Cerita ini tidak melibatkan sejarah manapun karena ini hanya cerita fiktif belaka.
Di sebuah kerajaan Tiongkok kuno yang megah namun diliputi tirani, hidup seorang gadis berusia enam belas tahun bernama Hua Mulan, putri dari Jenderal Besar Hua Ren, pangeran ketiga yang memilih pedang daripada mahkota. Mulan tumbuh dengan darah campuran bangsawan dan suku nomaden, membuatnya cerdas, kuat, sekaligus liar.
Saat sang kaisar pamannya sendiri menindas rakyat dan berusaha menghancurkan pengaruh ayahnya, Mulan tak lagi bisa diam. Ia memutuskan melawan kekuasaan kejam itu dengan membentuk pasukan rahasia peninggalan ayahnya. Bersama para sahabat barunya — Zhuge sang ahli strategi, Zhao sang pendekar pedang, Luan sang tabib, dan Ling sang pencuri licik — Mulan menyalakan api pemberontakan.
Namun takdir membawanya bertemu Kaisar Han Xin dari negeri tetangga, yang awalnya adalah musuhnya. Bersama, mereka melawan tirani dan menemukan cinta di tengah peperangan.
Dari seorang gadis terbuang menja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 — “Langit yang Retak”.
Langit di atas lembah Niu Ling kembali bergemuruh. Salju yang baru saja turun mendadak mencair, berubah menjadi hujan darah yang perlahan membasahi bumi beku. Di udara tercium bau besi dan belerang, pertanda kekuatan kuno mulai bangkit lagi.
Han Xin berdiri di mulut gua, matanya menatap ke arah utara. Cahaya biru yang tadi malam hanya samar kini terlihat jelas muncul dari puncak gunung tertinggi, tempat kuil naga kuno terkubur ribuan tahun.
“Mereka memanggil sesuatu,” gumamnya.
Mulan berdiri di belakangnya, mengenakan jubah perang tipis, rambut hitamnya berantakan tertiup angin. Di matanya, cahaya merah, perak, dan semburat emas berputar pelan, seperti pusaran api kecil yang menahan kekuatan besar.
“Aku bisa merasakannya… darah naga di tubuhku bergetar.”
Han Xin menoleh. “Apa yang kau rasakan?”
“Dunia… seperti sedang bernapas. Tapi napas itu bukan milik manusia,” jawabnya lirih. “Seakan sesuatu di bawah tanah mencoba keluar.”
Tiba-tiba, bumi bergetar hebat. Dinding gua retak, batu-batu berjatuhan. Dari kejauhan terdengar teriakan prajurit Han yang berjaga.
“Jenderal! Tanah terbuka! Ada sesuatu keluar dari lembah!”
Han Xin dan Mulan berlari keluar.
Pemandangan di depan mereka membuat dada Han Xin sesak — dari tanah yang beku, muncul pilar-pilar batu hitam yang memancarkan cahaya biru. Setiap pilar memiliki ukiran naga yang seolah hidup, matanya menyala, mulutnya mengeluarkan kabut dingin.
Luan berlari mendekat, wajahnya pucat. “Itu bukan sihir manusia. Itu segel para Dewa!”
Han Xin menatap Mulan. “Sepertinya Raja Batu tidak berbohong.”
Di sisi lain gunung utara, Raja Batu menatap ke langit yang retak, di sampingnya berdiri sosok berjubah hitam dengan tongkat naga.
“Segel pertama telah terbuka,” katanya pelan. “Dua lagi, dan dunia para Dewa akan menyatu dengan dunia manusia.”
Sosok berjubah hitam mengangguk. “Tapi wadahnya belum stabil. Naga merah dan naga perak masih melawan takdir mereka.”
Raja Batu tersenyum. “Maka kita buat mereka saling melawan. Dua naga yang saling mencintai akan lebih mudah dihancurkan daripada dua musuh yang saling membenci.”
Di lembah.
Langit berubah warna menjadi ungu gelap, dan petir keemasan menyambar di antara awan. Han Xin berdiri di tengah pasukan, memegang pedang Tianlong yang kini bersinar perak.
“Kita mundur ke sisi selatan lembah!” perintahnya. “Jangan biarkan siapa pun terjebak di pusat badai!”
Namun Mulan berdiri diam, menatap pilar-pilar batu hitam yang terus menyala. Di telinganya terdengar bisikan suara lembut namun mematikan.
“Pewaris darah naga… lepaskan segelmu… bebaskan kami…”
Tangannya bergetar. Api merah muncul di telapak tangannya tanpa kendali.
“Mulan!” Han Xin berlari ke arahnya. “Kendalikan dirimu!”
Mulan menatapnya dengan mata yang kini bersinar emas. “Aku tidak bisa… mereka memanggilku!”
Ledakan besar mengguncang tanah. Pilar-pilar batu runtuh satu per satu, dan dari celah bumi, muncul sosok raksasa berbentuk naga tanpa kepala, tubuhnya terbuat dari kabut dan tulang. Suara raungannya mengguncang langit.
“Dewa Penjaga Pertama…” bisik Luan ngeri. “Yang tertidur di bawah Niu Ling!”
Han Xin menghunus pedangnya. “Kalau dia dewa, maka hari ini aku akan melawan dewa!”
Pedang Tianlong berkilat, dan dalam sekejap ia melesat ke udara, menebas bayangan naga itu. Petir menyambar pedangnya, menciptakan cahaya perak yang memecah awan.
Namun bayangan naga itu hanya tertawa. Dari tubuhnya keluar ribuan serpihan cahaya biru yang menyerang seluruh lembah. Prajurit Han berteriak satu per satu tumbang.
Mulan melangkah ke depan, tubuhnya dikelilingi aura merah dan emas.
“Berhenti!” teriaknya.
Cahaya di sekelilingnya meledak dua naga cahaya, merah dan perak, keluar dari tubuhnya dan Han Xin, berputar di langit, menghalangi serangan biru.
Seluruh lembah terang benderang.
Di langit, dua naga melilit satu sama lain lagi, tapi kali ini mereka tidak bertarung. Mereka bersatu, membentuk lingkaran cahaya yang melindungi manusia di bawahnya.
Han Xin menatap Mulan. “Kau bisa mengendalikannya?”
Mulan tersenyum samar. “Tidak. Tapi mereka mempercayai kita.”
Namun sebelum keduanya sempat bernafas lega, suara tawa menggema dari langit. Tawa yang dalam dan bergema di seluruh lembah.
“Manusia… kalian pikir kalian bisa mengendalikan naga? Kalian bahkan tak bisa mengendalikan takdir sendiri.”
Langit terbuka dari awan hitam muncul sosok besar bersayap, wajahnya setengah manusia setengah naga, matanya menyala biru. Raja Batu melayang di antara badai. Tubuhnya kini bukan manusia lagi; dari dadanya tumbuh sisik biru dan sayap perak membentang.
Han Xin menatap tajam. “Jadi itu wujud aslimu.”
Raja Batu tersenyum sinis. “Aku bukan manusia, bukan pula naga. Aku adalah bagian dari mereka yang menciptakan naga para Dewa yang diusir dari langit.”
Mulan melangkah maju. “Dan sekarang kau ingin menghancurkan dunia untuk balas dendam?”
Raja Batu mengangkat tangannya. “Bukan menghancurkan. Mengembalikan. Dunia ini terlalu lama dikuasai manusia lemah seperti kalian. Sudah waktunya darah ilahi berkuasa lagi.”
Han Xin menyiapkan pedangnya. “Kalau begitu, mulai hari ini, kau akan jatuh di tangan manusia.”
Raja Batu tertawa keras. “Kau berani menantang Dewa?”
Han Xin tersenyum. “Tidak. Aku menantang monster yang lupa asalnya.”
Petir menyambar. Naga merah dan perak melesat ke udara, menyatu di atas Han Xin dan Mulan. Aura mereka meledak, menciptakan cahaya putih yang menembus langit.
Raja Batu membalas dengan mengibaskan sayapnya, menurunkan badai biru yang menelan seluruh lembah.
Pertempuran naga dan dewa pun dimulai.
Langit retak, gunung runtuh, dan di tengah kehancuran itu dua manusia berdiri melawan takdir.
Han Xin menggenggam tangan Mulan. “Apapun yang terjadi, jangan lepaskan aku.”
Mulan tersenyum dengan mata yang kini menyala emas penuh. “Kau bahkan tak akan sempat melepaskanku.”
Cahaya mereka menyatu dua naga berubah menjadi satu, bersinar keemasan, menabrak badai biru Raja Batu.
Suara dentuman terakhir mengguncang seluruh daratan, dan cahaya putih melahap semuanya. Langit terbelah
Bersambung