Menjadi tulang punggu ketika orang tuanya telah tiada, untuk adik-adiknya yang masih sekolah. Mampukah Rere menghidupi ketiga adiknya sedangkan pekerjaannya hanya staff biasa disalah satu perusaan kecil?
Dibalik perjuangannya terhadap adik-adiknya sang pacar juga sering membuatnya frustasi dengan sikap sang pacar yang begitu jahat padanya.
Tapi sedikit demi sedikit hidup Rere berubah ketika ia bekerja sebagai asisten disalah satu restoran dengan memiliki boss yang baik kepadanya.
Bagaimana kisah perjalanan hidup Rere selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linasolin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
"Ah... Iya pak. Terimakasih" jawab Rere terbata-bata, tidak disangka ia diterima dengan mudah dan lebih parahnya Rere tidak ditanyai apapun.
"Ok, mulai hari ini kamu kerja. Suruh Kirana menyiapkan mejamu diruangan ini karena aku akan memberikan mu tugas"
"Ha... Tugas?" Saat ini Rere dibuat seperti orang bodoh oleh Marvin.
Demi pekerjaan yang bagus ini, lebih baik ia tidak banyak tanya dulu untuk saat ini dan ia akan bertanya jika laki-laki didepannya sedang dalam mood baik.
Rere segera keluar dari dalam ruangan itu, diluar ruangan Marvin, Kirana sudah menunggunya. "Bagaimana? Apa kamu diterima?"
"Iya buk, pak Marvin menyuruh ibu untuk siapkan meja dan kursi saya didalam ruangan pak Marvin"
"Begitu ya? Kamu duduk dulu disana aku akan segera mengurusnya"
Rere pun keluar dari kantor, ia mencari laki-laki yang bisa membantunya mrngangkat meja dan kursi. Suasana restoran yang cukup rame membuat Kirana sedikit kesulitan mencari orang yang bisa membantunya.
Dengan langkah cepat ia berjalan menuju kasir, disana ia akan minta tolong untuk mencari orang yang tidak lalu sibuk saat ini melalui alat komukasi dengan para kapten disana.
"Terimakasih ya mbak, kalau begitu saya pamit ya. Saya tunggu dikantor orang yang akan membantu saya"
"Iya mbak, akan saya suruh kesana jika mereka sudah datang"
~
Rere yang sedang menunggu sambil melamun dikejutkan dengan suara Marvin yang datang secara tiba-tiba.
"Dimana kirana? Mengapa kamu masih santai disini?"
"Saya tidak tau pak, kata bu kirana saya tunggu disini sebentar dan bu kirana pergi sebentar"
"Diruangan saya ada kopi tumpah, kamu bersihkan ya! Diatas meja ada beberapa dokumen kamu cek dan arsipkan. Satu lagi jam satu siang nanti pesankan saya makanan dari restoran bawah dan kopi dari seberang restoran ini. Kopinya gula satu sendok kopi dua sendok dan esnya sedikit saja"
Tanpa jeda Marvin memberi tugas dengan cepat, Rere yang mendengarnya sedikit pusing bahkan yang bisa ia tangkap hanya pesankan makanan dan kopi dari seberang restoran.
Buru-buru Rere mengambil pulpen dari dalam tas dan buku kecil "Boleh diulang sekali lagi pak? Saya tidak menangkap semua yang bapak ucapkan" Seru Rere.
"Saya sibuk kamu kerjakan apa yang sudah saya perintahkan"
Dengan gaya angkuhnya Marvin melangkah meninggalkan Rere, baru hari pertama diterima kerja sudah membuat Rere pusing. Rere keluar dari kantor didepan pintu ia bertemu dengan Kirana.
"Mau kemana?"
"Buk bagaimana ini? Pak Marvin memberi saya tugas tapi saya tidak mendengarnya dengan jelas bahkan saat saya menyuruh bapak itu mengulang kembali perintahnya dia tidak mau"
"Apa yang mamu tangkap dari ucapan pak Marvin?"
"Bersihkan ruangannya dan pesankan makanan dan kopi"
"Jangan panik begitu untuk hari ini aku akan membantumu, untuk besok-besok siapkan diri pendengaran yang kuat dan mental. Pak Marvin sedikit sulit untuk kita pahami, moodnya akan mudah rusak dan ketika moodnya rusak maka kamu harus siap-siap kena omeli"
"Mbak?" lirik Rere.
"Hmm...?"
"Bolehkah saya berhenti saja? pekerjaan ini terlalu berisiko untuk saya" ujar Rere sambil nyengir kuda kepada Kirana.
"Sayang sekali kerja disini gajinya besarkan? Dimana lagi kamu terima gaji sebesar ini"
"Memangnya gajinya berapa buk?"
Rere tidak sempat bertanya berapa gaji yang akan ditawarkan Marvin. Dan saat ia sudah diterima kerja ia tidak tau gaji yang akan ia terima nanti.
"Kamu tidak tanya tadi?"
"Nggk sempat buk, Pak Marvin tidak memberi saya bicara. Memangnya berapa bu?" tingkat kekepoan Rere seketika naik.
"Sepuluh juta bahkan jika pendapatan restoran meningkat gajimu akan naik. Sudah ya? Kamu duduk dulu akan kami siapkan meja untukmu"
Rere mengikuti langkah kemana Kirana pergi, bahkan ia sama sekali tidak berehenti kala Kirana mondar mandir. "Buk, dimana sapu dan kain pel? Pak Marvin menyuruh saya untuk membersihkan tumpahan kopi itu" sambil menunjuk lantai yang sudah kotor.
"Ada dikamar mandi, semuanya sudah lengkap disana kamu tinggal gunakan saja. Ini meja kerja mu sudah siap, jika ada yang mau kamu tanyakan perihal makanan dan minuman pak Marvin kamu tanyakan saja saya ada diluar ruangan ini"
"Iya buk, terimakasih"
Rere tinggal sendiri diruangn itu, ruangan yang tergolong besar jika dibandingkan dengan ruangan staff restoran tersebut. Dinding yang bercatkan warna putih menabah keceran pada ruangan tersebut dipadukan dengan gorden yang berwarna gold dan mewah. ruangan yang ditata dengan begitu rapi membuat Rere sangat betah memandangi ruangan itu.
"Semoga aku betah dengan pekerjaan ini. Besok aku harus mengirimkan surat risegn kepada kantor. Semoga ini sudah menjadi pilihan yang tepat" batin Rere.
~~
Marvi buka pergi dari restoran, ia sengaja pergi dari ruangannya menjelajahi seluk beluk restoran, memastikan jika semua aturan dan praturan yang ia buat berjalan dengan baik.
"Hey kamu!" panggil marvin kepada laki-laki yang sedang membersihkan meja.
Laki-laki itu berlari menghampiri Marvin "Bapak manggil saya?"
"Kenapa kerjamu sangat lambat, ccepatakan bereeskan meja ayang kotor ini nanati kalau ada konsumen dan mendapati meja kta kotor bagaimana?" dengan raut wajahnya yang khas.
"Meja ini barusan kosong pak dan kebetulan saya sedang membereskan meja yang sana makanya meja ini belum saya kerjakan" laki-laki itu menjawab pertanyaan Marvin.
"Sepertinya kamu karyawan baru, kalaau saya ngomong itu bukan dilawan tapi kerjakan apa yang saya suruh" kesal Marvin.
"Iya apak akan saya kerjakan"
"Sekarang!!" tekan Marvin.