

Terlihat beberapa kaki mulai goyah. Kemudian, ada kelompok lain yang embernya goyah dan seluruh airnya jatuh.

Byur ....

Seluruh air mengenai satu kelompok itu. Tidak ada yang marah, tapi yang ada malahan tertawa. Satu demi satu tim berguguran, hanya menyisakan dua tim saja.

"Yang menang nanti dapat hadiah yah," kata Sitha.

Seolah itu memicu semangat para staf untuk menyelesaikan Ice Breaker. Hingga akhirnya, satu tim gugur. Menyisakan satu tim yang menang. Namun, masih ada instruksi dari Dharma.

"Turunkan pelan-pelan, airnya jangan sampai tumpah."

Tim tersisa itu pun berusaha untuk menurunkan ember itu. Dan, akhirnya berhasil. Semua staf bertepuk tangan. Termasuk Sitha yang tampak bahagia karena Ice Breaker ini terbilang seru.

"Dari permainan ini, kita diajarkan pentingnya kerja sama tim. Kalau hanya satu kaki yang menyangga ember, sudah pasti airnya akan tumpah. Namun, kalau mau bekerja sama, fokus pada tujuan, hasilnya pasti akan baik. Begitu juga saat kita bekerja, harus mengutamakan kerja sama dan juga fokus pada tujuan setiap divisi," kata Dharma.

Semua staf kembali bertepuk tangan. Acara selanjutnya dilanjutkan dengan makan siang dan istirahat. Danu datang membawakan botol air mineral untuk Sitha dan Ambar, menyerahkan kepada keduanya satu per satu.

"Minum dulu," kata Danu.

"Makasih," balas Sitha.

"Makasih Mas Danu. Kalian enggak pengen jalan-jalan muterin telaga? Aku ikutan yah?" kata Ambar.

Sitha kembali menolak. "Aku lelah, aku gak muterin telaga. Nanti malam masih ada acara kok."

"Kenapa sih, Tha. Kok kamu berubah sih? Nanti kalau aku pengen sama Mas Danu, kamu marah," balas Ambar.

"Bukan masalah marah, tapi kalau kedekatan berlebihan antara lawan jenis juga tidak elok bukan?"

Usai mengatakan itu, Sitha berdiri dan pergi. Dia hanya berbicara dengan tegas. Sedangkan Danu ikut berdiri dan mengejar Sitha, bagi Danu ketegasan Sitha justru kadang terlihat menakutkan. Ambar ditinggal sendiri. Wanita itu tampak kesal dengan Sitha.

"Jangan sok, Sitha. Kamu memang putri pemilik pabrik ini, tapi aku gak akan membiarkan kamu mendapatkan semua. Nyebelin!"

1
jhon teyeng
memang banyak penulis yg kesaldan kecewa sama nT bahkan mgkn sdh banyak yg tdk selesai karyanya sebab nT bikin aturan yg membingungkan. kalau memang nT sdh tdk sanggup ya sdh tutup saja kasihan pemula yg semangat hrs down hanya karena aturan yg tdk jelas standartnya.
LISA
koq g ada kelanjutannya ?
Afternoon Honey
jadi ini dianggap tamat ya author Kirana 🤔
WaTea Sp
semangat danu....
WaTea Sp
astagfirulloh.....
WaTea Sp
bener tuh si ambar kurang bersyukur......nyesel baru rass lo mbar
WaTea Sp
ambar ambar sadar sedikit knapa, wong asalmu jg bukan orkay kok
WaTea Sp
ambar maaih aja sombong gak ada berubahnya....twpok jidat
Windy Veriyanti
semoga Author berkenan meneruskan cerita yang apik dan indah ini 🙏🌹
tetap semangat ✊
Gusti Allah tansah mberkahi 🍀🌸❤🌸🍀
Windy Veriyanti
si Ambar uni kudu dipentokkin tiang dulu kayaknya, biar pikirannya jadi lempeng...
Windy Veriyanti
senang sekali jika ada seseorang yang memahami sejarah dan budaya daerahnya, serta mampu menceriterakan dengan begitu baik...seperti Shita
Windy Veriyanti
step by step, Mas Dharma...
disyukuri walaupun hanya ada selintas ingatan yang masih samar di benak Shita
Windy Veriyanti
si Ambar ini berasa nyaman banget jadi manusia antogonis 😆😁
jhon teyeng
aku sdh tahu ternyata itu ya orange juice nya aku smpt lht tp ragu dg nama yg takutnya sama
jhon teyeng
orange bisa disebutkan nggak
Windy Veriyanti
Kisah hidup seseorang dari kalangan ningrat atau bangsawan, selalu memiliki daya tarik tersendiri untuk disimak.
Terlebih didalamnya banyak terdapat sentuhan wawasan Budaya Jawa yang tentunya akan memperkaya pengetahuan si pembaca.
Saestu...sae sanget 👍
Roma Pasaribu
Tasya apa Sitha, Thor 😁
Enisensi Klara
Kirain mas Dharma mau susu yg lain 🤣🤣🤣🤣🤣🤣ntar lain cerita itu mah 🤣🤣🤣
Enisensi Klara
Dharma orang nya kalem dan sopan lemah lembut dan ngemongin Sitha ,tapi berubah jadi garang kalo di ranjang🤣🤣🤣🤣🤣
Enisensi Klara
ASEK 🥳🥳🥳🥳gas mas mumpung boleh 🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!