Khumaira, sosok istri ideal, namun ia memiliki suami yang hatinya bukan untuknya. Khumaira dengan cinta di hatinya tak pernah menyerah untuk memenangkan hati sang suami, ia terus berjuang sampai pada akhirnya hati suaminya mulai meleleh dan memiliki perasaan padanya. Namun siapa sangka wanita yang sangat di cintai suaminya kembali hadir di hidup mereka, dan itu membuat hati Khumaira kembali tersakiti karena kedatangan wanita yang dulu di anggap telah tiada, ternyata dia masih hidup, dan kedatangannya itu membuat sikap suami Khumaira kembali berubah padanya.
"Akankah Khumaira mampu mempertahankan pernikahannya?, atau memilih untuk menyerah?"
Temukan semua itu hanya di noveltoon "SUAMIKU BUKAN UNTUKKU."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SA.J, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 09 Kulkas 12 pintu.
"Hallo. Kamu di mana?" tanya Arhand menelpon Aditya.
"Saya sedang menuju kantor, Tuan. Sebentar lagi saya akan sampai, " sahut Aditya di seberang telpon.
"Baiklah, cepatlah kemari," ujar Arhand lagi dingin.
"Baik, Tuan," sahut Aditya kembali, setelah itu telpon keduanya terputus.
Aditya mengemudikan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata menuju kantor, takut membuat Arhand kesal dan menjadi marah.
......................
"Uncle , Uncle, Uncle," panggil Rian iaga Azlan.
Azlan memilih ke arah keponakannya. "Iya, Rian, ada apa?" tanyanya.
"Coba liat dicana Uncle deh, itu Aunty Cantik bukan cih," ujarnya menunjuk ke rah depan mobil.
"Aunty Cantik?" gumam Azlan.
"Mana?" tanya Azlan pada Rian mengikuti hari telunjuk keponakannya.
"Cana di depan," tunjuk Rian menunjuk spion mobil di depan, di mana ada bayangan Maira.
"Maira," gumam Azlan melihat wajah Maira.
"Aunty Cantik kok keliatan cedih yah, Uncle," ujar Rian yang melihat raut wajah Maira yang sendu.
Azlan menatap wajah sendu Maira. "Kenapa wajahnya terlihat sedih seperti itu? Apa Tuan Blanco cemburu dan memarahi istrinya karena kehadiran tadi?" tanyanya pada dirinya sendiri.
"Aunty Cantikkk," teriak Rian mengeluarkan kepalanya dari jendela.
"Astaga, Rian. Ayo masuk, bahaya," ujar Azlan menarik masuk keponakannya tapi Rian masih tetap mengeluarkan kepalanya.
Merasa ada yang memanggilnya, Maira berbalik kebelakang. "Rian?" ujarnya melihat wajah Rian sembari melambaikan tangan mungil
"Aunty Cantik," teriak Rian lagi dengan keras sembari terus melambaikan tangannya.
Maira tersenyum dan membalas lambaian tangan Rian. Rian ingin membuka pintu mobil tapi Azlan mencegat karena lampu lalu lintas sudah hijau. Mobil Maira juga sudah melaju kembali.
"Uncle, ayo kejal Aunty Cantiknya," pinta Rian.
"Bukankah, Rian mau beli es krim?" tanya Azlan.
"Iya, tapi kita ajak Aunty Cantiknya. Cepatan Uncle kejal mobil Aunty Cantik," ujar Rian menunjuk mobil Maira.
Azlan hanya hanya bisa menuruti ke inginan keponankannya itu. "Iya, iya, sabar, Rian. Ini Uncle sedang mengejar."
Pinnnn.
Azlan mengerem mati mobilnya kala sebuah mobil menyeberang dengan tiba-tiba untung tak terjadi ke celakaan.
"Astaga, hampir saja. Hufh," ujar Azlan bernapas lega.
"Iya ... mobil Aunty Cantiknya sudah hilang," ujar Rian lesu.
Azlan mengusap rambut keponakannya. "Uncle minta maaf, karena tidak bisa mengejar mobil Aunty Cantik."
Rian manyung. "Uncle, kita pulang caja," ujarnya tak semangat.
"Gak mau makan es krim?"
Rian mengelengkan kepalanya. "Tidak mau."
"Benaran?" tanya Azlan lagi.
"Iya."
"Baiklah. sekarang kita pulang, tapi jangan cemberut seperti itu donk. Nanti kan masih bisa ketemu Aunty Cantik," ujar Azlan menghibur keponakan kesayangannya.
......................
Maira turun dari mobil, dan masuk kedalam rumah. Maira membuka pintu dan langsung di sambut dengan mertuanya. "Bagimana, Sayang?" tanya Nya. Asry.
"Apa yang bagaimana, Ma?" tanya Maira bingun.
"Yang itu, apa Kulkas dua belas itu maukan makan bekasnya?" tanya Nya. Arsy menyebut anaknya sebagai kulkas dua belas pintu.
"Mama, Mas Arhand itu suami, Maira. Bukan kulkas dua belas pintu," ujar Maira tidak ingin suaminya di sebut sebagai kulkas dua belas pintu, sekalipun itu mertuanya.
"Bukan bagimana? Tidak liat bagaimana sikap dinginnya itu. Sudah seperti kulkas dua belas pintu. Anak sama Papa sama saja sama-sama dingin seperti kulkas, yang satu kulkas dua belas pingu yang satunya lagi kulkas tiga belas pintu," gerutu Nya. Arsy tiba-tiba, entah ada apa dengannya.
Maira yang melihat hal itu hanya diam dan mendengar. Dia tak tau harus menanggapi apa, karena mertuanya seperti sedang kesal sendiri. Entah apa penyebabnya. Nyonya Arsy baru berhenti mengomongin anak dan suaminya, saat Tuan Blanco berdiri di belakangnya.
"Mam," ujar Tuan Blanco. Nya. Asry sontak berbalik mendengar suara datar suaminya.
"Hehehe ... Papa," ujar Nya. Asry terkekeh canggung.
"Dari pada Mama ngomel, mending buatin Papa kopi," ujar Tuan. Blanco
"Baiklah, Pa," ujar Nya. Arsy.
Tuan Blanco berlalu dari sana dan berjalan ke arah taman belakang dengan membawa sebuah laptop.
"Mam, Maira naik dulu ke kamar," ujar Maira pada mertuanya.
Nya. Arsy tersenyum. "Iya, Sayang. Mama juga mau buatin kopi, Papa kamu," ujarnya dengan hangat.
"Permisi, Mam," pamit Maira dan Nyonya Arsy mengangukkan kepalanya. Maira berjalan menaiki tangga kamarnya.
......................
"Hari ini kamu pulang cepat?" tanya Nyonya Besar Nadia Dirga, istri Tuan Maesa Dirga.
"Tidak Mam. Azlan hanya ngantar Rian pulang. Ini juga Azlan mau kembali ke kantor lagi," ujar Azlan.
"Iya sudah hati-hati yah."
"Iya, Mam. Azlan pergi dulu," pamit Azlan pada sang Mama.
"Iya. Hati-hati," ujar Nya. Nadia tersenyum.
"Iya. Mam," ujar Azlan lagi lalu masuk kedalam mobilnya.
"Azlan, tunggu," Panggil Tuan Maesa dalam rumah.
"Iya, Pa. Ada apa, Pa?" tanya Azlan tak jadi masuk ke dalam mobilnya.
"Tidak ada. Papa hanya ingin, nanti malam tolong kamu gantikan Papa menghadiri pesta Anniversary Tuan Smith, ya," ujar Tuan. Dirga.
"Bukannya, Papa dan Mama yang mau pergi?" tanya Azlan lagi.
"Iya, itu rencana Papa tadi. Tapi tidak jadi," ujar Tuan Dirga lagi.
"Memangnya kenapa, Pa?"
"Pinggang, Papa kamu encok, banyak gaya sok-sok ngebantu janda sebelah," ujar Nya. Nadia dengan ketus menatap suaminya tajam.
"Mam. Itu hanya- " ujar Tuan. Dirga ingin menjelaskan suaminya tapi sang istri lebih dulu masuk ke dalam.
"Papa, ngelakuin apa?, sampai Mama kesal seperti itu?" tanya Azlan pada sang Papa yang terlihat frustasi.
"Nanti, Papa cerita. Papa mau nyusulin Mama kamu dulu. Kamu hati-hati nyetirnya," ujar Tuan Dirga menyusul istrinya masuk ke dalam kamar.
Azlan hanya tersenyum tipis, sembari mengelengkan kepalanya melihat tingkah orang tuanya. Azlan kembali masuk kedalam mobilnya dan kembali ke kantornya.
...#continue ......
...Jangan Lupa Vote, like, favorite, and comen, ya Readers. ...
...See you the next Episode....
mudah"an mertua qesya dibukakan matanya biar bisa melihat kelakuan anaknya yang telah menyakiti qesya...
semoga qesya segera terbebas dari pesikopat Azlan.... semoga kamu bisa mendapatkan hukuman Azlan karena telah menyiksa qesya...
mudah"an mertua qesya dibukakan matanya biar bisa melihat kelakuan anaknya yang telah menyakiti qesya...
semoga qesya segera terbebas dari pesikopat Azlan.... semoga kamu bisa mendapatkan hukuman Azlan karena telah menyiksa qesya...
crazy up Thor
kepo nih sama qesya