NovelToon NovelToon
I Love U! Suami Dadakan

I Love U! Suami Dadakan

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Hamil di luar nikah / Pernikahan Kilat / Teen School/College / Tamat
Popularitas:944k
Nilai: 4.9
Nama Author: unchihah sanskeh

Aku yang terjebak hubungan terlarang di luar nikah dan di tipu kekasihku yang membawaku kabur dari rumah ke kota, Tiba-tiba di lamar dan di nikahi oleh seorang Polisi yang terpaut 9 tahun lebih tua dariku. Polisi yang membantuku pulang ke rumah dan berdamai kembali dengan ayah.

Menjalani Pernikahan kilat dengan seorang pria asing yang sama sekali belum ku kenal sebelumnya, demi menebus dosa pada ayah yang sudah ku buat sedemikian hina.

"Kenapa kakak mau menikahi dan bertanggung jawab untuk seseorang yang tidak kamu kenal dengan baik?" ~ Karunia

"Karena aku tahu rasanya tidak punya orang tua." ~Anta Reza

meski begitu dia bukan sosok yang sempurna, dia memiliki kelemahan permanen yang membuatku akhirnya paham bahwa tidak ada seorang pria mau menikahi wanita asing yang mengandung anak dari orang lain dengan sukarela, sebagaimana pemikiran orang lain pada umumnya. hingga akhirnya aku mengetahui, bahwa ia memiliki alasan lain yang lebih masuk akal, selain dari yang telah dia ucapkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon unchihah sanskeh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 09 - Mantan (&) Masa Depan

Seketika aku mendapat kesan bahwa tetangga tadi berniat untuk mempermalukan ku. mengapa? ibu itu berbicara dengan nada manis dan manja, seolah dia memang sedang bercanda, dan yang lain mulai terkekeh, padahal senyatanya tidak sedikit pun tersirat gurauan dan aku tidak nyaman.

Rahangku menegang, seraya mengedarkan pandangan ke sekeliling. Aku berusaha keras menenangkan diri di dapur setelah pulang dari warung, kekehan dan kata-kata ibu-ibu itu terdengar nyaring di telingaku, ekspresinya saat memuji kelebihan Mbak Isma seakan menyindirku berputar-putar terus menggerayangi kepala ku.

Mbak Isma, aku menggumam. Kak Anta, aku menggumam. apa sebenarnya yang terjadi pada hubungan kalian selama ini? apakah ada masalah sampai Kak Anta memilih untuk putus? apakah benar kalau Kak Anta tak cukup sabar menunggu Mbak Isma yang masih menempuh pendidikan? tetapi, bukannya terakhir ku dengar barusan bahwa Mbak Isma sudah lulus? atau justru Kak Anta memang terlalu baik, sehingga memilih untuk menikahi gadis yang bergerak terlalu liar dan tak terkendali seperti ku? sebab, ku pikir, Kak Anta tipikal orang pendiam, kaku dan rendah hati. sehingga, dia bukan orang yang mudah untuk berpaling hati bila sudah mencintai. dan bila sudah cinta, dia akan setia selamanya.

Ku teguk air mineral di meja, kali ini sampai penghabisan karena aku harus segera mempersiapkan segala sesuatu untuk masak. ku pikir perlu untuk kembali pada kenyataan yang real, bukan terus memikirkan perkataan orang hingga terus terjerumus dalam bayangan fantasi yang abstrak, yang membuatku makin terpuruk dalam prasangka-prasangka yang tak berujung.

Baru hendak bangkit dari kursi, seseorang mengetuk pintu depan. aku tak mau ambil pusing jadi langsung menuju ruang tamu untuk membukakan pintu.

"Maaf, aku ke sini tiba-tiba. kamu tadi buru-buru sekali sampai meninggalkan keranjang sayur sendiri." Mbak Isma bicara dengan nada dalam dan berwibawa. seolah dia tak menaruh dendam akan kehadiran ku.

Dia datang dengan mata berbinar-binar dan wajah malu-malu, membawakan keranjang sayur ku yang ketinggalan di warung. dia tersenyum, astaga ... malunya aku karena terlihat sekali lalai dan ceroboh. dia menatapku dengan cara setengah menyelidik, mungkin agar aku menangkap isyarat dalam hatinya. isyarat yang paling murni dari seluruh ekspresi jiwa manusia.

"Terima kasih Mbak Isma, aku lupa kalau masak air, ku pikir akan belanja cepat tapi, sampai di situ malah kebingungan. maaf ya, jadi merepotkan begini." kataku sambil menyunggingkan senyum sopan.

Jawaban itu menimbulkan gelombang tawa dari Mbak Isma, "Belanja pertama kali memang suka buat bingung, apalagi kalau sudah lihat sayuran yang berderet. jadi lupa mau beli apa."

Saat Mbak Isma tertawa, aku menyadari bahwa dia memang secantik itu. suaranya yang lembut, halus sekali masuk di telingaku. dia, memang mirip dengan Kak Anta, kebaikan hati dan kebesaran jiwa yang mereka miliki... menyatu begitu harmonis dalam diri mereka masing-masing.

aku merasa senang karena rupanya Mbak Isma begitu terbuka untuk menerimaku selayaknya sahabat, tetapi di balik itu semua... terbesit juga rasa cemburu, cemburu karena aku tak bisa menjaga kesucian diri seperti Mbak Isma, yang membuat dirinya sangat bersahaja dengan karakternya yang baik dan terjaga.

"Tapi hebat loh, kamu masih muda tapi pandai masak, ya?! tidak banyak gadis seumuran kamu bisa berperan baik dalam rumah tangga."

"Tidak sehebat itu kok, Mbak." sahutku menyela. "Aku baru belajar masak. karena itu, tadi jadi melamun di warung sayur, aku tidak tahu harus masak apa." aku tersenyum simpul dengan ekspresi malu-malu.

"Oh, ya? ha ha! tenang saja, aku juga seperti itu dulu waktu seumuran kamu! tidak pandai masak, tapi sejak menempuh pendidikan dan harus tinggal berpisah dari keluarga, aku belajar masak. jadilah seperti sekarang!!" ucap Mbak Isma ramah sambil menaikkan sedikit bahunya. "Kalau mau, aku bisa mengajari kamu masak sekarang."

Rupanya dia melihat sikapku yang gugup. tapi, yang lebih mengejutkan, dia malah menawarkan bantuan agar aku tidak berasa lemah karena banyak kekurangan.

"Serius? kalau tidak merepotkan Mbak Isma, aku mau sekali... "

"Tentu saja tidak, mau mulai sekarang? atau bagaimana?"

"Kalau sekarang bisa?"

"Tentu saja!"

Begitu mempersilahkannya masuk, aku segera mengajak Mbak Isma ke pojok ruangan, tepatnya di dapur. aku tahu, Mbak Isma mungkin sudah mengenal dengan baik setiap penjuru ruangan di rumah ini, dan segera mengenalinya saat masuk. tapi, dia sangat menghormati ku dengan terus mengikuti langkahku dari belakang.

"Kamu sudah tahu kira-kira mau masak apa?"

"Ikan cabai merah, Mbak."

"Jangan," Larangnya, "Mas Reza tidak suka makanan pedas!"

"O-oh, maaf aku tidak tahu." jawabku gugup.

"Dia itu suka sayuran yang dimasak bening, terus ayam goreng biasa. kalau ada kecap manis, dia lebih suka. Oh, aku hampir saja lupa! kalau habis makan, Mas Reza itu suka makan buah. jadi kamu harus siapkan buah di meja makan."

Begitulah Mbak Isma menjelaskan masakan selera Kak Anta dengan detail yang begitu baik. tetapi anehnya, dia malah mengeluarkan sayuran yang ada di keranjang belanja miliknya sendiri. dan semua itu sama dengan segala bahan yang disebutkan olehnya barusan.

"Mbak Isma, benar-benar kenal Kak Anta dengan baik ya." jawabku sambil tersenyum.

"A-ah maaf Karunia. aku..."

"Tidak masalah Mbak, aku malah berterima kasih karena Mbak Isma begitu baik membantuku menyiapkan makanan untuk Kak Anta. jadi, sekarang aku mulai tahu bagaimana selera suamiku sendiri."

Aku mengagumi kebaikan Mbak Isma yang mau membantuku sekaligus caranya menjelaskan apa yang disuka dan tidak disukai Kak Anta. dia menampakkan kedekatannya yang sudah terjalin sangat baik dan dekat dengan kurun waktu yang sangat lama. akan tetapi, sekalipun begitu... aku tetap Istri Kak Anta, tetap ada perasaan yang mengganjal meskipun belum ada perasaan cinta.

"Nanti biar ku ganti uang belanjanya ya Mbak."

"Tidak, jangan pikirkan soal itu. kita langsung masak saja, ya?!" jawab Mbak Isma agak gugup, aku menyadari dia merasa canggung dengan tindakannya sendiri. namun, aku juga mengerti tidak mudah untuknya melupakan pria yang sudah menemani berpuluh tahun lamanya. tidak akan semudah itu...

"Karunia, minyak gorengnya habis. apa masih ada simpanannya?"

Aku mendongakkan kepala ke depan, menerawang sesuatu di lemari penyimpanan atas. "Sepertinya ada Mbak, di lemari atas sana."

"Oh, biar aku saja yang ambil."

Aku mengangguk untuk mengiyakan.

Tak lama setelah itu, Aku tak mendengar suara Mbak Isma lagi. dia terdiam agak lama, hanya berdiri mematung sambil memegang sesuatu. aku menyipitkan mata untuk memastikan.

"I-ini susu ibu hamil, ya? untuk siapa?" ucapnya dengan nada lambat tanpa sedikit pun seringai seperti tadi.

Aku tersenyum ke arahnya, "Untukku Mbak, Kak Anta yang belikan waktu itu."

"Kamu hamil?" tanyanya lagi dengan Ekspresi yang masygul.

Mbak Isma yang tadinya bersikap sangat ramah, Tiba-tiba langsung menutup diri dan mengabaikan ku. sesudah aku menjawab pertanyaan darinya. "Ya," tangannya gemetar seraya menaruh kembali kotak susu itu di meja masak.

"Karunia maaf, aku lupa kalau menghidupkan keran bak mandi. aku harus pulang sekarang." katanya sambil berlalu dengan cepat.

1
Siti Aisyah
Kecewa
Siti Aisyah
Buruk
Juna Dong
luar biasa
Yatie Amoya
kok sedih yak
yuning
sempat merinding ketika kata sah terucap
yuning
Petra pasti adiknya pak pol
yuning
nyesek
yuning
pedih 😭
yuning
Kania pinter,tak mungkin seseorang meninggalkan kekasihnya tanpa alasan
Fitri 2708
kania nya aja emng hadehhh 😌😏😒
Wasilah Ismail
kalau secara dunia nyta dri pertama aku baca di sini Anta yg salah,tpi balik lgi ini dunia fiksi tp aku suka
hbsya
gathellll
Endah Setyati
Menerka nerka ,,dr ucapan anta yg berkata bergantung hidup dr orang lain dan berhutang Budi seumur hidup,,,apa mungkin anta berhutang Budi dengan keluarga Petra?? dan di suruh menikahi Kania untuk balas Budi keluarganya,,?? 🤔🤔🤔
Endah Setyati
Apa anta ada hubungan keluarga sama Petra ??
Khodijah Ijah
Kecewa
Khodijah Ijah
Buruk
Dee
Luar biasa
Dee
Di kasih hati minta jantung. Cocok untuk penggambaran sosok Isma ini 😏
Jumi Eko
bagus
Phiby Ortiz
sorry,tapi ini ga adil buat isma,isma ga salah apa2,tapi diputusin gtu aja,kalau jdi isma mana ada yg ga sakit hati
Wasilah Ismail: sabar ini hanya fiksi,aku pun sakit hati tp ya mau gmna lgi autor nya yg nulis cerita nya mau bagai mna lagi
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!