Marya terpaksa harus menjadi istri di atas ranjang bos dari perusahaan tempatnya bekerja. Demi bisa mendapatkan pinjaman untuk membayar hutang Ayahnya di perjudian, yang telah menggadaikan rumah mereka.
Kanzo memperlakukannya dengan baik, sehingga Marya jatuh cinta. Namun Marya harus membuang jauh jauh perasaan itu, mengingat Kanzo memiliki istri lain yang dia cintai.
Apakah Kanzo juga jatuh cinta pada Marya. Mengingat Kanzo memiliki istri lain yang lebih pantas dari Marya. Dan apa alasan Kanzo menikahi Marya?.
"Ingat Marya! kamu tidak boleh jatuh cinta. Kamu hanya istrinya di atas ranjang. Dia tidak mencintaimu" Marya.
Bagaimana kisahnya, yuk ikuti ceritanya. Di jamin baper tingkat tinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha cute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Entah sampai kapan
Setelah lif yang mengantar mereka ke lantai bawah sampai. Kanzo langsung melangkahkan kakinya sembari menarik lengan Marya ke luar dari dalam lif. Memaksa Marya ikut pulang bersamanya.
"Aku pulang sendiri aja Pak." Marya berusaha menarik tangannya dari genggaman Kanzo. Namun itu percuma, Kanzo memegang erat tangannya.
Kanzo diam tidak mengindahkannya, dan malah semakin mempercepat langkahnya ke arah parkiran. Sehingga membuat langkah Marya setengah berlari.
"Pak" tegur Marya.
Kalau dia pulang bersama Kanzo, apa kata orang orang yang melihat nanti. Dan juga bagaimana dengan motornya?. Kalau di tinggal di perusahaan, besok dia naik apa berangkat kerjanya?.
Namun Kanzo masih menulikan telinganya. Sampai di parkiran mobilnya, Kanzo membuka pintu penumpang depan, lalu memaksa Marya untuk masuk.
"Masuk!" perintah Kanzo tak ingin di bantah.
"Ta- tapi Pak, mo-motor sa..."
"Gak ada tapi tapian, masuk!" tegas Kanzo menatap tajam wajah Marya yang berani membantahnya.
Berhasil membuat Marya menciut, tidak berani membantah lagi, Marya pun masuk ke dalam mobil milik Kanzo.
Kanzo menutup pintu di samping Marya, lalu berjalan memutari bagian depan mobilnya, menyusul Marya masuk, perlahan melajukan mobilnya keluar dari area perusahaan.
Sepanjang perjalanan, baik Marya maupun Kanzo, tidak ada yang berbicara. Jika Marya sibuk memandangi kaca di sampingnya. Kanzo sibuk memperhatikan jalan di depannya. Sampai kenderaan itu berhenti di depan sebuah angkringan pinggir jalan, Kanzo membuka pintu di sampingnya.
"Ayo turun"
Refleks Marya menoleh ke arah Kanzo, kemudian melihat ke arah luar mobil, ternyata mereka berada di depan angkringan. Marya yang paham langsung turun dan mengikuti langkah Kanzo masuk ke dalam tenda angkringan.
"Mau pesan apa Pak, Mbak?" tanya si Bapak pemilik angkringan ramah pada Kanzo dan Marya yang sudah duduk.
"Ayam goreng dua, air minelar dua, capcai satu porsi" jawab Kanzo, tanpa bertanya pada Marya ingin makan apa.
"Itu aja Pak? ada lagi?" tanya si Bapak itu lagi setelah mencatat pesanan Kanzo.
"Itu saja" jawab Kanzo.
Marya diam saja tanpa mengatakan apa pun. Dan kalau pun Marya ingin memakan sesuatu, Marya tidak akan berani mengatakannya, mengingat dia tidak punya uang.
Sambil menunggu, Kanzo memilih sibuk dengan handphonnya. Entah apa yang dia lalukan di benda pipih yang canggih itu?.
Sedangkan Marya dia hanya duduk termenung menatap ke arah jalan raya yang di penuhi kenderaan lalu lalang. Membayangnkan seperti apa nanti kehidupan yang di jalaninya setelah menikah dengan Kanzo, dan hubungan seperti apa?
Kanzo tidak mencintainya, menikahinya hanya untuk dijadikan istri di atas ranjang saja.
"Silahkan Pak, Mbak"
Suara si Bapak pemilik angkringan itu berhasil membuyarkan lamunan Marya. Begitu juga dengan Kanzo yang sibuk dengan ponselnya.
"Trimakasih" ucap Kanzo pada si Bapak yang meletakkan pesanan mereka di atas meja, lalu menyimpan ponselnya ke dalam saku celananya.
"Sama sama" balas si Bapak itu tersenyum ramah. Berdoa dalam hati, semoga pelanggan baru itu datang kembali ke angkringannya. Si Bapak pun langsung undur diri setelah meletakkan semua isi nampannnya di atas meja.
"Makanlah" ucap Kanzo sambil mencuci tangannya di mangkok yang di sediakan untuk mencuci tangan.
Marya diam tidak menjawab, ia pun mencuci tangannya dan langsung memakan makanan di depannya, melihat Kanzo sudah mulai memakan makanan di depannya juga.
"Makan yang banyak, tubuhmu sudah terlalu kurus karna kamu bekerja dari pagi hingga larut malam. Kamu itu kurang istirahat dan kurang makan" ujar Kanzo memindahkan sebagian Ayam dan nasinya ke piring Marya.
"Ini kebanyakan Pak, nanti gak habis" tolak Marya, tapi itu percuma, ayam dan nasi milik Kanzo sebagian sudah sampai di atas piringnya. Dan juga Marya sedang kurang sihat, dia lagi tidak berselera makan, bagaimana bisa ia menghabiskan makanan sebanyak itu.
"Makan saja." Kanzo mengangkat satu tangannya mengusap kepala Marya dari belakang.
Akhirnya Marya menurut memakan makanan di piringnya pelan pelan. Dan benar saja, bagiamana pun caranya, Marya tidak sanggup menghabiskan makanan di piringnya dan masih banyak sisa.
"Maaf Pak, aku gak bisa menghabiskannya" lirih Marya tanpa berani melihat Kanzo.
"Harus habis" Kanzo menahan senyumnya melihat Marya ketakutan melihatnya.
"Di bungkus aja ya Pak. Nanti di rumah aku makan lagi" Marya takut Kanzo memarahinya jika membuang buang makanan. Marya belum tau sifat asli calon suaminya itu.
"Ya sudah, di bungkus aja.". Tidak mungkin juga ia memaksa Marya menghabiskan makanan itu. Nanti bisa meletus perut calon istrinya, gimana?.
Marya pun memanggil si Bapak pemilik angkringan, memintanya untuk membungkus makanan yang tidak bisa di habiskannya. Lagian kalau di pikir, sayag juga jika di buang. Karna ayamnya hanya sedikit yang tersentuh, nasi dan sambalnya juga masih banyak.
Setelah makanannya selesai di bungkus, dan Kanzo membayar makanannya, mereka langsung meninggalkan tempat itu.
Sepanjang perjalanan, baik Kanzo ataupun Marya tidak ada yang berbicara, mereka sama sama sibuk dengan pemikiran masing masing, sampai mobil itu berhenti di depan sebuah gak sempit.
"Turunlah, mobil ini kurasa tidak bisa masuk ke dalam" ujar Kanzo, berhasil membuyarkan lamunan Marya yang terus memandang keluar kaca di sampingnya.
Marya menoleh ke arah Kanzo lalu menunduk." Trimakasih Pak" ucapnya lirih tanpa senyum.
"Hm! mulai besok kamu tidak perlu bekerja di loundry lagi."
Marya menghela napasnya pelan, tanpa mengatakan apapun, Marya membuka pintu di sampingnya dan langsung turun.
Setelah Marya menutup pintunya, Kanzo langsung melajukan kenderaannya. Menuju jalan pulang ke rumahnya dan sang istri.
Marya melangkahkan kakinya masuk ke gang sempit permikiman penduduk itu. Gang itu memang sangat sempit, tidak akan muat mobil kanzo mengantarnya ke dalam. Setelah berjalan kaki berkisar tiga menit, baru Marya membelokkan langkahnya ke sebuah rumah sederhana yang berada di antara rumah rumah warga lainnya.
Rumah itu adalah rumah dari hasil jerih payah Ibunya berjualan. Namun dengan teganya Ayahnya menggadaikan rumah itu di tempat perjudian.Marya pun masuk ke dalam rumah, setelah membuka pintu dengan kunci di tangannya.
"Marya! sudah pulang Nak?"
Ibu Hanyati yang mendengar pintu rumah itu di buka dari luar, berseru dari dalam kamar.
"Iya Bu!" balas Marya melangkahkan kakinya ke kamar sang Ibu." Ibu belum tidur?"tanyanya setelah menyibak horden pintu kamar itu.
"Belum, Ibu tidak akan bisa tidur kalau putri Ibu belum pulang ke rumah."
Marya mengulas senyumnya mendengar jawaban Ibunya. Ia pun mendudukkan tubuhnya di pinggir kasur.
"Ibu tidur aja, tidak perlu menunggu Marya. Kalau Marya gak pulang, palingan Marya tidur di kontrakan Widuri. Dan Marya juga pasti kasih kabar ke Ibu" ujar Marya lembut.
*Bersambung
part widuri dan haris..
saya gk mao tau author hsr tanggung jawab