NovelToon NovelToon
Aku Bukan Simpanan

Aku Bukan Simpanan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Hamil di luar nikah / Selingkuh
Popularitas:8.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nonecis

Tidak menginginkan menjadi duri dalam hubungan dua orang yang saling mencintai. Tetapi takdir sudah menjadi seperti itu. Kesalahan besar yang membuat Aletta harus berada diantara hubungan Thalia Kakak kandungnya dengan Devan orang yang seharusnya menjadi Kakak iparnya.
Aletta kehidupannya sudah dihancurkan, berusaha menerima takdirnya dan mengalah demi kebahagiaan sang Kakak. Tetapi ternyata semua tidak mudah.
Lalu bagaimana Aletta harus berada di posisi yang benar-benar sangat sulit ini?
Apa dia mampu bertahan?
Siapa yang menjadi korban sebenarnya!
Lalu siapa yang paling tersakiti dalam hal ini?"
Jangan lupa untuk mengikuti novel terbaru saya sampai selesai. Jangan tabung bab dan terus dukung dengan beri komentar.
Follow Ig Saya ainuncefeniss

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 7 Niat Bertanggung Jawab

Jakarta.

Mereka akhirnya kembali pulang yang pasti Devan mengantarkan adik kakak itu. Di depan pintu sudah ada kedua orang tua Aletta dan Thalia. Aletta yang sangat cepat keluar dari mobil berlari menghampiri bundanya.

"Bunda!" Aletta meluk begitu erat dan bahkan tangisnya pecah.

Thalia sempat heran dengan adiknya itu yang terlalu lebay padahal baru pergi 2 hari. Sementara Devan mana mungkin bisa tenang yang hanya gelisah saja yang takut segala sesuatu akan terjadi tiba-tiba.

"Aletta ada apa? kenapa sampai menangis. Apa kamu bertengkar dengan Kakak kamu?" tanya Ratih kebingungan yang mengusap-usap punggung adiknya itu.

"Bunda jangan menuduh Thalia, Thalia sama sekali tidak melakukan apapun dan dia saja memang dasar cengeng, menyusahkan dan terus ingin pulang," sahut Thalia dengan kesal.

"Sudah-sudah Thalia," sahut Ayah.

"Bunda sudah mengatakan harus dipikir-pikir dulu jika ingin ikut bersama Kakak kamu," ucap Ratih yang sudah melepas pelukan itu dengan memegang kedua pipi putrinya yang benar-benar air mata itu membanjiri wajahnya.

"Aletta menyesal pergi ke tempat itu, Aletta..." dia semakin menjadi-jadi menangis bahkan terasa dadanya begitu sesak.

Devan semakin panik melihat reaksi Aletta dia sudah sampai keringat dingin dan bisa dipastikan ketika tangannya disentuh akan menggigil seperti es.

"Apaan sih Aletta. Kamu akan membuat bunda dan Ayah berpikiran kalau aku sedang tidak baik padamu saat berada di kapal," ucap Thalia.

"Sudah-sudah jangan menangis lagi. Lain kali Bunda tidak akan mengizinkan kalian berdua liburan tanpa Bunda dan Ayah," tegas Bunda.

"Ayo kita masuk!" ajak Ayah.

"Ada yang ingin Aletta ceritakan pada Bunda," ucapnya sepertinya tidak tahan memendam semuanya sendiri.

"Ya, sudah ayo kita masuk dan Bunda akan mendengarkan semua cerita kamu," ucap Ratih yang membuat Aletta menganggukkan kepala dan membawa putrinya yang masih menangis itu.

"Dasar manja," kesal Thalia. Ayah mereka juga sudah menyusul untuk masuk.

"Sayang!" tegur Thalia melihat kekasihnya bengong.

"Sayang!" suara Thalia sedikit kuat yang akhirnya Devan tersadar.

"Iya. Kenapa?" tanyanya.

"Kamu kenapa?" tanya Thalia.

"Tidak! Aku tidak apa-apa," jawab Devan.

"Ya. Sudah kalau begitu sekarang ayo kita masuk!" ajak Thalia.

"Thalia aku tidak bisa mampir. Aku langsung bertemu dengan klien," ucap Devan.

"Sekarang?" tanyanya memastikan yang membuat Devan menganggukkan kepala.

"Sayang kamu baru saja pulang dan pasti sangat lelah, aku saja badannya pegal-pegal," ucap Thalia.

"Tapi ini penting sekali, aku titip salam saja sama ayah dan bunda," ucap Devan.

"Ya, sudah kalau begitu kamu hati-hati!" ucap Thalia yang membuat Devan menganggukkan kepala.

Seperti biasa mereka akan cipika-cipiki terlebih dahulu dan setelah itu yang akhirnya Devan pergi.

Thalia yang juga menyusul masuk ke dalam rumah setelah melihat mobil kekasihnya sudah pergi.

****

Kejadian di kapal sudah berlalu sampai 1 minggu dan akhirnya Aletta bisa menemui Devan dengan intens hanya berdua saja. Mereka berdua bertemu di cafe yang duduk saling berhadapan dan di atas meja yang hanya ada dua jus dan sangat hening.

"Aku sangat senang dengan kamu yang akhirnya bisa aku ajak bicara," ucap Devan.

"Kamu terus menghubungiku, karena takut aku akan memberitahu Kak Thalia dan kedua orang tuaku atas apa yang terjadi?" tebak Aletta.

"Terserah Aletta, pikiran kamu seperti apa. Tetapi semua ini memang tidak bisa kita sembunyikan. Apa yang terjadi malam itu adalah sebuah kecelakaan dan aku mengakui itu semua kesalahanku dan murni kesalahanku dan kamu hanya korban," ucapnya secara gentlement.

"Kita berdua sama-sama dipengaruhi alkohol dan aku juga tidak bisa mengendalikan diriku, sadar Aletta dengan apa yang sudah terjadi, aku sudah menghancurkan kamu dan aku...."

"Cukup! .... jangan membuatku untuk mengingat semua itu!" tegas Aletta yang semakin Devan berbicara dan justru membuatnya semakin tidak bisa tenang.

"Maafkan aku!"

"Baiklah langsung saja aku mengatakan tujuanku untuk ingin bertemu dengan kamu. Apa yang sudah aku lakukan tidak akan membuatku lepas tangan begitu saja. Aku akan bertanggung jawab padamu," ucap Devan.

"Apa maksudmu?" tanya Aletta dengan jantung yang berdebar begitu kencang.

"Aku tidak akan lari dari perbuatanku, aku yang sudah merusakmu dan maka aku juga yang akan bertanggung jawab atas dirimu," jawab Devan.

"Kau ingin memberitahu Ayah, Bunda dan kak Thalia atas semua ini?" tebak Aletta.

"Kita tidak bisa menutupi semua ini dan bagaimanapun mereka harus tahu bahwa aku siap menerima resikonya," jawab Devan dengan yakin.

"Bagaimana mungkin? Kak Thalia menganggapku sebagai penghianat. Aku tidak siap jika semua orang harus tahu apa yang terjadi," ucapnya.

"Aku yang akan bertanggung jawab atas semua ini yang tidak akan membiarkan kamu menghadapi sendiri," jawab Devan.

"Lalu kamu pikir Kak Thalia akan menerima semua ini?" tanya Aletta.

"Seperti apa yang aku katakan jika aku akan menerima resiko apapun yang akan terjadi. Aku bukan pengecut yang lari dari tanggung jawab!" tegas Devan

Aletta tidak bisa berkata apa-apa dengan kepalanya yang semakin sakit yang benar-benar posisinya saat ini sangat sulit. Apa terjadi pada kekasih kakaknya itu adalah sebuah aib dan dia juga malu untuk menceritakannya dan terlebih lagi laki-laki itu menjalin hubungan yang cukup lama dengan sang kakak yang pasti membuat Thalia akan sangat kecewa.

Aletta yang akhirnya kembali pulang setelah berbicara dengan Devan, keputusan yang diambil Devan bukanlah solusi menurut Aletta dan justru hatinya semakin bimbang. Dia benar-benar menjadi korban akibat perbuatan Devan, hanya kesucian yang telah hancur.

Dia harus mempertanggungjawabkan semua itu kepada orang tuanya yang pasti akan membuat kedua orang tuanya kecewa dan terlebih lagi Thalia.

"Jika kamu memang mencintai Devan dan sudah serius pada Devan lalu kenapa harus menunda untuk menikah?" langkah Aletta terhenti ketika mendengar suara Ratih.

Ternyata Thalia yang sedang bermanja di pangkuan sang Bunda dengan Ratih yang mengusap-usap kepala Thalia yang berada di atas pahanya.

"Tapi Thalia juga masih muda Bunda. Thalia juga masih dipenuhi dengan karir. Thalia juga ingin menjadi wanita karir yang sukses," jawabnya.

"Bunda sangat paham atas keinginan kamu, tapi jika kamu sudah terlalu obses dengan karir kamu dan kamu bisa-bisa akan melupakan tujuan kamu menjalin hubungan dengan Devan," ucap Ratih.

"Thalia mengenal Devan sudah begitu lama, walau kita pacaran hanya 1 tahun, tapi sebelumnya kita sudah saling mengenal beberapa tahun. Jadi dia sudah tahu bagaimana sifat Devan yang sangat mengerti sekali dengan kondisi Thalia. Thalia memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada Devan," ucap Thalia.

"Bunda Thalia sangat bahagia sekali diberi kesempatan bertemu dengan Devan, sosok yang benar-benar Thalia inginkan selama ini yang selalu menjaga Thalia dengan baik. Thalia tahu apa yang akan terjadi jika Devan pergi dari Thalia," ucapnya tampak begitu manja.

"Kamu terlalu berlebihan memuji seseorang," sahut Bunda.

"Siapa yang berlebihan. Thalia memang sangat mencintai Devan," jawabnya.

Aletta mendengar semua pernyataan Thalia membuat punya tidak mampu bergerak yang mungkin keputusan Devan sangat tidak tepat untuk memberitahu seluruh keluarganya karena ini hanya akan menyakiti hati Kakaknya.

Lalu bagaimana dengan dirinya yang sudah dihancurkan dan apakah dia harus mengalah atas semua yang terjadi dan memang ini bukan kesalahan Thalia, juga tidak tahu apa-apa dan Devan yang harus bertanggung jawab atas semua ini.

Thalia memejamkan mata menarik nafas panjang dan membuang perlahan ke depan yang mencoba untuk menenangkan diri dan lebih berpikir jernih agar tidak mengambil tindakan dengan gegabah yang justru melukai banyak orang.

Bersambung.....

1
Yuki Kim
menarik
Yuki Kim
semamgat thor. semoga bisa update semakin byk ya. dan ceritanya semakin seru. biar rankingnya bisa naik
mbok Darmi
lebih baik kabor lagi aja arleta jauhi devan biar kamu dan kakak mu tdk berhubungan lagi dgn devan sama sekali laki2 pecundang ngga perlu diberikan kesempatan
mbok Darmi
yakin thalia akan tunangan dgn devan ? gimana reaksi devan saat tau arleta punya anak perempuan cantik yg mirip dengan devan? ngga curiga kah devan dengan anak arleta
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!