NovelToon NovelToon
Dipaksa Kawin Kontrak

Dipaksa Kawin Kontrak

Status: tamat
Genre:Obsesi / Pelakor jahat / CEO / Nikah Kontrak / Cintapertama / Tamat
Popularitas:17.9k
Nilai: 5
Nama Author: Dini Nuraenii

Kaila tidak pernah membayangkan hidupnya akan berubah drastis hanya dalam semalam. Seorang perempuan sederhana yang mendambakan kehidupan tenang, mendadak harus menghadapi kenyataan pahit ketika tanpa sengaja terlibat dalam sebuah insiden dengan Arya, seorang CEO sukses yang telah beristri. Demi menutupi skandal yang mengancam reputasi, mereka dipaksa untuk menjalin pernikahan kontrak—tanpa cinta, tanpa masa depan, hanya ikatan sementara.

Namun waktu perlahan mengubah segalanya. Di balik sikap dingin dan penuh perhitungan, Arya mulai menunjukkan perhatian yang tulus. Benih-benih perasaan tumbuh di antara keduanya, meski mereka sadar bahwa hubungan ini dibayangi oleh kenyataan pahit: Arya telah memiliki istri. Sang istri, yang tak rela posisinya digantikan, terus berusaha untuk menyingkirkan kaila.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini Nuraenii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

Fajar belum sepenuhnya menyingsing, namun suasana di kediaman Satya sudah terasa seperti badai yang baru saja berlalu.

Keheningan yang ditinggalkan Kaila terasa mematikan, lebih berat dan dingin daripada hujan yang berhenti semalam.

Arya masih duduk di lantai marmer ruang tengah, surat Kaila yang kini lusuh dan teremas tergenggam erat di tangannya.

Ia tidak menangis lagi; air mata telah mengering, digantikan oleh amarah yang membeku dan keputusasaan yang melumpuhkan.

Kepalanya berdenyut, menyadari betapa bodohnya ia membiarkan kebanggaan dan ketakutan menguasai dirinya hingga cinta itu terlepas.

Beberapa jam telah berlalu sejak Kaila pergi. Arya bagaikan patung, otaknya bekerja keras, merangkai setiap kata dan tindakan Kaila, mencari petunjuk, mencari celah.

Pengakuan cinta yang terlambat itu terasa seperti kutukan yang menyertainya. Ia menyalahkan dirinya sendiri karena menunggu hingga Kaila pergi sebelum ia berani mengucapkan kata yang seharusnya ia katakan sejak lama.

Rasa penyesalan itu kini menjadi energi baru, sebuah tekad baja untuk memperbaiki segalanya.

Ia meraih ponselnya, tangannya gemetar. Kontak pertama yang ia hubungi adalah kepala keamanannya, Pak Adi, seorang veteran yang paling ia percaya.

“Cari Kaila,” perintah Arya, suaranya serak dan dingin, penuh otoritas yang tak terbantahkan. “Cari dia sekarang juga.

Seluruh kota, setiap terminal, setiap stasiun, setiap tempat yang mungkin ia tuju. Kerahkan semua sumber daya yang kita punya. Kirim tim terbaik.

Jangan sampai ada satu pun yang tahu, termasuk Ayah dan Nayla. Aku ingin dia ditemukan dalam 24 jam.”

Setelah mengakhiri panggilan, Arya bangkit. Ia melihat pantulan dirinya di jendela besar: seorang pria yang baru saja meninju orang di depan publik, seorang suami yang baru saja ditinggalkan.

Ia tahu, ia harus menghadapi Nayla terlebih dahulu. Pemicu utama dari semua kehancuran ini harus disingkirkan.

Ia melangkah cepat menuju kamar utama, tempat Nayla seharusnya tidur. Pintu terbuka dengan suara keras yang mengejutkan Nayla yang baru terbangun.

Nayla bangkit dari ranjang, mengenakan jubah sutra mahal. Wajahnya terlihat tenang, nyaris puas, seolah ia baru saja memenangkan perang yang sengit dan sedang menikmati buah kemenangannya.

“Arya? Ada apa? Kau terlihat—"

“Jangan berpura-pura, Nayla,” potong Arya tajam. Matanya menatap Nayla tanpa sedikit pun kehangatan, hanya kemarahan yang membeku. “Kau yang ada di balik skandal semalam.

Kau yang mengatur Ayah Kaila dan pria itu muncul. Kau yang merusak segalanya dan mempermalukan keluarga ini.”

Nayla menyilangkan tangan di dada, senyumnya menghilang, digantikan oleh ekspresi pertahanan diri yang licik.

Ia memilih untuk tidak menyangkal, melainkan membenarkan tindakannya. “Ya. Dan apa hasilnya, Arya? Aku menyelamatkan nama keluarga Satya. Aku menyingkirkan aib yang kau bawa masuk. Aku membuat Kaila pergi, sesuai keinginan Papa dan sesuai dengan logikamu.”

“Kau menjatuhkannya di depan umum, Nayla! Kau merendahkan dia, ibu dari anakku! Kau menghancurkan kehormatannya demi ego dan status sosialmu!” Arya mendekat, wibawanya menekan Nayla hingga ia mundur selangkah, terdesak ke tepi ranjang. “Kau tidak punya hati, Nayla. Kau hanya terobsesi pada nama belakang Satya.”

“Aku hanya melindungi posisiku, Arya! Aku istri sahmu! Aku melakukan apa yang seharusnya kau lakukan sejak awal, membersihkan kekacauanmu! Anak itu akan menjadi milikku, dan ibunya harus lenyap! Bukankah itu yang Papa mau?” Nayla membalas, nadanya meninggi, menunjukkan kepanikan yang mulai merayap.

Arya menggeleng. Rasa jijik dan muak merayap di hatinya. “Kau tidak melindungi siapa pun, Nayla. Kau hanya memenuhi ambisi kosong.

Aku tidak akan membiarkanmu membesarkan anakku dengan hati yang penuh kebencian dan kebohongan seperti itu. Anak itu berhak mendapatkan lebih baik.”

“Apa maksudmu? Kau mengancamku?”

“Aku ingin kita bercerai, Nayla,” ucap Arya tegas, tanpa keraguan sedikit pun.

Matanya menunjukkan resolusi yang tak bisa dipatahkan. “Aku akan mengajukan gugatan secepatnya. Skandal itu sudah cukup. Aku tidak bisa hidup dengan wanita yang tega menghancurkan orang lain demi status, sementara kau tidak pernah mencoba merangkulku atau keluargaku seutuhnya.”

Wajah Nayla seketika memucat, lebih pucat dari Kaila semalam. Ia tidak menyangka Arya akan sejauh ini, mengorbankan status demi sentimen.

“Kau gila, Arya! Papa tidak akan pernah setuju! Kau akan kehilangan segala dukungan Satya Group, kau akan menghancurkan citra yang sudah dibangun bertahun-tahun!” teriak Nayla, suaranya dipenuhi ketakutan akan kehilangan segalanya.

“Aku sudah kehilangan yang paling penting saat Kaila pergi. Sekarang keluar dari rumah ini, Nayla,” perintah Arya.

“Aku akan mengurus pengacara. Jangan pernah tunjukkan wajahmu di depan Kaila dan anakku lagi. Pergilah.”

Nayla berdiri membeku, menyadari bahwa ia memang telah menang dalam skenario, tetapi kalah dalam pernikahan yang sesungguhnya.

Ia hanya bisa menatap Arya dengan tatapan penuh dendam sebelum akhirnya berbalik dan keluar dari kamar, harga dirinya hancur berkeping-keping.

Setelah Nayla pergi, Arya segera menghubungi Wira, Ayahnya. Ia tahu, konfrontasi dengan Wira jauh lebih sulit daripada menghadapi Nayla.

Wira memiliki kekuasaan, dan yang terpenting, Wira memiliki pandangan tajam tentang garis keturunan.

Tak sampai setengah jam kemudian, Wira Satya tiba di rumah itu. Wajahnya tegang, dingin, dan marah besar karena kabar skandal yang menyebar cepat melalui media sosial dan telepon dari rekan-rekannya.

“Apa yang kau lakukan, Arya? Kau berkelahi dengan preman di depan tamu penting? Skandal ini memalukan! Citra perusahaan jatuh!”

Wira berdiri di ruang kerja, meluapkan amarahnya.

Arya, yang kini lebih tenang dan penuh tekad, menatap Ayahnya lurus-lurus. “Itu ulah Nayla. Dia yang mengatur Ayah Kaila dan pria itu muncul. Dan sekarang Kaila pergi, Pa.”

Wira terdiam sejenak. Ia tahu Nayla ambisius, tapi ia tidak menyangka Nayla akan sejauh ini. Rasa hormatnya pada Nayla perlahan terkikis.

“Dan kau membiarkan Kaila pergi? Ibu dari cucuku yang sah! Setelah aku memberimu ultimatum untuk menjaganya!”

“Kaila pergi karena dia merasa bersalah, Pa,” jawab Arya. “Dia merasa menghancurkan nama keluarga. Dan dia pergi karena Nayla sudah meracuni segalanya. Dia tidak ingin anak kita lahir dalam drama.”

“Kau harus mencarinya! Sekarang juga! Sebelum media menemukan dia!” perintah Wira, nadanya kembali tajam, kini dicampur rasa khawatir pada cucunya yang belum lahir.

“Aku sudah mengirim tim. Tapi ada hal lain yang harus Papa tahu,” Arya mengambil napas. Ini adalah pengakuan terbesar dalam hidupnya.

“Aku sudah memutuskan. Aku akan menceraikan Nayla. Dan aku akan mencari Kaila, menikahinya secara sah.”

Wira menatap putranya, amarahnya tiba-tiba mereda, digantikan oleh kekecewaan yang mendalam dan keterkejutan. “Apa? Kau mencintai perempuan itu?”

“Aku mencintai Kaila, Pa,” bisik Arya. Untuk pertama kalinya, ia mengakui perasaan itu dengan lantang di depan Ayahnya yang keras.

“Aku mencintainya. Dan aku tidak akan membiarkan Nayla membesarkan anakku dengan kebencian. Aku tidak bisa hidup tanpanya. Dia adalah satu-satunya yang membuatku merasa seperti manusia, bukan mesin.”

Wira berjalan ke jendela, tangannya menyentuh bingkai. Keheningan menyelimuti ruangan, hanya detak jam dinding yang terdengar. Ia memikirkan skandal itu, janji kepada Nayla, kerugian bisnis, dan kini pengakuan cinta putranya.

“Kau tahu apa yang kau lakukan, Arya?” Wira menoleh. Matanya menimbang risiko besar ini.

“Menceraikan Nayla berarti melawan keluarga mertuamu. Itu berarti kerugian besar bagi Satya Group. Dan itu berarti kau harus mengakui Kaila di depan publik, dengan semua aib, ayah pemabuk, dan skandal Harlan yang mengikutinya.

Kau harus mempertaruhkan seluruh reputasimu.”

“Aku tahu, Pa. Aku siap menanggung konsekuensinya,” jawab Arya, matanya menunjukkan tekad yang sama sekali tidak goyah.

Tekadnya kini tak berdasar uang, melainkan cinta. “Aku tidak peduli dengan kerugian Satya Group, yang aku inginkan adalah Kaila kembali dan anakku lahir dalam lingkungan yang penuh cinta, bukan penuh sandiwara.”

Wira menatap putranya lama, melihat tekad yang belum pernah ia lihat sebelumnya, bahkan saat Arya mengambil alih perusahaan. Tekad yang dipicu oleh emosi sejati.

“Baiklah,” kata Wira akhirnya, suaranya lelah, mengalah pada kekuatan emosi putranya. “Cari Kaila. Bawa dia kembali.

Aku akan mengurus Nayla, gugatan cerai, dan media. Tapi ingat, Arya. Begitu Kaila kembali, kau harus menikahinya secara resmi secepatnya.

Dia harus menjadi Nyonya Satya yang sah, dengan semua kekuatan yang menyertainya. Tidak ada lagi kontrak, tidak ada lagi permainan. Demi anak itu, dan demi garis keturunan keluarga ini.”

Arya mengangguk, hatinya sedikit lega. Beban berat kini berpindah dari pundaknya. “Terima kasih, Pa. Aku tidak akan mengecewakanmu lagi.”

Wira hanya menghela napas berat, berjalan keluar dari ruang kerja.

“Aku tidak melakukannya untukmu, Arya. Aku melakukannya untuk anak itu. Jangan kecewakan aku lagi. Temukan Kaila.”

Arya kini berdiri sendirian. Ia telah membakar jembatan dengan Nayla dan mendapat dukungan ayahnya. Kini, satu-satunya yang tersisa adalah mencari Kaila.

Ia melihat surat Kaila yang diremasnya. Ia berjanji, ia akan menemukan Kaila dan memperbaiki semua kesalahannya. Ia akan membuktikan bahwa kali ini, cintanya tidak akan terlambat.

1
Indah Rosyida
asik bacanya
Oma Gavin
sekarang kamu merasa menang arya dan nayla tunggu saja seperti ucapan kakek wira kalian hanya menunggu waktu pembalasan atas perbuatan kalian semua ke kaila
Oma Gavin
ngapain takut melahirkan dan merawat anakmu kaila selama kamu sehat bisa bekerja keluar dari rumah tersebut kenapa kamu ragu jgn gadaikan harga diri mu untuk orang2 yg menganggap rendah dirimu jgn sampai kamu menyesal telah menukar anakmu dgn dalih tdk bisa memberikan yg terbaik builshit
Aquarius97 🕊️
jangan mau kaila,
Aquarius97 🕊️
hadir Thor 👋🏻
Aquarius97 🕊️: siap Thor 👋🏻
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!