NovelToon NovelToon
Aku Dijual Kakak Tiriku

Aku Dijual Kakak Tiriku

Status: tamat
Genre:CEO / Tamat
Popularitas:107.6k
Nilai: 5
Nama Author: Anjana

Alenata yang berstatus anak tiri, terpaksa dijual oleh kakak tirinya. Sedangkan kedua orang tuanya sudah meninggal, Alenata hanya tinggal bersama kakak tiri laki-laki dan ibu tiri.

Demi keuntungan, ibu tiri dan kakak tirinya rela menjual Alenata kepada lelaki kejam yang sudah beristri.

Akankah Alenata mendapatkan kebahagiaannya? atau hidupnya akan selalu menderita?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketakutan besar

Seketika, Devan langsung memutar kembali badan Alena hingga keduanya saling menatap satu sama lain.

"Kau! sekarang sudah menjadi milikku sepenuhnya, dan kamu tidak lagi bisa lepas dari genggaman ku. Sejengkal saja kamu ingin keluar dari tempat ini, jangan harap nyawamu akan aman." Ucap Devan dengan tatapan yang seperti hendak menerkam.

Alena yang ketakutan, sungguh tidak bisa berbuat apa-apa untuk memberontak.

"Aku mohon, jangan siksa aku. Juga, jangan kamu sentuh tubuhku ini. Aku mohon, aku mohon, Tuan." Rengek Alena sambil mengatupkan kedua tangannya penuh memohon.

Seringainya yang terlihat begitu beng_is, benar-benar membuat Alena semakin ketakutan. Lebih lagi jika kehormatan yang ia jaga harus hancur oleh lelaki yang sama sekali tidak disukainya.

"Arumi!" teriak Devan dengan sangat kencang, bahkan suaranya terdengar seperti hendak memecahkan gendang telinga.

Tergopoh gopoh, Arumi berjalan mendekati Tuannya.

"Ya Tuan, apa yang harus saya lakukan?"

Dengan dorongan yang cukup kuat, Alena terpental dan tubuhnya menghantam Arumi yang baru saja datang dan menghadap Tuannya.

"Suruh perempuan itu segera mandi, beri makan secukupnya. Setelah itu, antar ke kamar sebelah."

Alena melotot kebingungan saat mendengar perintah dari seorang Devan kepada asistennya.

"Tidak Tuan, tidak, jangan lakukan hal kotor kepadaku." Ucap Alena yang sudah tidak karuan ucapannya.

"Cepat! kau bawa perempuan itu ke kamarnya." Bentak Devan dengan memberi perintah kepada Arumi.

"Bab-baik, Tuan. Permisi." Jawab Arumi dan bergegas mengajak Alena untuk ikut dengannya.

"Mbak, saya mohon jangan serahkan saya kepada Tuan mu, saya benar benar takut dan juga tidak siap jika saya harus menjadi budak naf_sunya." Ucap Alena yang masih terus merengek, kali ini dirinya meminta pertolongan kepada asisten rumah.

Arumi yang mendengar rengekan Alena, tetap bersikap santai dan sama sekali tidak menanggapinya.

"Mbak, kenapa kamu diam? ayolah Mbak tolong saya. Apa Mbak gak kasihan melihat saya ini? tolong lah Mbak."

Alena terus saja masih merengek, bahkan ia seperti hendak menangis. Tidak disadari juga, bulir-bulir air matanya tengah jatuh ke pipi kanan dan kirinya.

"Nona tidak perlu khawatir, Tuan Devan bukan orang yang jahat. Juga, sosok Tuan Devan tidak seperti yang Nona pikirkan. Percaya dengan saya, Nona akan aman berada di tempat ini." Ucap Arumi yang tengah mengunci kamar.

Kemudian, ia menuju lemari pakaian yang sudah disiapkan.

Alena yang mendengar ucapan dari Arumi seolah hanya gurauan saja.

"Mbak bilang apa tadi? Tuan Devan orang baik? baik dari mananya? jelas-jelas sudah bersikap kasar terhadap saya, apa itu yang dinamakan orang baik oleh Mbak?"

Arumi justru tersenyum mendengarnya.

"Perkenalkan, nama saya Arumi. Saya asisten Tuan Devan, salam kenal dengan Nona." Ucap Arumi mengulurkan tangannya yang tengah memperkenalkan diri pada Alena.

"Saya Alena, kedua orang tua saya sudah meninggal. Saya dijual oleh saudara tiri dan ibu tiri saya karena kesalahpahaman, sungguh bia_dap mereka terhadap saya." Jawab Alena dan menerima uluran tangan dari Arumi.

"Masuklah ke kamar mandi, dan ini baju gantinya." Ucap Arumi sambil menyodorkan pakaian lengkap kepada Alena.

"Terima kasih," jawab Alena dan bergegas menuju kamar mandi.

Sedangkan Arumi sendiri tengah menunggunya. Tidak memakan waktu lama, Alena keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah rapi, hanya saja rambutnya yang masih berantakan.

"Biar saya saja yang menyisir rambutnya Nona,"

"Gak perlu, saya bisa melakukannya sendiri." Jawab Alena yang tidak mau merepotkan.

Arumi yang tidak mau memaksa, memilih mengalah dan membiarkan Alena menyisir rambutnya sendiri, juga menguncir sendiri.

Selesai itu, Arumi mengajak Alena untuk makan siang. Setelah makan siang di dapur dan ditemani oleh Arumi, kemudian menuju kamar yang sudah diminta oleh Devan.

"Ini kamarnya siapa ya Mbak?" tanya Alena yang dibuatnya penasaran.

"Mari Nona, silakan masuk." Ucap Arumi yang tidak merespon pertanyaan dari Alena, dan memilih untuk mempersilakan Alena masuk ke kamar.

Saat pintu sudah terbuka, Alena ikut masuk kedalam setelah Arumi yang masuk duluan.

DEG!

Benar-benar jantungnya terasa mau copot saat melihat sosok wanita paruh baya yang terlihat sangat memprihatinkan.

"Siapa perempuan tua itu, Mbak?" tanya Alena yang benar-benar penasaran.

"Nyonya Erlina, ibu dari Tuan Devan." Jawab Arumi dengan jujur.

Alena benar-benar tidak menyangka, jika seorang Devan tengah mempunyai ibu yang mengalami depresi.

"Tugas Nona yaitu untuk merawat Nyonya Erlina dengan baik, ini daftar kerja Nona selama berada disini." Ucap Arumi sambil memberi lembaran kertas, serta tanda tangan di atas materai.

Alena masih terdiam, pandangannya masih tertuju pada sosok perempuan paruh baya yang ada di atas tempat tidur yang terlihat memprihatinkan.

"Nona, mari ikut saya untuk menemui Tuan Devan. Setelah menandatangi surat perjanjian, Nona siap untuk merawat Nyonya Erlina, dan tugas saya hanya mengawasi Nona." Ucap Arumi.

"Apa saya bisa, Mbak?"

"Sudah saya katakan pada Nona, Tuan tidak jahat, juga tidak akan mungkin menghancurkan masa depan Nona. Tuan Devan memang pemarah, tapi semata hanya tidak ingin ada orang yang merendahkannya." Jawab Arumi memberi penjelasan.

"Semoga saja Mbak, saya masih takut." Ucap Alena yang masih sulit untuk mencernanya.

"Mari Nona, mari ikut saya untuk menemui Tuan Devan." Ajak Arumi kepada Alena untuk menghadap Devan, lelaki yang sudah membelinya dengan sangat mahal.

Sambil berjalan, Alena mengamati isi ruangan tersebut hingga tidak sadar sudah berada di depan pintu ruang privat milik Devan.

Dengan hati-hati, Arumi mengetuk pintunya. Takut, jika suara ketukan pintu akan mengganggu Tuannya.

1
Iffa Naila
alah gengsi sidevan 😂
Iffa Naila
gw yang baca gw juga yang sinis ya bacanya 😂
Ara Ramadhani
nyesek àkhir ceritanya
penyesalan selalu datang di akhir
waktu tidaak mungkin bisa terulang lagi
Dex Esy Ciimueet
akhir cerita menyedih kan,blom lama menghabis kan waktu bersama.
Yusria Mumba
saudara kurang ajar,
Herni Marianty
veritanya sangat bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!