Cerita ini mengisahkan tentang seorang pangeran yang tidak diakui sebagai anak oleh ayahandanya. Karena ayahandanya menuduh bundanya berselingkuh. Maka lahirlah seorang pangeran tanpa disaksikan oleh ayahandanya.
Sang pangeran harus dibesarkan oleh Balakosa, musuh besarnya yang merebut kerajaan ayahnya.
Kemalangan belum usai membayangi hidupnya. Gagalnya pemberontakannya terhadap Balakosa, bahkan hampir dijadikan siluman sejati.
Untung saja seorang sakti berhasil menyelamatkannya yang kemudian menjadi gurunya, dan memberinya amanah besar, membasmi kejahatan di dua negeri; Negeri Mega Pancala dan Negeri Mega Buana.
Seperti apakah kisah pendekar yang membasmi kejahatan di dua negeri? Bagaimana kisah lika-liku percintaannya dengan para gadis yang mencintainya?
Jika pembaca berminat, ikutilah kisah perjalanan PENDEKAR DUA NEGERI!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9 PERTEMUAN KEDUA YANG SUNGGUH TIDAK DISANGKA-SANGKA
Kala itu di sebuah ruangan yang cukup luas....
Tampak 3 orang lelaki muda dan seorang lelaki paruh baya terlibat dalam sebuah pembicaraan yang sepertinya serius. Sepertinya mereka tengah mengadakan rapat atau pertemuan rahasia.
Ternyata 4 orang itu tengah membicarakan tentang tragedi yang terjadi di kediaman Jenderal Yusuf. Yang mana malam itu bertepatan dengan ulang tahun anak kedua sang jenderal.
Dikarenakan tragedi berdarah itu, pesta ultah putri sang jenderal berantakan.
Sedangkan peristiwa berdarah itu sudah dilansir di berbagai masmedia yang ada di Kota Jakarta Raya, baik media cetak maupun media elektronik.
Dan salah satu yang paling ramai dibicarakan dalam berita tersebut adalah tentang kemunculan seorang superhero yang memberantas para pengacau itu, yaitu Ksatria Naga Hitam.
Keempat orang itu tidak membicarakan tentang Ksatria Naga Hitam, tokoh sakti yang memberantas pengacau dalam tragedi itu. Mereka membicarakan tentang Pasukan Siluman Topeng Merah, sang pengacau tersebut.
Menurut dugaan mereka bahwa Pasukan Siluman Topeng Merah akan terus mengacau di Kota Jakarta Raya. Sampai semua pejabat pemerintahan dan pengusaha kaya binasa, sampai mereka menguasai kota tersebut.
Sebagaimana yang mereka sudah ketahui kalau pasukan setengah siluman tersebut adalah salah satu pasukan Balakosa, penguasa Kerajaan Kalingga Raya.
Sedangkan Balakosa atau Prabu Balakosa sendiri, seperti yang mereka sudah ketahui, adalah penguasa yang rakus akan kekuasaan.
Penguasa yang mempunyai keinginan gila, yaitu ingin menguasai dua negeri; Negeri Mega Pancala dan Negeri Mega Buana.
Maka dia mengirim Pasukan Siluman Topeng Merah di Negeri Mega Buana, terkhusus di Kota Jakarta Raya ini untuk mengacau sekaligus membunuh orang-orang yang sudah mereka targetkan.
Setelah rencana itu berhasil, maka dengan mudah Prabu Balakosa dapat menguasai Negeri Mega Buana. Karena Kota Jakarta Raya merupakan pusat negeri modern ini.
Adapun pemimpin Pasukan Siluman Topeng Merah keempat orang itu juga sudah tahu, yaitu Senopati Mandaraka, salah satu dari 10 Ksatria Pedang-nya Prabu Balakosa.
Mereka juga sudah tahu di mana markas besar Pasukan Siluman Topeng Merah, yaitu di Bukit Tengkorak di Negeri Mega Pancala. Mereka tergabung dalam sebuah partai besar yang bernama Partai Tengkorak Merah.
Adapun di Negeri Mega Buana ini keempat orang itu merasa yakin kalau Pasukan Siluman Topeng Merah juga mempunyai markas.
Hanya saja letaknya di mana hal itu yang mereka belum tahu pasti. Maka salah satu tugas mereka adalah mencari di mana markas Pasukan Siluman Topeng Merah berada.
Bersamaan dengan tugas itu, mereka juga bertugas membasmi pasukan itu yang berkeliaran di kota ini. Di samping itu juga tugas-tugas lain yang tidak kalah pentingnya.
Oleh karena itu, mereka merancang suatu misi dalam rangka membasmi pasukan menyeramkan itu.
Keempat orang itu terus saja mengadakan rapat rahasia di ruangan khusus itu hingga beberapa jam lamanya.
★☆★☆
Pagi itu langit cukup cerah, hampir didominasi oleh warna biru. Matahari masih bersinar lembut, menebar senyum hangat menyapa Kota Jakarta Raya....
Pagi itu di SMA Angkasa 2, di Kelas 11A....
Peristiwa berdarah yang terjadi di rumah Ranny sudah berlalu 2 hari. Namun siswa-siswi di kelas itu sebagiannya masih saja ramai membicarakannya. Seakan-akan peristiwa itu baru saja terjadi.
Terkhusus yang masih ramai mereka bicarakan adalah superhero yang muncul dalam tragedi berdarah itu, membasmi semua pasukan pengacau tanpa ada sisa.
Mereka sudah hapal nama superhero itu, yaitu Ksatria Naga Hitam.
Bagaimana perwujudan Ksatria Naga Hitam mereka sudah dengar penjelasannya dari orang yang melihat langsung sang superhero, yaitu 4 personil Geng Red Blue. Terutama Annisa, putri presiden.
Baik mereka dengar keempat gadis cantik itu menjelaskannya di media massa, maupun mereka mendengarnya secara langsung.
Satu hal pula mereka tidak bosan membicarakan tentang keinginan mereka untuk melihat secara langsung Ksatria Naga Hitam tanpa perantara. Itulah makanya mereka amat penasaran.
Seperti halnya Annisa yang duduk sebangku dengan Indah di meja paling depan dan paling tengah. Dia juga amat penasaran ingin berjumpa lagi dengan Ksatria Naga Hitam.
"Lu demen ama siluman?" kata Indah mencandai sahabat cantiknya yang masih saja sumbringah sejak tadi itu.
"Ih! Doy bukan siluman tau!" protes Annisa cepat. "Doy juga manusia kayak kita. Hanya saja make topeng."
"Jadi, lu masih yakin kalau Ksatria Naga Hitam make topeng?" tanya Indah yang kesekian kalinya.
"Ya iyalah," sahut Annisa penuh semangat. "Wajahnya tu cuma topeng. Gue yakin wajah aslinya ganteng banget."
Terus saja 2 gadis cantik itu berbincang tentang idola mereka, sama seperti beberapa siswa lainnya.
Sementara beda halnya yang terjadi pada Shofie yang duduk sebangku dengan Andhini. Sejak pertama kali masuk kelas di senin pagi ini, wajah cantiknya terus saja cemberut seperti ibu-ibu yang telat dikasi uang belanja.
"Lu napa sih, Fie?" tanya Andhini peduli. "Dari pertama masuk tadi lu cemberuuut aja. Ada apa, Cantik?"
Shofie masih diam, wajahnya masih ditekuk bagai dompet yang duitnya sudah ludes. Dia terus menatap malas sesuatu yang ada di depannya.
"Eh, gue liat lu tadi bawa mobil Indah," kata Andhini seketika teringat, "dan Indah bawa mobil lu. Ada apa sih antara kalian?"
"Gue bukan punya masalah ama Indah," kata Shofie bernada kesal, "tapi ama mobil gue sendiri."
"Emang napa dengan mobil lu?" tanya Andhini heran. "Apa ada masalah lagi? Lu bilang mobil lu udah diservice 'kan?"
Perlu diketahui bahwa kejadian yang menimpa Shofie dan Indah di malam itu sudah Indah maupun Shofie ceritakan pada semua personil Geng Red Blue 8.
"Mobil gue sebenarnya nggak papa," kata Shofie makin kesal. "Hanya aja gue BT ama cowok udik yang nyervice mobil gue tu."
"Emang lu ada masalah apa dengan montir yang nyervice mobil lu?"
Lalu Shofie cerita dengan penuh emosi tentang seorang pemuda yang menyervice mobilnya bahwa orang itu terlalu membesar-besarkan kerusakan mobilnya kepada Mas Dhanu.
Seharusnya Mas Anang, salah satu montir khusus yang menyervice mobilnya. Tapi karena penjelasan yang mengada-ngada si cowok udik ke Mas Dhanu, akhirnya Mas Dhanu meyerahkan mobil Shofie ke cowok udik itu.
Berikutnya yang membuat Shofie kesal bahwa pemuda tersebut mendahulukan jadwal menyervice mobilnya. Padahal masih ada 3 buah mobil yang mengantri.
Sedangkan mobilnya berada pada urutan terakhir yang seharusnya, setelah 3 buah mobil itu.
"Tau nggak yang bikin gue makin BT ama tu cowok udik?"
"Apaan tuh?"
"Dia yang bayar ongkos service mobil gue," dengus Shofie geram. "Gila nggak tuh?! Dia pikir gue nggak punya duit apa?"
"Ah lu lebai banget sih," kata Andhini menegur. "Harusnya lu bersyukur ongkos service mobil lu udah dibayarin. Itu artinya dia tulus minta maaf ama lu."
"Ih, amit-amit deh dibayarin ama cowok udik kayak dia. Lagian gue nggak bakalan maafin dia. Se la ma nya!"
Baru saja Andhini hendak berkata, Bu Dian, wali kelas mereka masuk kelas. Tapi guru muda nan cantik itu tidak sendiri, melainkan membawa seorang lelaki remaja yang sepertinya siswa baru atau siswa pindahan.
★☆★☆
Ketika Bu Dian telah memasuki Kelas 11A, siswa-siswi yang tadinya lagi asyik ngobrol, seketika langsung diam dan kembali ke posisi kursi masing-masing.
Cuma sebentar siswa-siswi yang rata-rata anak-anak pejabat dan pengusaha kaya itu memandang wali kelas muda nan cantik mereka. Setelah itu mereka lebih banyak melihat anak yang dibawa oleh Bu Dian.
Adapun lelaki remaja bertas ransel warna hitam itu berwajah tergolong tampan, tapi tidak terlalu. Berambut lurus agak panjang dengan model sisi menyamping.
Sebagian rambut depannya yang bagai membentuk garis-garis menjela di depan wajahnya sehingga sedikit menyamarkan wajahnya.
Penampilan pemuda itu begitu rapi. Seragam putihnya tampak begitu bersih. Ujung baju bawahnya masuk ke dalam celana panjang hitamnya dan di tata rapi.
Tampak kalau pemuda belia itu menjaga kebersihan dan keteraturan.
Pembawaannya begitu tenang laksana air telaga yang diam. Begitu sederhana, tidak ada kesan mewah. Begitu biasa, hampir tak ada bedanya dengan pemuda desa.
Orang-orang mungkin akan melihatnya bagai pemuda culun, secara sekilas. Begitu memandangnya cukup lama, bukan lagi tampak seperti pemuda culun. Tapi kesan pemuda biasa dan bersahaja masih membekas padanya.
Ketika pemuda sederhana itu memasuki kelas, matanya tidak memandang ke mana-mana selain hanya ke depan. Itupun kepalanya sedikit tertunduk.
Semua anak-anak Kelas 11A itu jelas tidak ada yang tahu siapa pemuda itu, bahkan kesan mereka seperti baru pertama kali melihat. Bahkan kasak-kusuk beberapa orang siswa mewarnai kedatangannya.
Kecuali 2 orang siswi; Indah dan Shofie.
Masih lekang dalam ingatan mereka tentang pemuda tersebut yang hampir saja menabrak Shofie.
Dan pemuda itulah yang menyervice mobilnya yang membuatnya kesal dan dendam setengah hidup setelah apa yang semua dilakukan pemuda itu kepadanya.
Sungguh mereka tidak menyangka kalau pemuda itu akan bersekolah juga di SMA Angkasa 2 ini, bahkan satu kelas dengan mereka pula.
Tampak Indah membulat matanya karena terkejut tak menyangka. Tidak menyangka kalau pemuda yang membuatnya penasaran akan bersekolah di sini.
Maka detik berikut benaknya segera tersusun rencana untuk menanyai siapa pemuda misterius itu sebenarnya.
Sedangkan Shofie, saat melihat pemuda itu, sepasang matanya langsung memancarkan permusuhan yang berbalut dendam.
Rencana jahat langsung tersusun dalam benaknya untuk menganiaya pemuda itu yang sudah membuatnya kesal amat-amat kesal.
Begitu Bu Dian berhenti di depan pertengahan kelas, pemuda itu ikut berhenti pula, berdiri satu langkah di samping kiri Bu Dian. Detik berikut berbalik menghadap ke siswa-siswi setelah Bu Dian.
Kebetulan posisi berdirinya nyaris tepat berhadapan dengan Indah. Kepalanya yang agak tertunduk jelas tidak memungkinkan bagi matanya untuk melihat sebagian besar anak-anak yang berada di hadapannya. Namun masih sempat melihat Indah.
Jelas hatinya terkejut mana kala bertemu kembali gadis itu. Dan tentu tidak menyangka kalau ternyata dia satu sekolah, bahkan satu kelas dengan gadis itu.
Tapi keterkejutan itu tidak tampak pada wajahnya yang datar berkesan biasa. Orang yang melihatnya tampak biasa-biasa saja, seakan tidak pernah terjadi apa-apa antara dia dan Indah.
Sedangkan Indah malah terkejut lagi, terkejut heran. Seharusnya pemuda itu terkejut mana kala mereka bertemu lagi. Tapi wajahnya tampak datar saja. Membuat Indah makin penasaran tentang pemuda biasa itu.
★☆★☆★
Mohon pengertiannya...