SEKUEL DARI : Penyesalan Suami : Dikhianati Karena Tak Kunjung Hamil.
Zahira dan Shaka berteman sejak kecil bahkan orang tua mereka berencana menjodohkan keduanya. Namun, ternyata Shaka telah melabuhkan hatinya kepada wanita lain. Melihat kenyataan itu, hati Zahira hancur berkeping-keping karena tanpa diketahui oleh siapa pun rupanya dia mencintai Shaka sejak masih duduk di bangku SMP.
Lantas, apa yang membuat Zahira bersedia menjadi pengantin pengganti untuk Shaka? Lalu, bagaimana lika liku kehidupan rumah tangga mereka? Akankah berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Serpihan Hati
Acara makan malam bersama telah usai, tampak pendar bahagia terpancar jelas di wajah semua orang tanpa terkecuali. Begitu pun dengan Zahira. Meskipun sempat merasa gugup, tetapi jauh di lubuk hati yang terdalam, dia sangat menikmati waktu kebersamaan mereka. Rasa rindu yang bersemayam selama enam tahun lamanya akhirnya dapat terobati.
"Ka, ajak Zahira duduk di taman. Pasti banyak kisah yang ingin kalian ceritakan selama tidak bertemu, 'kan? Nah, selagi masih ada waktu bisa kalian manfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin," kata Rini.
Bibir Zahira telah terbuka sempurna, bersiap menjawab perkataan Rini. Namun, suara seorang pria sudah lebih dulu menggema.
"Baik, Ma. Aku akan mengajak Zahira ke taman." Lantas, Shaka bangkit dari kursi kemudian menoleh ke arah Zahira. "Ayo, kita pergi sekarang!"
Zahira menatap iris coklat milik sang ayah. Dari sorot mata itu seakan ingin meminta pendapat Rayyan, boleh atau tidak dia pergi berduaan dengan Shaka.
Sorot mata itu tertangkap oleh ekor mata Rayyan. Walaupun suasana temaram, tetapi ayah empat orang anak dapat melihat jelas bola mata jernih nan indah milik putri tercinta. Tersenyum dengan lembut kemudian menganggukan kepala sebagai tanda bahwa dia mengizinkan Zahira pergi bersama Shaka.
Menarik napas dalam, lalu mengembuskan secara perlahan. Debaran halus kembali Zahira rasakan saat dia berjalan bersisian dengan sang pangeran pujaan hati.
Duduk berdampingan, terdiam selama beberapa detik tanpa saling mengucap apa pun. Keduanya bernapas dengan berat. Zahira berkali-kali meremas bagian tepi kursi taman guna mengurai rasa gugup dalam diri.
"Kenapa tidak pernah membalas pesan yang kukirim lewat akun sosial mediamu, Ra? Apakah kamu memang sangat sibuk hingga tak memiliki waktu sedikit pun untuk membalas pesanku?" ucap Shaka memecah keheningan. Kalimat itu itulah yang terlintas pertama kali di benak saat dia duduk bersama dengan teman masa kecilnya.
Itu semua aku lakukan demi kebaikan kita bersama, Ka. Aku tidak mau selamanya terjebak dalam kenangan masa lalu. Aku ingin melupakan semua tentangmu, tetapi ternyata aku tak bisa. Bayanganmu selalu hadir, mengganggu setiap malam dan tidurku.
Ingin sekali Zahira mengucapkan kalimat tersebut di hadapan Shaka. Namun, dia tak mempunyai keberanian untuk mengungkapkan alasannya kenapa seakan dirinya sengaja memutus hubungan persahabatan yang telah dibina selama dua puluh tahun.
"Ra? Kenapa diam saja? Kamu sakit?" kata Shaka dengan cemas. Pria itu merubah posisi duduk, menghadap Zahira. Tanpa diduga, pria itu menyentuh wajah dokter cantik dan memeriksanya dengan sangat serius.
Tubuh Zahira sedikit menegang karena kontak fisik itu. Sang dokter cantik berdebar hingga tubuhnya terasa lemas. Embusan napas hangat, dia rasakan. Aroma parfum citrus menguar menggelitik indera penciuman.
Sumpah demi apa pun, ingin sekali Zahira menghilang detik itu juga dari hadapan Shaka. Dia sudah tidak sanggup bila harus terlalu lama berdekatan dengan pria yang telah merebut hatinya sejak mereka masih remaja.
Sekelebat kejadian enam tahun lalu kembali hadir, menari indah di pelupuk mata. Zahira memalingkan wajah ke sembarang tempat mencoba menghindari pemilik sorot mata teduh yang selalu hadir di setiap mimpi indahnya.
"Jangan mengkhawatirkan keadaanku. Aku ... baik-baik saja," jawab Zahira seraya beringsut ke samping, memberi jarak dua jengkal dari posisinya saat ini.
Terdiam sejenak, kening Shaka mengerut. Berpikir keras, kenapa sikap Zahira tiba-tiba saja berubah. Kalau dulu Zahira selalu betah berada di dekatnya, tetapi kini gadis itu terkesan menjaga jarak. Sungguh, dia tidak mengerti di mana letak kesalahannya hingga dokter cantik itu menjauh darinya.
Menarik napas, menahannya beberapa saat, lalu Shaka berkata, "Syukurlah kalau kamu baik-baik saja, Ra. Aku cuma khawatir kalau kamu sakit."
Sang pengacara kembali merubah posisi duduk, kemudian menatap lurus ke depan. "Kamu tahu, Ra, selama enam tahun aku menunggu kabar darimu. Ribuan pesan kukirim ke email dan akun sosial media berharap kamu akan membalas namun ternyata tak ada satu pun balasan darimu. Kadang aku berpikir, apakah diriku sudah tak berarti lagi dalam hidupmu hingga kamu melupakan aku dan persahabatan yang kita bina sejak masih usai empat tahun."
"Kamu pergi ke Jepang untuk melanjutkan kuliah, tapi tidak memberitahuku padahal malam hari sebelum kepergianmu ke negeri Sakura, kita sempat bertemu dan bertegur sapa. Malah aku harus mendengar berita itu dari Mama dan Papa," keluh Shaka. Dari nada suara sang pengacara muda, ada perasaan kecewa sebab dia merasa hampa atas kepergian Zahira yang secara tiba-tiba.
Zahira terdiam dan tercekat. Dia memang sengaja melakukan itu semua sebab hatinya begitu sakit ketika membayangkan saat Shaka dengan lantang mengungkapkan perasaan di hadapan semua orang sesaat setelah pengumuman kelulusan. Harapan untuk menjalin kasih dan membawa hubungan persahabatan menuju jenjang lebih serius lagi sirna begitu saja.
Lalu, apakah dia harus bertemu dengan Shaka di saat hatinya sedang terluka dan berpura-pura bahagia di depan pria itu? Tidak! Zahira tidak mau itu semua terjadi. Oleh karena itu, dia memutuskan pergi tanpa mengucapkan kata perpisahan.
"Maafkan aku, Ka. Tapi, aku melakukan itu semua karena ada sebabnya," lirih Zahira menundukan kepala.
"Lalu, di saat kamu sudah kembali, kamu pun tidak ada keinginan untuk menghubungiku sama sekali. Kalau Mama tidak mengajakku makan malam di restoran ini, mungkin selamanya kita tidak akan bertemu lagi."
"Aku terlalu lelah untuk memberitahu siapa pun perihal kedatanganku ke Indonesia, Ka. Maaf." Lagi dan lagi hanya permintaan maaf terucap di bibir Zahira.
Tersenyum tipis mendengar jawaban Zahira. Sekian lama menunggu moment langka tersebut, Shaka hanya mendengar permintaan maaf tanpa pernah tahu alasan kenapa sahabatnya pergi begitu saja.
Menoleh ke samping, menatap lekat iris coklat si pemilik wajah campuran Asia Belanda. Entah kenapa, Shaka merasa Zahira tengah menyembunyikan sesuatu darinya. Namun, gadis itu tidak mau berkata jujur dan menceritakan yang sesungguhnya.
"Dua minggu lagi aku akan menikah dengan Ziva. Aku harap, kamu hadir dan memberikan do'a restu untuk kami."
Ucapan itu membuat tubuh Zahira lemas seketika. Jantung berhenti berdetak. Dunia terasa berhenti berputar. Sudah tahu bahwa Shaka akan menikah tapi kenapa pria itu harus mengatakan hal itu di hadapannya.
Keduanya saling beradu pandang. Shaka memperhatikan bagaimana ekspresi sahabatnya berubah drastis. Batin semakin merasa tidak nyaman. Mulai bertanya-tanya, apakah dia telah melakukan kesalahan fatal kepada Zahira?
"Kamu sudah menerima surat undangan yang kutitipkan kepada Shakeela, 'kan?"
Kaki semakin terasa lemas dan Zahira semakin erat mencengkeram tepian kursi taman hingga memperlihatkan buku-buku kuku. Mencoba menahan diri agar air matanya tak tumpah membasahi pipi.
Zahira hanya mengangguk lemah. Dia membeku dan segera memalingkan wajah ke samping kiri. Kemudian dia berkata dengan suara serak. "Aku pasti hadir dalam acara pernikahanmu, Ka. Selamat untuk kalian berdua."
Sudut bibir Shaka terangkat. Dia tersenyum dengan hangat dan menjawab, "Terima kasih. Kuharap, kamu pun segera menyusul agar kelak anak-anakku tidak kesepian sebab mempunyai teman bermain sama seperti kita dulu."
Menyusul? Bagaimana mungkin aku bisa menyusulmu, Shaka, sedangkan lelaki yang ingin kujadikan pelabuhan terakhir akan bersanding dengan wanita lain. Aku sendiri sangsi, apakah akan ada cinta yang lain hadir dalam hidupku sementara diriku sudah memberikan seluruh cintaku kepadamu.
.
.
.
Halo semua, selagi nunggu karya ini update, yuk mampir dulu ke karya milik temen otor.
ini Shaka masih labil bikin emosi
laki2 lain "HANYA" menyatakan cinta sama Zahira udah ngamuk.
lah dia sendiri MEMPERBOLEHKAN MANTAN UNTUK MEMELUKNYA
laki2 kyk gini pantas di tinggalin, udah plin plan egois sendiri.
syg nya gak terjadi karena udah baca ini sampai habis dulu JD dah tau.
tapi tetap aja aku pingin mereka cerai dulu.
capek aku lihat Zahira gak tegas, Shaka plin plan.
karena ketahuan selingkuh aja makannya kau mau pertahankan Zahira.
prett
Lagian ziva kok ya makin murahan setelah kena kasus penipuan model internasional
Gimana mau memikat shaka, yg ada makin jijik klo shaka tau 😝