Kehidupan Baru Si Pecundang

Perlahan Marcus berlutut, dengan menopang kan satu lututnya ke lantai.

Tangannya meraih ke dua tangan Felicia, dan menggenggam jemari Felicia, dalam telapak tangannya yang besar.

"Felicia, aku tidak menyangka, ternyata kamu adalah pasangan hidupku, yang sudah di atur sejak kelahiranku, sebagai kunci, untuk membuka segel kekuatan, yang sudah lama tersembunyi pada diri ku, hari ini secara resmi aku ingin melamar kamu, apakah kamu mau menjadi kekasih dan tunanganku?" tanya Marcus dengan nada penuh harap, sembari menatap mata Felicia dengan lekat.

Felicia juga menatap Marcus dengan lekat, pria yang sudah dia cintai, saat pertama kali melihat Marcus di Mansion Norton.

Saat ia menginjakkan kakinya di Mansion Norton, Felicia sudah merasakan sesuatu di dalam dirinya, bahwa seseorang dalam keluarga Norton adalah calon suaminya.

Felicia ingat bagaimana ia begitu bahagia, akhirnya menemukan pasangannya. Ternyata adalah Marcus Norton.

Dan betapa bahagianya ia, menyadari kalau dirinya tidak sendiri lagi.

Begitu ia melihat wajah Marcus dari jarak jauh, hatinya langsung berdebar begitu kuat, dan aura pada dirinya, seperti magnet ingin mendekat pada Marcus.

Tapi, begitu ia melihat, jodoh yang seharusnya menjadi miliknya itu, ternyata sudah memiliki seorang wanita yang sangat di cintainya.

Membuat Felicia terpaksa menahan diri, dari rasa sakit hati setiap hari, melihat Marcus bersama dengan wanita lain.

Karena keterikatan mereka yang sudah di takdirkan, Felicia akan merasakan sakit hati yang sangat menusuk, setiap kali melihat Marcus menunjukkan rasa cintanya pada wanita lain.

Itu perasaan yang menyiksa, sampai ke ubun-ubun, rasa sakit itu di tahannya dengan kuat, yang terkadang, membuat Felicia bisa mengalami sesak nafas.

Dan sekarang, di hadapannya saat ini, pria itu berlutut memohon padanya, untuk menjadi kekasih dan sekaligus tunangannya.

Felicia membalas remasan jemari Marcus pada jemarinya, bibirnya perlahan bergerak menyunggingkan senyuman.

"Kita jodoh yang sudah di atur sejak embrio, tentu saja saya harus menerima lamaran anda, Tuan!" jawab Felicia tersenyum.

Wajah Marcus terlihat begitu bahagia mendengar jawaban Felicia, dan ia pun langsung bertumpu pada ke dua lututnya.

Marcus menegakkan tubuhnya di atas ke dua lututnya, lalu meraih cepit rambut Felicia.

Dengan menggunakan kekuatannya, Marcus membengkokkan cepit rambut itu, menjadi sebuah cincin.

Setelah itu meraih jemari manis Felicia, dan memasukkan cincin tersebut ke jari manis Felicia.

"Untuk sementara, aku memberikan cincin sederhana ini dulu padamu, sebagai resminya kita sebagai tunangan, dan kekasihku!" ucap Marcus dengan nada yang lembut.

"Baiklah, aku menerimanya!" jawab Felicia.

Marcus tersenyum senang mendengar jawaban Felicia. Tangannya kemudian menarik tengkuk Felicia.

Dan Perlahan mengecup bibir Felicia dengan lembut, kemudian ia memperdalam kecupannya, dan mulai mengulum bibir Felicia.

Mata Felicia perlahan terpejam, membiarkan Marcus menciumnya, dan dengan pelan ia pun membalas dengan lembut juga.

Lagi-lagi seberkas cahaya, meluap keluar dari tubuh mereka, dan menguap di sekitar tubuh mereka.

Cahaya itu sepertinya cahaya khusus, bagi mereka berdua sebagai pasangan yang terpilih.

Marcus melepaskan ciumannya, lalu menatap Felicia dengan tatapan lembut.

"Sekarang kita sudah resmi, jadi kamu jangan lagi bicara formal padaku!" kata Marcus.

"Baiklah, aku akan mencoba membiasakan diri!" ujar Felicia dengan nada yang masih sedikit canggung.

"Bagus!" kata Marcus tersenyum.

Perlahan ia pun bangkit dari berlututnya, dan kembali berdiri tegak di depan Felicia.

Tangannya memegang kursi Felicia, dan kembali memutarnya ke posisi semula.

"Ayo, kita lanjutkan makan kita!" ujarnya, lalu kembali ke kursinya.

Dan kembali melanjutkan makan malam mereka.

Bersambung......