Naik Ranjang : Terjerat Sang Perebut Tahta

Selia menyingkap tirai jendela kamarnya melihat kepergian mobil Hiro yang melaju meninggalkan rumah. Benar apa kata pria itu kini dirinya hanya sendiri dirumah dan ia akan memanfaatkan waktu sebaik mungkin.

Bergegas ia menghubungi Asisten IT dan meminta mereka untuk segera datang.

Ruang kendali CCTV menjadi tempat mereka berkumpul dan tiga orang IT disana mulai bekerja menjalankan perintah Selia mengecek CCTV di hari kejadi itu.

Masing-masing IT menghadap komputernya dan berkutat dengan komputer mereka namun tidak ada satupun IT disana yang bisa memulihkan CCTV yang telah dihapus dan mencari informasi lebih lanjut lagi.

Nihil. Itulah yang mereka dapatkan setelah hampir tiga jam mencari detail kejadian sebelum Selia masuk kedalam kamar Hiro.

"Maaf, Bu, kami tidak dapat menemukan apa yang anda inginkan," kata Asisten IT membuat Selia sangat kecewa. Ia sudah sangat berharap mereka bisa menemukan rekaman CCTV disaat dirinya dijebak dan membantu menyelesaikan masalahnya.

Mengusap air mata yang membasahi pipi Selia menganggukan kepala kemudian mengantar ketiga IT itu pergi dari rumah. Lalu, ia kembali ke kamarnya.

Langkah kaki Selia terhenti saat akan masuk kamar ia melihat pintu kamar Hiro yang tertutup. Entah mengapa ia merasa ada sesuatu dikamar Hiro yang bisa menjadi bukti bahwa dirinya tidak bersalah dan semua yang Harry lihat tidaklah benar.

Mengurungkan niatnya masuk kamar, Selia melangkahkan kakinya menghampiri pintu kamar Hiro dan memutar handle pintu tersebut.

Ia akan mencari bukti apapun itu di kamar Hiro, namun kamar pria itu tertutup rapat dan sama sekali tidak bisa dibuka. Hiro mengunci pintu kamarnya sebelum pergi dan membuat Selia kini tidak bisa membukanya.

Selia terus memutar handle pintu kamar Hiro dan menggedornya namun pintu kamar itu tetap tidak bisa terbuka.

"Ya, Tuhan, kenapa aku harus mengalami ini semua. Kenapa aku sulit sekali untuk membuktikan bila aku nggak bersalah," lirih Selia mengusap air mata yang kembali menetes.

Ditempat yang berbeda Hiro sedang memandangi ponselnya dan tersenyum sinis melihat apa yang Selia lakukan dirumah. Mendatangkan IT kerumahnya bahkan berusaha membuka pintu kamarnya.

"Selia ... Selia .... Sekeras apapun kamu mencari bukti, kamu nggak akan bisa mendapatkannya," kata Hiro dengan seringai penuh kemenangan.

Ia telah menghubungkan CCTV rumah ke ponselnya sehingga bisa terus mengawasi apa saja yang Selia lakukan dirumah.

*

*

Harry pulang lembur saat waktu menunjukkan pukul 12.00 malam. Menaiki tangga diantara ruangan yang sudah dipadamkan lampunya pria itu menghentikan langkah kakinya di depan pintu kamar Selia.

Entah mengapa ia sangat merindukan Selia dan ingin sekali melihat wanita itu. Perasaan Harry pada Selia masih sama tidak berkurang sedikitpun. Ia masih mencintai Selia meski wanita itu terbukti menghianati dirinya.

Berdiri cukup lama disana Harry perlahan membuka pintu kamar Selia dan melangkah pelan masuk ke dalam kamar itu.

Dingin kamar Selia begitu terasa membuat pria itu menatap sendu ke arah wanita yang sedang meringkuk dibawah selimut dan mendekat. Selia sedang tidur membelakanginya dan Harry segera membenahi selimutnya.

Mengusap puncak kepala wanita itu Harry merasakan jantungnya berdegup lebih kencang. Ingin memeluk wanita yang tengah terlelap itu namun ia tak bisa.

Ia sudah menggugat cerai Selia dan sebentar lagi di antara dirinya dan wanita itu tidak lagi memiliki hubungan.

"Sebesar apapun aku mencintaimu, kamu telah menghianati aku dan aku nggak bisa menerimanya. Maafkan aku yang nggak bisa mempertahankanmu," lirih Harry. Rasanya sesak sekali ia mengatakannya namun itulah kenyataan yang ia rasakan bila dirinya sangat mencintai Selia. Mengusap sudut mata yang basah, Harry segera keluar dari kamar wanita itu.

Ia tidak ingin berlama-lama bersama Selia karena setiap kali bersama Selia ia akan selalu teringat dengan pengkhianatan wanita itu.

Selia membuka matanya setelah Harry keluar dari kamarnya dan menutup pintu. Memegangi dada yang terasa sakit, ia mengusap air mata yang keluar begitu saja tanpa ia inginkan.

Sejak tadi ia menangis mendengar perkataan Harry namun ia hanya diam dan membiarkan pria itu berbicara dan meninggalkan kamarnya. Ia tidak akan mencegah Harry menjauhinya karena ia tahu luka yang pria itu rasakan begitu dalam.

"Aku juga mencintaimu mas, aku juga ingin terus bersamamu," lirih Selia menangis dalam kesendiriannya.

Sementara Harry yang keluar dari kamar Selia berpapasan dengan Hiro yang baru saja pulang setelah menyelesaikan urusannya di luar.

Harry melangkah melewati Hiro dan mengabaikan pria itu namun sang kakak justru menahannya.

"Apa yang kamu lakukan di kamar Selia, Harry?" tanya Hiro dengan dingin.

Ia merasa kecolongan karena Harry masuk kekamar Selia dan membuat dirinya jadi bertanya-tanya apa yg pria itu lakukan di dalam sana. Jangan sampai Harry goyah dan membatalkan perceraiannya.

"Apapun yang aku lakukan kamu nggak perlu tau," jawab Harry tak kalah dingin.

Menghempaskan tangan Hiro yang menahannya, pria itu kemudian meninggalkan sang kakak yang mengepalkan kuat tangannya.

Tatapan mata Hiro terus memperhatikan Harry yang berjalan memasuki kamarnya dan menutup pintu.

"Aku nggak akan membiarkan kamu berubah fikiran, Harry. Kamu dan Selia harus bercerai dan aku akan menikahinya. Kamu nggak layak menjadi CEO karena hanya akulah yang pantas menempati posisi itu. Bukan kamu," kata Hiro yang merasa bahwa dirinyalah yang telah berjuang selama ini dan mengembangkan perusahaannya.

Selia hanyalah pemilik saham mayoritas dan Harry adalah CEO-nya karena menjadi suami wanita itu sementara dirinya yang sudah berjasa diperusahaan.

Selain itu bagi Hiro tahta adalah harga dirinya. Semakin tinggi tahtanya semakin tinggi jugalah harga dirnya.

Sementara Harry yang sudah masuk kedalam kamar langsung membersihkan tubuhnya di bawah guyuran air shower, memejamkan mata dan mendongak keatas membiarkan air shower langsung mengenai wajahnya.

"Aku tahu sejak awal kamu yang seharusnya menempati posisi CEO, bukan aku. Kamu memusuhiku bukan hanya karena itu tapi karena masa lalu kita," gumam Harry kemudian membuka matanya dan menyelesaikan mandinya.

Menarik bathrobe yang tergantung kemudian mengenakannya dan keluar dari kamar mandi. Harry menghampiri ranjangnya dan duduk ditepinya.

Dering ponsel terdengar membuat Harry segera meraih ponsel tersebut yang tadi ia letakkan di atas nakas dan menjawabnya.

"Maaf, Pak, mengganggu waktu istirahat anda. Saya ingin mengabarkan bahwa tadi IT datang ke rumah anda atas perintah bu Selia," kata seseorang di seberang telepon yang tak lain ialah sekretaris Harry sendiri.

"Selia mendatangkan IT kerumah? Untuk apa di melakukannya," tanya Harry yang tidak tahu.

"Katanya untuk membantu bu Selia mencari bukti rekaman CCTV di rumah anda bila beliau tidak berselingkuh, Pak," jawab sekretaris itu.

Kini Harry terdiam memikirkan semua masalah yang terjadi antara dirinya dengan Selia.

'Kenapa Selia melakukan itu? Apa dia benar-benar nggak selingkuh?' batin Harry dalam hati.

*

*

Jangan lupa dukungannya.. 😍