NovelToon NovelToon
Dinikahi Untuk Dibenci

Dinikahi Untuk Dibenci

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Playboy / Konflik etika / Angst / Romansa / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:29.4k
Nilai: 5
Nama Author: 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒

“Pastikan kau sembuh. Aku tidak menikahimu untuk jadi patung di rumah ini. Mulailah terapi. Atau…” Edward menunduk, berbisik di telinganya, “...aku pastikan kau tetap di kamar ini. Terikat. Tanpa busana. Menontonku bercinta dengan wanita lain di tempat tidur kita.”

Laras gemetar, tapi matanya tak lagi takut. “Kau memang sejak awal… tak lebih dari monster.”

Edward menyeringai. “Dan kau adalah istri dari monster itu.”

Laras tahu, Edward tidak pernah mencintainya. Tapi ia juga tahu, pria itu menyimpan rahasia yang lebih gelap dari amarahnya. Ia dinikahi bukan untuk dicintai, tapi untuk dihancurkan perlahan.

Dan yang lebih menyakitkan? Cinta sejatinya, Bayu, mungkin adalah korban dari semua ini.

Konflik, luka batin, dan rahasia yang akan terbuka satu per satu.
Siap masuk ke kisah pernikahan penuh luka, cinta, dan akhir yang tak terduga?

Yuk, baca sekarang: "Dinikahi Untuk Dibenci"!
(Happy ending. Dijamin!)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34. Saling Menyalahkan

Edward menggertakkan gigi, membanting ponsel ke dinding. Ia melangkah ke jendela tinggi, menatap jauh ke kota yang dulu tunduk padanya.

Sekarang... tak ada siapa pun.

Helikopter yang ia sewa diam-diam diblokir. Perahu cepat di pelabuhan diamankan. Jalur pelarian lewat laut? Sudah ditutup. Nama barunya sudah tersebar. Semua koneksi bisnis bawah tanahnya memutus hubungan dalam satu malam—karena satu nama: Ronald.

“Bajingan...” desis Edward. “Kau tahu semua. Kau khianati aku.”

Langkahnya goyah. Ia bersandar di tembok, menatap tangannya yang dulu memegang kendali penuh—kini tak punya pegangan.

Di luar, suara sirene menggema. Bukan satu. Banyak. Semakin dekat.

Edward tertawa pelan, kering. Lalu berubah menjadi tawa gila.

“Begitu, ya?” katanya lirih, memandangi pantulan dirinya di kaca.

“Perang ini... akhirnya kau yang mulai, Ronald.”

Ketika pintu dibuka paksa dan cahaya menyilaukan masuk, Edward berdiri tegak. Tidak lagi seperti raja. Tapi seperti pecundang yang akhirnya sadar: permainan telah selesai.

***

Sherin tengah menikmati buah potong di ruang keluarga ketika suara bel pintu berdering cepat. Seorang pelayan membuka—dan dalam hitungan detik, beberapa pria berseragam masuk, membawa surat resmi dari kepolisian.

“Sherin Sanjaya?” tanya petugas utama.

Sherin bangkit, wajahnya terkejut. “Saya. Ada apa ini?”

“Suami Anda, Edward Sanjaya, telah ditangkap. Rumah ini akan disita sebagai bagian dari barang bukti yang terhubung dengan tindak pidana berat.”

“APA?!” Sherin berteriak, matanya membelalak. “Kalian gak bisa sembarangan! Ini rumah suamiku!”

Petugas menunjukkan surat. “Segala aset yang atas nama Edward, termasuk properti ini, kendaraan, serta barang-barang mewah yang ada di dalamnya, akan kami amankan.”

Pelayan-pelayan di rumah tampak gelisah. Beberapa mulai merapikan barang pribadi mereka, khawatir terseret masalah.

Sherin memegangi perutnya yang sudah terlihat membuncit, langkahnya goyah. “Kalian gak ngerti... aku istrinya! Aku sedang hamil!”

“Dan Anda juga akan dimintai keterangan,” ujar petugas itu dengan nada dingin. “Kami sarankan Anda tidak menghalangi proses hukum.”

Sherin terduduk di sofa kulit, yang sebentar lagi akan disegel. Matanya melesak, tangannya gemetar. Di balik semua kemewahan dan status sosial yang ia kejar... kini, semuanya hilang. Ia ditinggal oleh pria yang ia jerat, dunia yang ia damba, dan bayangan masa lalu yang tak bisa ia hapus.

Satu jam kemudian

Sherin menyeret koper ke teras rumah kedua orang tuanya. Langkahnya berat, wajahnya pucat, rambutnya berantakan. Ia mengetuk pintu, yang terbuka separuh.

Begitu masuk, matanya melebar. Darma dan Wati sedang sibuk mengangkat kardus, menggulung karpet, dan membongkar lemari.

Sherin mengernyit. “Apa yang kalian lakukan?”

Tanpa menoleh, Darma menjawab ketus, “Gak lihat? Kami sedang berkemas.”

Wati menyahut dari dapur, juga tanpa menoleh, “Mau pindah! Karena kamu gak pernah bantu kami! Bahkan anak pungut itu, Laras, juga gak guna!”

Sherin memejamkan mata, menahan diri. “Ini semua... karena kalian sendiri. Ibu yang naruh uang di aplikasi baca gak jelas itu. Sekarang Edward ditangkap polisi. Rumah kita disita.”

Keduanya berhenti. Sejenak suasana hening.

Darma berbalik. “APA?!”

Wati menjatuhkan panci yang sedang dibungkusnya. “Ditangkap?!”

Tiba-tiba suara televisi menyela.

“Breaking News: Penangkapan Edward Sanjaya—pengusaha sukses yang diduga terlibat dalam sejumlah kasus penipuan, kekerasan rumah tangga, dan pencucian uang. Polisi menyita sejumlah aset mewah, termasuk rumah, mobil, dan rekening perusahaan...”

Wajah Edward terpampang di layar.

Darma dan Wati saling pandang, seolah baru disambar petir.

Sherin berdiri di ambang ruang tamu, menatap mereka berdua.

“Selamat datang di kenyataan,” gumamnya dingin.

Wati menggebrak meja kecil di ruang tengah. “Seharusnya kamu gak milih pria kayak gitu, Sherin!”

Darma menunjuk ke arah televisi dengan wajah kesal. “Kamu tahu dia dulu ngejar-ngejar Laras! Bahkan sampai nikah paksa segala! Terus manfaatin kamu buat dapetin dia! Masa kamu gak bisa lihat itu pria gak bener?”

Sherin mendengus. “Lucu. Kemarin kalian dukung aku mati-matian buat deketin Edward. Katanya biar hidup kita naik kelas. Sekarang semuanya hancur, kalian malah nyalahin aku?”

Wati melipat tangan di dada. “Kami gak tahu bakal seburuk ini!”

Sherin tertawa miris. “Bahkan setelah nikah, dia pelitnya bukan main! Aku hamil, tapi dia gak pernah peduli. Rumah megah itu cuma pajangan. Sekarang pun disita!”

Darma mencibir. “Ya sekarang rasain sendiri! Mau sok jadi istri sah, hasilnya ya begini!”

Sherin mengepalkan tangan, matanya berkaca-kaca. “Aku gak buta. Aku cuma terlalu ingin dipercaya. Ingin dianggap penting. Sama dia... dan sama kalian.”

Suasana seketika senyap. Wati dan Darma tak menjawab.

Sherin menarik napas dalam, lalu memegang perutnya. “Aku cuma mau anakku gak tumbuh di lingkungan penuh kebohongan dan tekanan kayak gini. Kalau kalian gak mau terima aku, gak apa-apa.”

Ia menarik koper dan berjalan menuju pintu.

“Sherin... kamu mau ke mana?” tanya Darma, kini nadanya sedikit melunak.

Sherin menoleh, sorot matanya berbeda—lebih tenang, lebih kuat. “Entah. Tapi satu hal yang pasti... aku gak mau jadi cermin kalian.”

Pintu tertutup pelan. Tapi keheningan yang tertinggal—menggelegar.

***

Pagi itu terasa lebih cerah dari biasanya.

Langkah kaki Arka bergema mantap di koridor rumah singgah yang selama ini menjadi tempat perlindungan sementara bagi Laras. Di ruang tamu, aroma teh melati menguar dari cangkir-cangkir hangat yang disiapkan Ira. Laras duduk diam di kursi rotan, memeluk cangkirnya erat, seolah kehangatannya bisa menenangkan guncangan di dadanya.

Pintu terbuka. Arka berdiri di ambangnya dengan wajah tenang namun mengabarkan ketegasan.

“Sudah selesai,” katanya singkat.

Laras mendongak cepat, jantungnya mencelos. “Maksud Kak Arka...?”

“Edward ditangkap.” Arka menatap langsung ke matanya. “Bukti darimu, Ronald, ditambah data yang kami kumpulkan selama ini, cukup kuat untuk menyeretnya ke pengadilan militer dan sipil. Tak ada celah untuk lolos.”

Laras membeku. Cangkir di tangannya bergetar. Ia menarik napas dalam, tapi isaknya keburu pecah. Matanya memburam, dan ia menunduk, membiarkan air mata jatuh—bukan karena takut, tapi karena kelegaan yang lama tertahan.

"Jadi... sekarang aku sudah bebas?" tanyanya seolah tak percaya.

Ira segera menghampiri, merangkul bahu Laras lembut. “Sudah... kamu aman sekarang, Laras. Kamu selamat.”

Laras menutup wajahnya dengan tangan gemetar, mencoba mengatur napas di antara isak. “Terima kasih… kalian berdua... aku gak tahu bagaimana membalas semua ini.”

“Kami gak pernah menunggu balasan,” ujar Ira, suara lembutnya menenangkan. “Kita manusia… harus saling menguatkan. Apalagi untuk kejahatan sebesar itu—diam bukan pilihan.”

Arka mengangguk pelan. “Apa yang kami lakukan bukan hanya demi kamu, Laras. Tapi demi orang-orang lain yang tak pernah sempat bersuara. Edward... sudah terlalu lama jadi bayangan gelap bagi banyak orang.”

Laras menatap mereka, matanya masih sembab, tapi sorotnya kini lebih jernih. “Tapi kalau bukan karena kalian, aku mungkin sudah jadi budak Edward. Semua ini... takkan berjalan sejauh ini.”

“Sekarang kamu bisa mulai lagi,” Ira menepuk tangannya pelan. “Lepas semua yang dulu.”

Arka menatap Laras dalam diam, lalu menoleh ke Ira.

Ira menangkap isyarat itu, lalu bertanya dengan lembut, “Laras, apa rencanamu sekarang?”

...🍁💦🍁...

.

To be continued

1
Fadillah Ahmad
Gampang Jawabannya Desi, Tanya Saja Kepada Penulis Sekenaro Takdirnya Laras. Hedeh Kau ini...
Fadillah Ahmad
Lebih Kaya Mana Kak Keluarga Selendra dengan Keluarga Nugroho Kak Nana?
syisya
terima kasih thor, nanti mampir..
pantesan dicari sampe lubang semut gk ketemu ternyata ganti identitas🤔
Fadillah Ahmad
Ini Juga Kak Nana, Tanda Kutip Pembukanya Juga Nggk ada Kak. Mohon di Revisi lagi ya kak. Terimakasih. 🙏🙏🙏
𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒: Makasih,Kak. 🤗🙏🙏🙏
Fadillah Ahmad: Sama-Sama Kak, Tetap Semangat Kak,aku Selalu Menunggu Ide-ide Baru Dari Kakak,Semangat Kak... 🙏🙏🙏
total 4 replies
Fadillah Ahmad
Kak,ini Tanda Kutipnya nggk ada kak, mohon di Revisi Ya Kak. Terimakasih. 🙏🙏🙏
𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒: Siap, Kak. 🤗🙏🙏🙏
total 1 replies
abimasta
trimakasih thor
Siti Jumiati
sudah tamat kak... buat cerita Ayla bahagia dengan mantan nya,kenapa seritanya Ayla selalu menderita kasihan ayla kak, memang cinta tak harus memiliki tapi buat cerita Bayu dan Ayla bahagia dan orang tua Bayu sadar mau menerima Ayla karena kekuatan cinta Bayu untuk ayla terlalu kuat
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
karya luar biasa. wajib dibaca!
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸: sama-sama Kak. 😊😊😊👍👍👍
𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒: Terima kasih KK 🤗🤗🙏🙏🙏🙏🙏
total 2 replies
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
selesai disini berlanjut disana? oke
Siti Jumiati
Syailendra kalau kamu ingin hidup bahagia,turuti kemauan anakmu Bayu sebelumnya kami menyesal dikemudian hari, karena berdamai itu indah...
selidiki dulu siapa Laras sebenarnya jangan kamu membenci tanpa mengenalnya,Laras itu baik sudah rela berkorban demi anakmu waktu koma, seharusnya kamu membalas semua kebaikannya bukan malah membencinya
Siti Jumiati: typo sebelum Kamu menyesal dikemudian hari
total 1 replies
syisya
semoga suatu saat laras bertemu bayu pada saat sudah sukses & shailendra merestui
merry
ko aku merasa si monter itu bklnn cari laras buat bila dendam ya klo ngk klurga arka jdi incrnn dendam yaa si moster ituu,, kecuali Lars bergabung dgn nafi'a mmgkin ed gk bs ngehankau laras lgg ,,
abimasta
apakah bayu dan laras akan bersatu? semoga
mbok Darmi
udah lebih baik syailendra dibikin bangkrut juga aja sama arka pasti beres biar tau orang arogan sok kaya giliran dibikin miskin dan dikuliti kebusukan nya baru minta maaf
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
diamankan dari Edward, dibayangi ancaman Syailendra. hiduplah dengan bahagia laras.
mbok Darmi
akhirnya karma buat keluarga laras sudah diterima meskipun belum sepenuhnya aku ingin mereka ancur lebur tak bersisa biar selalu ingat kejahatan dan keserakahan yg telah mereka perbuat terhadap laras
abimasta
karma itu nyata darma menyesalpun tiada guna
Siti Jumiati
setelah semuanya terjadi dan kehilangan semua hartanya, mereka baru menyadari kesalahannya karena telah menyakiti, menyiksa dan menelantarkan Laras yg anak yatim.
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
walaupun itu pembalasan setimpal, tetap saja nyesek bacanya. 🥲😔😢
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
semoga kali ini Edward benar-benar tak bisa lepas dari jerat hukum lagi.
Sherin, darma & istrinya semoga dapat ganjaran setimpal.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!