NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikah Dengan Tuan Muda

Terpaksa Menikah Dengan Tuan Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Merlin.K

Ganhia Wijaya, seorang gadis cantik yang penurut dan pekerja keras, hidup dengan tenang di bawah naungan keluarganya yang sederhana. Namun, kedamaian itu hancur ketika ayahnya terjerat utang besar kepada Tuan Danendra Mahendra, seorang pengusaha muda yang kaya raya namun terkenal dengan sifatnya yang dingin dan sombong. Demi menyelamatkan bisnis keluarganya yang hampir bangkrut, ayah Ganhia memaksa putrinya untuk menikah dengan Danendra, meski hatinya menolak.

Akankah mereka menemukan kebahagiaan di tengah pernikahan yang dilandasi oleh sebuah kontrak yang penuh tekanan?

yuk mampir yuk di karya pertama aku🙏😁

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merlin.K, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kau harus terbiasa Mulai hari ini, aku akan lebih sering membuatmu gugup

Pagi itu, cahaya matahari menyusup lembut melalui tirai tipis kamar. Ganhia perlahan membuka matanya, kelopak matanya terasa berat karena tidur terlalu dalam. Tapi yang membuatnya terjaga sepenuhnya adalah... sebuah tangan yang melingkar erat di perutnya.

Ia terdiam sesaat, menahan napas. Apa ini...? pikirnya. Jantungnya mulai berdegup kencang. Perlahan, dengan perasaan campur aduk, ia menoleh ke belakang dan matanya langsung membelalak.

Wajah Tuan Danendra. Tepat di belakangnya. Terlalu dekat.

“Astaga…” bisik Ganhia panik. Dalam sekejap, ia hendak bangkit dan menjauh, tapi belum sempat ia bergerak lebih jauh, pelukan di pinggangnya justru mengerat. Danendra, yang ternyata sudah bangun sejak tadi dan diam-diam memperhatikan reaksi Ganhia, menahan senyumnya sambil mempererat dekapannya.

Ganhia semakin panik. Bagaimana ini? Bagaimana bisa aku ada di sini? Apa dia marah? Apa dia akan mengusirku? Apa aku tertidur dan tanpa sadar tidur di ranjangnya tanpa sadar?

Dalam gumam paniknya, Ganhia mulai meracau pada dirinya sendiri, “Gak mungkin… aku kan tidur di sofa, aku tidak mungkin tidur di ranjang ini… Aduh, gimana kalau Tuan Danendra bangun? Kalau dia marah? Kalau dia pikir aku ....astaga—aku harus keluar sebelum dia bangun!”

Danendra, yang mendengar gumaman ketakutan Ganhia, tersenyum geli. Gadis ini... selalu bereaksi berlebihan. Tapi dalam hatinya justru muncul ide nakal. Ia ingin sedikit mengerjai gadis yang selalu gelagapan di dekatnya itu.

Dengan suara berat dan datar, ia tiba-tiba membuka mulut, “APA YANG KAU LAKUKAN DI SINI?”

Ganhia tersentak, langsung bangkit dengan wajah pucat. “S-Saya… saya tidak tahu, Tuan! Saya tidak masuk ke sini! Saya… saya tadi di sofa… saya tidak tahu bagaimana bisa”

Belum sempat duduk tegak, Danendra bangkit sambil berpura-pura kesal. “Berani sekali kau tidur di ranjangku. Apa kau sengaja? Menyelinap diam-diam ke ranjang Ku hanya untuk berada di sampingku, ya?”

Ganhia yang ketakutan langsung menggeleng cepat-cepat. “Tidak! Tidak, Tuan! Saya tidak akan melakukan hal seperti itu! Saya bahkan tidak tahu saya kenapa saya ada di sini!”

Danendra mendekat perlahan, menatapnya tajam. “Harusnya aku menendang mu keluar sekarang juga…” katanya dengan nada dingin, membuat Ganhia memejamkan mata karena takut.

Lalu—tak disangka, alih-alih marah, Danendra malah tertawa kecil.

“Dasar bodoh,” ucapnya ringan, kali ini nadanya berubah santai. “Kau memang mudah sekali panik ya.”

Ganhia membuka matanya, bingung.

“T-Tuan… jadi… jadi Tuan tidak marah?”

Danendra menyeringai. “Aku sendiri yang membawamu ke ranjang tadi malam. Kau tidur di sofa, membeku seperti es. Masa aku biarkan istri Tuan Muda keluarga Mahendra tidur di sana terus?”

Wajah Ganhia langsung merah padam.

Danendra berdiri, berbalik menuju lemari sambil melepas kaos tidurnya santai. "Dan mulai sekarang, kau tidur di sini.”

Ganhia terdiam. Apa maksud semua ini…?

Danendra melirik ke arahnya. “Cepat ganti baju. Aku tunggu di ruang makan.

Lalu ia melangkah keluar, meninggalkan Ganhia yang masih mematung di atas ranjang. Jantungnya belum tenang, wajahnya masih merah, dan pikirannya semakin kacau.

Apa maksud dari semua ini, Tuan Danendra…?, apa tadi dia mengakui aku sebagai istrinya apa di benar-benar sudah kesambet, ah jangan berpikir aneh Ganhia mungkin dia begitu baik kepadamu karena kata adik ipar kekasihnya akan kembali, mungkin dia hanya membuatmu merasakan jatuh cinta kepadanya dan saat kekasihnya kembali engkau akan di buang dengan perasaan yang sakit luar biasa betul pasti dia merencanakan semua itu.

Pagi itu, suasana di ruang makan keluarga Mahendra terasa berbeda. Biasanya, meja sarapan dipenuhi ketegangan atau setidaknya keheningan yang canggung, apalagi jika Tuan Muda Danendra hadir. Tapi hari ini… ada sesuatu yang janggal.

Claudia sedang sibuk mengaduk jusnya saat Danendra hadir dan mulai duduk di kursinya.

"Selamat pagi,” suara berat tapi tenang terdengar, membuat Claudia spontan menghentikan gerakannya.

Ia menoleh, begitu juga Gisel dan sang ibu yang duduk di ujung meja.

Danendra melangkah masuk, rapi dengan kemeja biru langit dan senyum samar di wajahnya.

“Pagi, Dia. Gisel. Ibu,” sapanya lagi—dengan senyum. Senyum!

Ketiganya terdiam beberapa detik.

Ketiganya terdiam beberapa detik.

“Eh… pagi juga, Kak,” jawab Gisel pelan, masih bingung apakah ini mimpi.

Claudia bahkan sempat melirik bawah meja, memastikan tidak ada kamera tersembunyi. Apakah ini prank keluarga?

Ibu menatap putranya dengan tatapan hangat tapi penuh selidik. “Pagi, Nak… kau… terlihat berbeda pagi ini.”

Danendra hanya duduk tenang di kursinya. “Hari ini suasana hatiku baik. Apa itu masalah?” katanya ringan sambil mengambil cangkir kopi dan menyeruputnya dengan santai.

Beberapa detik kemudian, Ganhia muncul dari arah tangga, masih gugup dan mencoba menunduk agar tak menarik perhatian. Tapi jelas, perhatian justru langsung tertuju padanya.

"kakak ipar tidak turun bersama kak Nendra apa mereka bertengkar tapi hari ini kelihatanya kak Nendra sangat senang dan kakak ipar terlihat malu-malu ada apa dengan mereka" gumam Gisel dalam hati sambil tersenyum.

lain dengan Ibu dan Claudia yang melihat itu semakin membenci Ganhia.

"apa-apaan kak Nendra ini membiarkan wanita pelayan itu santai dan tidak melayaninya, apa yang di katakan Gisel benar bahwa kak Nendra mulai jatuh cinta kepadanya tidak aku harus menghubungi Kak Alea untuk segera pulang."

"Tidak wanita ini semakin mengubah Nendra bisa jadi Nendra benar-benar jadi jatuh cinta kepadanya nanti, tidak boleh aku harus menghubungi Alea sekarang." guman ibu

Sedangkan pak Haris yang melihat Tuan Danendra mulai berubah hangat hanya tersenyum.

"anda sangat luar biasa Nona anda bisa mengubah Tuan datar sedikit demi sedikit menjadi hangat."

Danendra langsung menoleh ke arahnya, dan tanpa ragu berkata, “Sini, Nhia. Duduk di sampingku.”

Claudia yang sedang mengangkat sendok, terdiam dengan mulut terbuka. Gisel bahkan menjatuhkan roti yang sudah diolesi selai.

 "Jadi nama kaka ipar itu Nhia ah sangat cantik seperti Wajak kakak ipar nanti aku akan mengajak kakak ipar kenalan deh sepertinya seru berteman dengan kakak ipar." guman Gisel sambil tersenyum

sedangkan ibu dan Claudia semakin murka dengan panggilan lembut Danendra kepada Ganhia.

Ganhia mematung sejenak. “S-saya bisa duduk di—”

“Di sampingku,” potong Danendra tanpa menoleh lagi, nada suaranya tenang tapi tegas.

Dengan jantung berdebar, Ganhia melangkah pelan dan duduk di kursi sebelah kanan Danendra. Ia tak berani menoleh, apalagi berbicara.

Namun tiba-tiba, Danendra mengambilkan sepotong roti dari piring dan meletakkannya ke piring Ganhia. “Makanlah. Jangan sampai lemas.”

Claudia hampir tersedak. Gisel terbatuk pelan. Ibu hanya menatap pemandangan itu dengan pandangan penuh pertanyaan.

“Ada apa denganmu, Danendra?” tanya sang ibu, akhirnya angkat bicara. “Sejak kapan kau mulai mengambilkan sarapan untuk seseorang?”

Danendra tersenyum kecil, tetap tenang. “Mungkin aku hanya mulai sadar pentingnya memperlakukan orang dengan lebih baik, Bu. Terutama orang yang tinggal serumah denganku.”

Ganhia hanya bisa menunduk, pipinya merah padam.

Claudia dan Gisel saling melirik dengan ekspresi jelas: Ada sesuatu yang besar sedang terjadi.

Dan di tengah semua kekacauan batin dan keheranan pagi itu, hanya satu yang terlihat benar-benar tenang Danendra.

Ia bahkan sempat mencuri pandang ke arah Ganhia, lalu berbisik lirih, “Kau harus terbiasa. Mulai hari ini, aku akan lebih sering membuatmu gugup.”

1
k.m
ceritanya bagus 👍👏🥰
Mar lina
kirain ngapain gitu thor
ternyata hanya untuk di panggil
sayang....
lanjut thor ceritanya
Mega Manna
seruni lanjut dong
Mar lina
benih-benih cinta
sedikit demi sedikit
telah tumbuh
lama" buanyak
dan bucin...
lanjut thor ceritanya
Mhely: jangan lupa vote ya agar semakin semangat ni nulisnya🙏😁
total 1 replies
Paulina al-fathir
Cleo apa Alea nih thor
Mhely: Terimakasih sudah membaca karya pertamaku🙏

karena ini baru karya pertama author jadi Masi sering Typo ya🤣😁
total 1 replies
Mưa buồn
Ayo thor, jangan sampai kami penasaran terus!
Kiritsugu Emiya
Bagus banget thor, jangan lupa update terus ya!
boing fortificado
Larut malam ini tetap menunggu update dari thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!