Karna menolong seseorang membuat Rafdelia menjalani kehidupan yang tidak di inginkan nya tetapi seiring berjalannya waktu Rafdelia menjadi menerima takdir kehidupannya.
ketahui kelanjutan kisah hidup Rafdelia dengan membaca cerita ini dari awal ya teman.
SELAMAT MEMBACA..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febri inike putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
09
"nyonya, kamar anda disebelah sini." Adrian menunjukkan sebuah kamar yang akan Rafdelia tempati.
"yang disebelah sana adalah kamar tuan Zein. Beliau tidak suka ada orang lain masuk ke kamarnya. jadi anda juga dilarang memasuki kamar itu tanpa seizin beliau." Andria memberi tau Rafdelia sambil menunjuk sebuah kamar lain tepat disebelah kamar Rafdelia.
"oh... saya mengerti" ucap Rafdelia.
"lagian siapa juga yang mau masuk masuk ke kamar si tuan arogan itu." batin Rafdelia.
"barang-barang anda sudah diletakkan di kamar anda, nyonya..." Adrian menambahkan.
"o ya? Kapan? kok saya gak tau? Setahu saya barang-barang saya masi di kosan." Rafdelia heran.
"tuan Zein sudah menyuruh saya menyelesaikan semuanya, nyonya." jawab Adrian.
"oh... baiklah kalau begitu saya masuk kamar dulu." Rafdelia hendak berlalu namun langkahnya ditahan oleh Adrian.
"maaf nyonya sebelumnya, ada beberapa pesan dari tuan Zein yang harus saya sampaikan."
"apa?" tanya Rafdelia.
"sebelumnya tuan memperkerjakan art di apartemen ini. Tapi sekarang tuan tidak akan memakai jasa art lagi karena tuan sudah membawa anda tinggal disini. Tuan tidak mau kecolongan kalau ada orang yang tau tentang pernikahan beliau dengan anda termasuk art sendiri. Beliau tidak percaya pada siapapun. Jadi, mulai saat ini yang akan mengerjakan urusan rumah semuanya adalah anda." Adrian sedikit merasa tidak enak menyampaikan hal barusan.
"maksudnya, saya yang akan menggantikan tugas art itu?" tanya Rafdelia memastikan.
"iya nyonya. Mulai dari memasak makanan untuk tuan, mencuci, bersih-bersih dan sebagainya. Sekarang anda lah yang akan mengurus segala keperluan tuan dirumah ini." jelas Adrian.
"pak Adrian, sebenarnya saya gak ada masalah mengerjakan itu semua karena saya juga udah bisa ngerjain kerjaan rumah kayak gitu sehari-hari. cuma masalahnya apa tuan Zein yakin mau saya urus dan masakin? Kayaknya dia jijik banget deh liat saya, gimana mau makan masakan saya... Lagian saya juga gak tau gimana selera tuan Zein."
"gak masalah nyonya, tuan Zein juga bukan orang yang suka pilih-pilih makanan kok. Yang penting bersih, higienis dan sehat. Anda juga seorang dokter, tentunya juga lebih tau bagaimana makanan sehat seharusnya."
Mendengar penjelasan Adrian barusan, akhirnya Rafdelia setuju. "Okelah kalau begitu. Saya usahakan yang terbaik deh nanti." ucap Rafdelia.
"Kalau begitu saya pamit dulu nyonya, kalau ada apa-apa anda bisa hubungi saya langsung. O ya tuan Zein akan makan malam disini nanti."
"Benarkah? ingat pulang juga dia?" Rafdelia bertanya seolah mencibir karena kemarin dia ditinggal begitu saja sendirian dikamar hotel tanpa memberi tau kemana laki-laki itu pergi.
"Maaf...?? Adrian bertanya sedikit bingung.
"oh gak ada apa-apa pak Adrian, saya lupa kalau diperjanjian itu dikatakan bahwa dilarang ikut campur urusan masing-masing. Dia mau kemana, sama siapa, mau pulang atau enggak juga bukan urusan saya..." Rafdelia tersenyum simpul mengingat kontrak nikah yang dibuat secara sepihak oleh suaminya itu.
"hmmm... Kalau gitu saya pamit dulu nyonya, permisi." Adrian bergegas keluar apartemen. Sejujurnya ia merasa kasian pada Rafdelia. Karena posisi nya seolah olah ia telah menjebak Zein kedalam perjodohan ini, sehingga Zein bersikap semena-mena terhadap gadis cantik itu. Padahal dilihat dari sisi manapun Rafdelia lah yang dirugikan dalam hal ini. Tetapi karena prasangka buruk Zein tentang Rafdelia dan cinta buta nya pada Gina membuat bosnya itu menutup hati dan akal sehatnya.
Rafdelia telah berada di kamarnya. Ia menatap sekeliling kamar tersebut. Jauh lebih besar dan nyaman dari kamar kosnya dulu.
"hhhh... Semangat Adel! kamu pasti kuat bertahan selama 6 bulan disini. banyakin sabar menghadapi si Zein songong itu, tapi kalau dia udah keterlaluan kamu gak bole tinggal diam. Harus berani melawan, jangan mau diinjak-injak. Huh!!" Rafdelia menyemangati dirinya sendiri walaupun sebenarnya ia tidak yakin akan kuat bertahan selama 6 bulan kedepan. Jujur saja, sejak awal Zein menyuruh nya menandatangani surat perjanjian kemarin, ia sangat ingin mengadukan semuanya ke mami Zora. Namun ia urungkan mengingat kondisi kesehatan jantung mami yang tidak stabil. Ia tidak mau terburu-buru mengikuti emosi yang justru akan berakibat buruk pada mami Zora. belum lagi mami mengatakan tidak mau berobat ke Jerman kalau Rafdelia tidak Meu menikah dengan Zein. itu membuat Rafdelia dilema. Akhirnya dia mencoba menerima kesepakatan yang dibuat Zein walaupun sebenarnya itu hanya kesepakatan sepihak. Rafdelia tidak benar-benar ingin mengikuti isi dari perjanjian itu. Karena ia takut mempermainkan sebuah pernikahan. Ia hanya mengikuti permainan yang dibuat Zein, jika kuat ia akan bertahan tapi jika tidak, maka ia akan menyerah.