Lebih dari 5 tahun menjalin kasih, Ugara terpaksa menikahi sepupu dari kekasih nya.
Meski sudah menerima permintaan kekasih nya namun Ugara ditinggalkan wanita yang dinikahi nya, Vania membuat pernikahan palsu dengan lelaki yang amat adik sepupu nya cintai, hanya demi membalaskan sakit hati nya.
Namun yang tak mereka kira akan identitas Ugara, hingga pada kenyataan nya, Vania istri yang dikira istri Ugara ternyata adalah istri dari calon suami mantan kekasih nya Vanila.
Bagaimana Ugara dapat menangani wanita seperti Vania?....
Apakah cinta dimasa depan dengan wanita baru atau kah dengan kisah lama yang akan berlanjut?
Yuk ikuti kisah Ugara dan lika-liku kehidupan nya mendapatkan kebahagiaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RayY_n, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31
Ugara sangat menikmati waktu nya bersama istri cantik nya.
"Aku pesan dessert, coba lah",ucap Ugara.
"Aku sudah kenyang",ucap Vanila.
"Ayo",Ugara menarik dessert milik Vanila lalu menyuapkan nya kepada pemilik nya.
Ugara tahu jika Vanila sangat menyukai aneka dessert.
"Bagaimana?",tanya Ugara.
"Enak",jawab Vanila dan terus saja setelah nya menerima suapan dari suami nya.
Namun tak berapa lama kesenangan nya itu berakhir dengan seseorang yang memandang kearah mereka siapa lagi jika bukan Kamil, apa lagi istri nya membela lelaki tukang selingkuh itu.
Amarah Ugara seakan meledak, dia akan bangkit untuk memukul lelaki yang pernah ada di pikiran istri nya, namun istri nya mencegah dan tak ingin ada keributan.
"Kita pulang",kata Vanila.
"Tidak, kita akan lihat bagaimana kakak mu itu akan bermain drama dengan suami dan mertua nya",ucap Ugara.
Dan benar saja mereka kini duduk di seberang kursi yang Ugara duduki.
"Permisi, apa kau suami Vanila?",tanya seorang paruh baya yang tak lain adalah mama Mara ibu nya Kamil.
"Benar tante, Adrian",ucap Ugara lalu segera berjabat tangan dengan ibu dari mantan calon suami istri nya.
"Saya Mara mama nya Kamil",ucap mama Mara.
Ugara kembali duduk lalu kembali memesan minuman karena belum ada rencana untuk pulang.
"Silahkan tante dan keluarga jika mau bergabung, karena seperti nya tidak ada tempat duduk lagi",ucap Ugara kepada keluarga Radaka.
Vanila hanya diam saja, tangan Ugara ada di pinggang nya, sementara Vania duduk di sebelah Vanila dan Kamil berhadapan dengan Ugara.
"Kau belum ke rumah mama dan papa?",tanya Vania entah bertanya kepada siapa.
Melihat sepasang suami istri baru itu diam saja, mama Mara langsung berbicara.
"Maaf loh, maksud Vania itu, kalian berdua Adrian dan Vanila belum pergi ke kediaman keluarga Rahaksa",ucap mama Mara.
"Bukan kah keluarga Rahaksa sendiri yang ingin putus hubungan dengan istri ku, sebagai kompensasi nya itu rumah yang mereka tempati tak bisa di gugat, sudah ada hitam diatas putih nya",ucap Ugara menjawab ucapan mama Mara.
"Benar kah?, kapan itu?",tanya mama Mara.
"Saat kalian pergi dan aku menendang Burhan si idiot yang mau merebut istri ku di pelaminan",ucap Ugara membuat mama Mara sedikit menunjukkan rasa kesal nya itu.
"Paman ku tidak idiot, dia hanya frustasi saja, karena di penjarakan oleh orang",ucap Kamil, ya Ugara tahu siapa yang memenjarakan Burhan tak lain adalah Bram.
Ugara tersenyum jijik kepada keluarga Radaka yang konyol ini, mama Mara melihat bibir Ugara yang tersenyum tipis, mengingatkan nya pada seseorang terutama tahi lalat yang ada di tepi bibir lelaki muda ini.
"Apa mungkin?",tanya mama Mara dalam diam.
Sebelum Kamil berbicara lagi, menu yang mereka pesan sudah tiba terhidang di meja, mereka bertiga segera menyantap nya tanpa sisa.
Ugara bangkit sebentar lantas pergi begitu saja, Vania pun sudah selesai dengan hidangan nya.
"Bagaimana kalau besok pagi kita sama-sama berkunjung ke rumah mama dan papa?",tanya Vania ingin memprovokasi.
"Benar, meskipun kau sudah memutuskan hubungan bukan kah keluarga paman mu yang mengurus mu",ucap mama Mara.
"Tentu kami akan datang, jam berapa?",ucap Ugara yang baru datang entah dari mana, membuat sedikit nyali mereka ciut.
"Jam 10 pagi",ucap Vania karena dia sudah menghubungi mama nya.
Mama nya jelas sangat antusias karena belum melihat rupa dan kekayaan suami Vanila.
"Baik lah, sampai jumpa",ucap Ugara lalu Vanila berdiri dan mereka segera pergi.
Vania tersenyum senang karena keinginan nya terpenuhi tak khayal Vania menyuruh saudara dari pihak ibu nya untuk datang juga.
"Ini siapa yang bayar?",tanya mama Mara.
"Mama lah, kan mama yang pengen kenal dengan suami Vanila",ucap Vania enteng.
Mama Mara menghela nafas, lalu bangkit dan menuju kasir.
"Permisi bayar meja 17 ya mbak",ucap mama Mara.
"Sebentar ya bu",jawab si kasir lalu mengecek meja nomer 17.
"Maaf bu sudah dibayar oleh lelaki yang baru keluar, tuan Adrian itu",ucap Kasir.
"Oh ya terimakasih",ucap mama Mara.
"Huft, selamat uang ku",gumam mama Mara dalam hati.
Mama Mara segera kembali kepada anak dan menantu nya yanng masih menikmati puding mereka dengan nikmat nya.
"Cepat banget ma?",tanya Kamil kepada mama Mara.
"Sudah dibayar Adrian kata kasir nya",jawab mama Mara lalu memakan puding nya juga, namun ucapan mama Mara membuat Kamil tersedak.
"Beneran ma",tanya Vania.
"Apa untung nya mama bohong",ucap mama Mara.
Dada Kamil jadi sesak, dia merasa direndahkan dengan dibayari makanan nya oleh rival nya itu.
"Brengsek",ucap Kamil.
"Ada apa mas?",tanya Vania.
"Ah, tidak",ucap Kamil.
"Ah bersukur sekali uang mama selamat",ucap mama Mara yang selalu irit.
"Ayo ma kita pulang",ajak Kamil.
"Kau dan istri mu duluan saja, puding mama belum habis",ucap mama Mara.
Kamil pun kembali duduk menunggu mama nya menghabiskan puding.
"Mau kemana lagi?",tanya Ugara.
Hari mulai petang namun mereka baru ngemall saja karena ada keluarga Kamil yang mengganggu.
"Aku bingung",jawab Vanila lirih.
Ugara pun mengangguk saja lantas segera memacu mobil nya menuju sebuah tujuan, hingga tak berapa lama mereka sampai di pinggir sungai.
"Indah sekali",gumam Vanila.
"Apa kau suka?",tanya Ugara kepada istri nya yang sudah keluar.
"Suka, ini sangat indah",jawab Vanila.
"Mau naik perahu?",tanya Ugara.
"Memang ada?",tanya Vanila tak percaya.
"Ini sungai buatan jadi tentu nya ada",ucap Ugara.
"Baik lah, ayo",ucap Vanila.
Ugara segera menggandeng tangan istri nya untuk ke tepian sungai.
"Maaf perahu nya sudah habis",ucap pendayung.
Vanila pun tersenyum karena tidakk ada jatah perahu malam ini.
"Kita belum beruntung",ucap Vanila.
Mereka hanya duduk di tepi sungai yang sengaja dibuat dudukan dengan pohon yang berbunga.
Ada beberapa pedagang jajanan dan makanan pada umum nya.
Namun tatapan Vanila nampak menyipit karena di kejauhan nampak sosok yang diri nya kenal.
"Bukan kah itu Larasati?",tanya Vanila.
"Itu pacar nya Bram",ucap Ugara membuat Vanila menoleh dan kembali menatap wanita dewasa dengan dress ungu.
"Hah, apa dia gila ke sungai pakai dress?",tanya Vanila.
"Mungkin seperti kita",ucap Ugara santai.
"Aku mau kesana?",ucap Vanila.
Ketika Vanila bangun, Ugara langsung menarik tangan nya.
"Ada apa?",tanya Vanila.
"Jangan ganggu orang yang sedang ngedate, Bram terlalu sibuk tidakk ada wanita yang dekat dengan nya saat ini"ucap Ugara membuat Vanila tertegun.
