NovelToon NovelToon
THE SECRET AFFAIR

THE SECRET AFFAIR

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Cinta Terlarang / Cintapertama
Popularitas:969
Nilai: 5
Nama Author: Neon Light

Seharusnya kehidupan Serena sempurna memiliki kekasih tampan dan kaya serta mencintainya, dia semakin yakin bahwa cinta sejati itu nyata.


Namun takdir mempermainkannya ketika sebuah malam kelam menyeretnya ke dalam pelukan Nicolás Navarro—paman dari kekasihnya, pria dewasa yang dingin, berkuasa, dan telah menikah lewat perjodohan tanpa cinta.

Yang terjadi malam itu seharusnya terkubur dan terlupakan, tapi pria yang sudah memiliki istri itu justru terus menjeratnya dalam pusaran perselingkuhan yang harus dirahasiakan meski bukan kemauannya.

“Kau milikku, Serena. Aku tak peduli kau kekasih siapa. Malam itu sudah cukup untuk mengikatmu padaku... selamanya.”


Bagaimana hubungan Serena dengan kekasihnya? Lantas apakah Serena benar-benar akan terjerat dalam pusaran terlarang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neon Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16

“Serena!” bentak Celestine dengan pelan tapi tegas, dia tersenyum pada Nicholas. “Mohon maaf Tuan Nicholas," tutur Celestine lantas menatap Serena dan berbisik pelan. “Jaga etika kamu! Kamu tidak punya pilihan Serena! Kamu sendiri yang sudah berbuat ulah, sekarang Miss minta sama kamu! Menurutlah!”

“Serena—”

“Miss tidak mau mendengar penolakan apapun dari kamu, jadi Miss tidak mau mendapatkan masalah lagi karena ulah kamu! Kamu paham Serena?” Celestine menatap tegas ke arah Wanita itu.

Serena pun menghela napasnya dan mengangguk. “Paham Miss.”

Celestine beralih menatap Nicholas. “Mohon maaf, Tuan Nicholas. Anak muda zaman sekarang memang sulit diatur, tetapi—”

“Tidak perlu khawatir,” potong Nicholas dengan nada datar. “Jika pihak akademik tidak mampu menangani mahasiswa bermasalah, maka saya akan turun tangan langsung. Saya pastikan setiap mahasiswa di kampus ini memenuhi standar yang telah saya tetapkan.”

Tatapan tajamnya kembali beralih pada Serena. “Termasuk dia.”

Celestine menunduk kecil. “Terima kasih atas waktu dan perhatiannya, Tuan Nicholas.”

Nicholas berdiri, merapikan jasnya dengan gerakan tenang. “Saya akan mengatur jadwal pertemuan berikutnya. Pastikan dia hadir tepat waktu.”

“Baik, Tuan Nicholas.”

Sebelum melangkah keluar, Nicholas menatap Serena sekilas. Pandangan itu tenang, tetapi mengandung sesuatu yang sulit dijelaskan—seolah memberi peringatan sekaligus tantangan.

Serena menunduk pelan, bukan karena hormat, tetapi karena hatinya terasa berdebar tanpa alasan.

Pintu tertutup perlahan, menyisakan keheningan yang panjang. Celestine menatap Serena yang masih terpaku di tempatnya.

“Sekarang kamu tahu,” ucap Celestine lirih. “Orang yang kamu hadapi bukan sembarangan, jadi jaga etika kamu kalau kamu masih mau kuliah di sini!”

Serena menggenggam erat tangannya sendiri, berusaha menelan segala emosi yang menyesak di dadanya. Dalam hatinya. Bagaimana bisa pria itu pemilik kampus ini? Sementara dia tidak diberitahu oleh Gabriel jika Nicholas yang menjadi pemilik kampus ini.

Melihat Nicholas pergi, Serena segera berpamitan pada Celestine. Dia diam-diam mengekori langkah Nicholas dari belakang, matanya fokus mengawasi punggung pria itu.

Sebelum Nicholas menghilang di tikungan lorong, Serena mempercepat langkahnya, mengimbangi langkah pria itu. "Kamu sengaja melakukan ini? Apa tujuan kamu sebenarnya, Tuan Nicholas?"

Nicholas tidak menggubris ucapan Serena. Dia terus berjalan tanpa memperdulikan pertanyaan wanita itu.

"Sangat aneh. Kamu seorang CEO, bisa-bisanya membuang waktu untuk mengurus mahasiswi yang bermasalah dengan nilai. Sungguh lelucon!" ucap Serena terus meracau, sambil berusaha mengejar langkah Nicholas yang cukup panjang karena postur tubuhnya yang tinggi. "Cih, apa kamu mendengar apa yang aku katakan? Apa tujuan kamu sebenarnya, Tuan CEO yang terhormat?"

Nicholas hanya terdiam dan fokus berjalan, sama sekali tidak menghiraukan ocehan dari Serena. Namun, bibirnya sedikit melengkung saat dia menyadari bahwa dia akan mengajari wanita itu.

"Ya Tuhan! Beginikah kamu? Bagaimana bisa kamu sendiri yang turun tangan mengurusku jika komunikasi kita saja kamu seperti patung!" bentak Serena ketika dia kesulitan untuk mengimbangi cara jalan Nicholas. "Aku rasa aku mulai gila berbicara sendiri. Aku jadi penasaran bagaimana kamu berkomunikasi dengan para klien kamu. Oh, aku lebih penasaran bagaimana kamu berbicara dengan istri kamu."

Langkah kaki Nicholas tegas menuju taman belakang yang jarang sekali dilalui orang. Dia pun berhenti berjalan dan langsung berbalik badan. Serena hampir saja menabrak dada bidang pria itu. Nicholas maju selangkah perlahan, membuat Serena berjalan mundur untuk menghindar.

"Ma–mau apa kamu? Jangan macam-macam!" bentak Serena, menghindar hingga punggungnya terhenti oleh tembok. Wanita itu seolah terkunci pergerakannya karena Nicholas mengimpitnya.

"Kenapa? Kamu ingin sekali tahu tentang kehidupanku dengan istriku? Apa kamu mau mencobanya agar kamu tidak penasaran bagaimana aku berkomunikasi dengan istriku di rumah? Atau... di ranjang?" tanya Nicholas dengan mata elangnya, seraya mencengkeram pinggang Serena hingga tubuh wanita itu terhentak dan menempel sempurna di tubuh Nicholas.

Serena mematung. Jantungnya berdetak kencang. Jarak mereka terlalu dekat, dan dia bisa merasakan sesuatu yang berdenyut di balik celana pria itu. Dia menelan ludah dengan susah payah, berusaha menyembunyikan rasa gugup saat Nicholas menikmati ekspresi tegangnya.

"Dengar, Serena Salvatierra. Aku hanya bicara sekali pada kamu: jangan pernah ikut campur urusan rumah tanggaku! Dan urusan kita, besok jam tiga sore aku tunggu kamu di perpustakaan! Tidak datang tidak masalah, kamu akan tahu sendiri akibatnya!"

Deg! Pria dengan sejuta pesona yang memiliki iris mata berwarna biru muda, serta aroma tubuh yang maskulin, berhasil membuat Serena saat ini tiba-tiba merasakan rasa yang aneh dalam dirinya hingga mampu membuatnya gugup tak karuan.

Namun, seketika Serena tersadar saat Nicholas justru meniup wajahnya dengan kencang, membuatnya terkejut.

"Jangan membayangkan bagaimana hubungan ranjangku dengan istriku!" bisik Nicholas. "Jika kamu penasaran, aku akan mempraktikkannya lagi langsung pada kamu. Jadi, kamu tahu ingat bagaimana aku berkomunikasi saat kita di ranjang seperti malam itu!”

"Nicholas!" Serena mendorong dada bidang pria itu untuk menjauh.

Nicholas pun langsung pergi, senyum puas tergambar jelas di wajahnya. Ini adalah kesempatan emas baginya untuk menghabiskan waktu berdua dengan Serena. Tentu lelaki itu tidak akan menyia-nyiakannya.

*

*

Sepulang kuliah, Serena tampak begitu kesal hingga dia melewati Melvia—sang bibi—begitu saja yang sedang asyik menonton televisi.

"Serena, kamu sudah pulang kampus? Tumben jam segini sudah di rumah," tegur Melvia saat melihat Serena mulai menaiki anak tangga.

"Hmm, hanya satu mata kuliah hari ini," jawab Serena dengan nada merajuk.

"Oh, bagaimana, sudah bertemu dengan guru—"

"Bibi!" tegur Serena, memotong ucapan Melvia. Dia menghentikan langkahnya di anak tangga, lalu mendekat ke arah bibinya. "Pasti Bibi juga, kan, yang setuju agar pria itu yang langsung mengurus masalah Serena?"

"Kamu kenapa memangnya? Kan bagus, itu demi kebaikan kamu, Sayang!" Melvia masih belum tahu secara spesifik siapa pembimbing Serena, tetapi dia setuju karena itu yang terbaik untuk keponakannya. Dia memperlakukan Serena dengan lembut, meskipun Serena selalu merajuk.

Serena langsung menghela napas pasrah. Dia mulai merengek dan menjatuhkan tubuhnya di atas sofa. "Bibi, kenapa Paman selalu mengatur Serena begini dan begitu? Baik, aku terima jika memang Serena harus ikut les, tapi tidak bisakah Serena sendiri yang menentukan gurunya?"

Melvia mendekat ke arah keponakannya, dia duduk di samping Serena. Ternyata Serena langsung mengubah posisi, memeluk tubuh bibinya dan menjatuhkan kepala tepat di atas pangkuan Melvia.

"Boleh ya, Bibi," rengek Serena pada ibunda sepupunya itu.

"Kalau Bibi, boleh saja. Tinggal kamu bicara sendiri dengan Paman kamu," ujar Melvia, menyarankan Serena untuk menelepon sang ayah.

Serena langsung mengambil ponsel Melvia untuk menghubungi pamannya. Setelah beberapa kali dering, sambungan terhubung, dan dia bisa mendengar suara sahutan dari seberang telepon.

Tanpa perlu berbasa-basi lagi, Serena langsung melayangkan protesnya kepada Antonio. Dia menyatakan keberatannya yang mendalam terhadap keputusan pamannya.

"Paman, kenapa menyuruh Miss mencari guru pembimbing untukku? Aku bisa belajar sendiri. Kenapa Paman selalu mengatur Serena?" Serena sudah tidak bisa menahan rasa kesalnya, berbicara langsung tanpa basa-basi.

"Belajar sendiri? Kamu kira kamu mampu? Semua yang Paman lakukan adalah untuk kebaikan kamu juga. Mau tidak mau, suka tidak suka, kamu harus melakukan apa yang Paman suruh. Besok harus mulai. Tidak ada alasan!" ucap Antonio dari seberang telepon.

"Serena tidak mau, Paman."

"Tidak mau? Mau sampai kapan kamu mabuk-mabukan terus, hah? Mau sampai kapan kamu berpacaran dengan pria tidak jelas itu! Lama-lama kalau dibiarkan, kamu akan menjadi perempuan liar yang urakan?" Ucapan Antonio yang menusuk itu sontak membuat Serena kecewa.

"Gabriel bukan pria yang tidak jelas, Paman. Dia pria baik-baik, kok, dan setara dengan keluarga kita!" Serena tetap tidak terima dengan tuduhan Antonio.

To be continued….

1
Haris Saputra
Keren banget thor, semangat terus ya!
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝: Halo kak baca juga d novel ku 𝘼𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profilku ya, trmksh🙏
total 1 replies
Nana Mina 26
Terima kasih telah menulis cerita yang menghibur, author.
riez onetwo
Ga nyangka sebagus ini!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!