Carmen melakukan hal paling nekat dalam hidupnya, yakni melamar Zaky. Tak disangka Zaky menerima lamarannya. Selain karena tak tega membuat Carmen malu, Zaky juga punya tujuan lain yakni mendekati Dewi kakak ipar Carmen.
Pernikahan terpaksa pun dijalankan oleh Zaky namun Carmen merubah sikap manjanya dan membuktikan kalau ia layak dicintai. Bagaimana Carmen berjuang mempertahankan cintanya sementara ada lelaki baik yang menunggu jandanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belajar Memasak
Carmen
Hari ini cuaca begitu terik. Panas matahari dan jalanan yang macet membuatku menelan saliva saat melihat tukang es cendol. Rasanya pasti segar saat minuman tersebut masuk ke dalam tenggorokanku.
Sayangnya, aku lebih memilih terus menahan rasa hausku dan mengemudikan mobil ke rumah Mommy. Aku sudah menyiapkan buku catatan untuk mencatat resep yang akan Mommy ajarkan.
Akhirnya aku sampai ke rumah Mommy setelah berjibaku dengan kemacetan Jakarta yang maha dahsyat. Mau pagi, siang, sore ataupun jam pulang kantor selalu saja macet. Hanya jam 2 pagi mungkin jalanan kosong!
Abi menyambut kedatanganku dengan rasa kangennya yang menggebu. Baru beberapa hari saja tidak bertemu Abi langsung memelukku dengan erat. Memeriksa setiap inci tubuhku dan memastikan aku baik-baik saja selama tidak tinggal dengannya.
"Mommy mana, Bi?" tanyaku tanpa basa basi.
"Loh kok malah Mommy sih yang kamu tanya?! Abi enggak?! Abi tuh kangen banget sama kamu!" omel Abi.
"Aku 'kan sudah ketemu Abi. Aku ada yang mau dibicarakan nih sama Mommy. Masalah perempuan!"
"Masalah perempuan apa? Apa yang suami kamu lakukan? Dia menyakiti kamu? Atau dia selingkuh? Bilang sama Abi, biar Abi yang kasih pelajaran!" Abi sudah naik darah saja, padahal aku tidak cerita apa-apa.
"Bukan. Mas Zaky baik kok sama aku! Abi tenang saja! Aku cari sendiri aja deh biar cepet!" aku masuk ke dalam dapur dan tak kutemukan Mommy, pasti di rumah sebelah sedang mengurus bisnisnya.
Benar dugaanku, Mommy sedang membuat stok risol bersama para karyawannya. Melihat kedatanganku, Mommy tersenyum senang. "Pengantin baru datang! Kirain sudah lupa sama rumah!" ledek Mommy.
Aku memeluk Mommy dan salim. "Enggak dong! Mommy dan Abi tetap nomor satu. My, aku mau bicara. Tapi jangan di sini ya!"
"Boleh. Di kamar kamu aja ya!"
"Oke!"
Aku dan Mommy naik ke kamarku di lantai atas. Aku menceritakan tentang kondisi rumah tanggaku pada Mommy, kecuali tentang masalah pisah kamar. Aku takut Mommy emosi dan malah melapor sama Abi.
"Kamu enggak pernah nyiapin sarapan buat Zaky?" Mommy sangat terkejut mendengar ceritaku.
"Aku kesiangan terus, My!"
"Ya Allah, Carmen!" Mommy menutup wajahnya dengan kedua tangannya. "Semua ini salah Mommy karena terlalu memanjakan kamu! Baiklah, Mommy akan memperbaiki kesalahan Mommy. Kita mulai satu persatu. Ayo ke kamar Mommy!"
Aku mengikuti Mommy, di kamar Mommy mengajarkan cara menyiapkan pakaian untuk suami. Mulai dari pakaian sehari-hari sampai pakaian kerja.
"Kamu harus menyesuaikan antara dasi dan kemeja. Lalu pakaian kerja harus rapi dan licin. Jangan kusut!"
Kami lalu pergi ke dapur. "Untuk sarapan pagi, cara termudah adalah pakai bumbu nasi goreng siap saji. Coba kamu buat dulu!"
Aku mengikuti apa yang Mommy perintahkan. Membuat nasi goreng dengan bumbu siap saji. Ternyata mudah dan rasanya lumayan enak.
"Besok kita belajar bikin pakai bumbu yang benar. Tunggu, kamu bukannya enggak bisa masak nasi ya?"
Aku tersenyum malu, "Iya, enggak bisa My!"
"Ya Allah, Carmen! Ini beneran salah Mommy! Ayo kita belajar masak nasi!"
Aku pun menghabiskan waktu belajar bersama Mommy. Hal-hal penting aku catat. Aku harus berubah menjadi istri yang baik. Aku akan buktikan sama Mas Zaky kalau aku memang istri yang terbaik untuknya.
Malamnya aku tertidur lelap. Aku sudah mengabari Mas Zaky kalau aku menginap di rumah Mommy. Lama menunggu balasan Mas Zaky aku pun tertidur pulas.
Keesokan harinya Mommy mengajariku berbagai bumbu dapur untuk memasak. Cara menumis, membuat sayur sop dan membuat sambal balado. Semua aku pelajari dengan serius agar saat Mas Zaky pulang aku bisa mempraktekkan semua ilmu yang aku dapat.
Aku pergi ke salon dan membawa nasi goreng buatanku lalu memberikannya pada Bahri. "Coba deh!"
"Apaan nih?" tanya Bahri.
"Nasi goreng buatanku! Kamu coba dong!" pintaku.
"Sekarang?"
"Enggak! Nanti saat nasi ini udah jamuran baru kamu makan!" jawabku dengan sebal.
"Ih begitu aja ngambek. Iya aku makan. Bismillah... Semoga aku selamat, sehat dan baik-baik saja!"
Aku memukul bahu Bahri yang jahil meledekku. "Rese ih! Udah cepetan makan! Terus kasih penilaian!"
"Iya... Iya. Ini mau makan!" Bahri menyendokkan nasi goreng ke mulutnya dan memakan nasi goreng buatanku. "Hmm..."
"Gimana?" tanyaku penasaran.
"Mau jujur atau bohong nih?"
"Kalau jujur terlalu menyakitkan enggak sih? Kalau menyakitkan kayaknya enakkan dibohongin deh."
"Tapi setelah tau dibohongin akan lebih menyakitkan lagi tau. Kalau jujur setidaknya kamu bisa introspeksi diri. Belajar lebih baik lagi." nasehat Bahri.
"Iya deh. Jawab jujur aja! Aku siap mendengarnya."
"Oke. Rasa nasi goreng ini... Biasa aja. Enakkan buatan Ratna adikku. Kalau sama buatan Kak Dewi mah jauh. Tapi karena kamu yang buat aku kasih nilai 7. Aku menghargai usaha kamu. Kamu harus latihan lagi agar semakin jago masaknya. Ingat, enggak ada orang yang baru belajar langsung jago kecuali dia super cerdas. Jadi kamu harus terus latihan lagi, oke?" meskipun aku tak suka dibilang rasanya biasa saja namun aku menerima pendapat Bahri.
"Makasih ya kamu udah kasih aku motivasi untuk belajar lebih lagi. Nanti pulang kerja aku buat lagi deh! Aku akan buatin nasi goreng paling enak buat Mas Zaky!" kataku penuh semangat.
"Nah gitu dong! Semangat! Enggak ada yang sia-sia kalau belajar!" aku tersenyum penuh terima kasih pada Bahri. Dia memang sahabatku yang baik.
****
Aku melihat layar Hp-ku. Beberapa kali aku mengirimkan pesan namun Mas Zaky hanya membalasnya sekali saja. Perhatian yang kuberikan seperti menanyakan sudah makan atau belum, jangan tidur terlalu malam dan jangan lupa sholat hanya dibalas dengan satu kata. Oke.
Aku sedih sebenarnya. Saat kami belum menikah dulu, kami bahkan sering telepon-teleponan dan bercanda sambil tertawa lepas tanpa mengingat waktu. Kenapa sekarang setelah menikah aku merasa Mas Zaky semakin jauh saja dariku.
Impian indah saat menikahi kekasih hati seakan hanya mimpi yang hanya bunga tidur saja. Kami malah jarang berkomunikasi. Mas Zaky sibuk sendiri dengan pekerjaannya dan meninggalkan aku sendirian di rumah sebesar ini. Huft....
Aku putuskan kembali berlatih. Aku memasak nasi lalu membuat nasi goreng seperti ajaran Mommy. Aku mau membuatnya dengan bumbu racikanku sendiri bukan dengan bumbu siap saji.
Beberapa kali rasa nasi goreng yang kubuat tidak enak. Ada yang gosong dan keasinan. Aku tak menyerah. Aku terus belajar sampai aku bisa membuat nasi goreng yang enak dan membuat Bahri memuji hasil masakanku.
"Enak! Setara deh dengan masakan Ratna. Hebat kamu!" puji Bahri dengan jujur.
"Beneran? Wah... aku lumayan berhasil dong?! Aku akan rajin belajar lagi agar bisa lebih jago dari Kak Dewi dan Mommy!"
Bahri tersenyum padaku. "Pasti! Kamu pintar, pasti bisa lebih hebat! Tetap semangat!"
****
duda kesepian gagal move on smoga bisa rujuk yaa😃😃
terima kasih ya kak, Saya suka ❤️❤️❤️❤️
udah duluan baca kisahnya Djiwa 😍😍😍😍
50 ribuan satu orang 😂🤣