NovelToon NovelToon
Istri Buruk Rupa Sang Konglomerat

Istri Buruk Rupa Sang Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Crazy Rich/Konglomerat / Aliansi Pernikahan / Cintapertama
Popularitas:748
Nilai: 5
Nama Author: secretwriter25

Seraphina dan Selina adalah gadis kembar dengan penampilan fisik yang sangat berbeda. Selina sangat cantik sehingga siapapun yang melihatnya akan jatuh cinta dengan kecantikan gadis itu. Namun berbanding terbalik dengan Seraphina Callenora—putri bungsu keluarga Callenora yang disembunyikan dari dunia karena terlahir buruk rupa. Sejak kecil ia hidup di balik bayang-bayang saudari kembarnya, si cantik yang di gadang-gadang akan menjadi pewaris Callenora Group.

Keluarga Callenora dan Altair menjalin kerja sama besar, sebuah perjanjian yang mengharuskan Orion—putra tunggal keluarga Altair menikahi salah satu putri Callenora. Semua orang mengira Selina yang akan menjadi istri Orion. Tapi di hari pertunangan, Orion mengejutkan semua orang—ia memilih Seraphina.

Keputusan itu membuat seluruh elite bisnis gempar. Mereka menganggap Orion gila karena memilih wanita buruk rupa. Apa yang menjadi penyebab Orion memilih Seraphina?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secretwriter25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Hutan yang Dingin

Udara dingin yang menusuk kulit masuk melalui jendela kaca, membawa aroma tanah basah setelah hujan dan daun-daun gugur. Alina membawa nampan teh di tangannya, melangkah dengan hati-hati melewati koridor gelap. Suara tawa melengking dari ruang kerja Damian menghentikan langkahnya.

“Papa benar-benar membuangnya ke dalam hutan?” suara Selina menembus celah pintu yang sedikit terbuka.

Alina menegang, nampan teh bergoyang di tangannya. Matanya membelalak, telinganya menajam, mendengarkan setiap patah kata. Ia teringat tadi pagi Seraphina pergi bersama Damian untuk berburu, dan sekarang sampai pukul satu siang—Sera tak kunjung kembali.

“Iya… mungkin sekarang dia sudah menjadi santapan harimau,” jawab Damian diselingi tawa. “Memang itu tempatnya. Gadis itu hanya beban.”

“Kau yang terbaik, Pa!” Suara tawa Selina terdengar sangat bahagia.

Terdengar suara kecupan, lalu Selina tertawa lagi. “Terima kasih, Ayah! Terima kasih banyak! Aku tidak akan melupakan ini!”

Sebuah denyutan tajam menusuk dada Alina. Seraphina? Dibuang? Harimau? Otaknya berputar, mencoba memahami kekejaman yang baru saja ia dengar. Damian, ayah kandung Seraphina, tega melakukan itu? Darahnya terasa mendidih. Ia mencengkeram erat nampan, urat-urat di punggung tangannya menonjol. Ini tidak bisa dibiarkan.

Alina menatap keluar jendela sejak tadi hujan turun dengan deras dan baru saja berhenti. “Nona… dia pasti kehujanan di dalam hutan.”

Dengan jantung berdentum keras di rusuknya, Alina berbalik, langkahnya tergesa menuju kamarnya. Tangannya gemetar saat meraih ponsel, jemarinya menari di atas layar. Ia bergegas menghubungi satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan Sera.

“Tuan Orion,” suaranya serak, napasnya terengah, “Seraphina… dalam bahaya. Damian… dia membuangnya ke hutan. Ke hutan yang ada harimau.”

Di ujung sana, Orion tidak menjawab. “Brengsek!” umpatnya.

“Tadi pagi Tuan Damian mengajaknya berburu,” jelas Alina lagi.

“Di mana tempat berburu keluarga Callenora?” tanya Orion.

Alina menjelaskan tempat berburu yang biasa dikunjungi keluarga Callenora dengan detail, meski tak yakin sang Nona dibawa ke sana.

“Jika Seraphina sering ke sana dia pasti tau jalan pulang,” gumam Orion. “Saya akan kerahkan tim pencari profesional untuk melacak keberadaan Seraphina.”

“Terima kasih banyak, Tuan! Aku mohon, selamatkan Nona Seraphina…” ucap Alina memohon.

“Jangan khawatir, aku akan menemukan kekasihku…” jawab Orion sebelum menutup panggilan itu.

“Siapkan tim pencari profesional. Helikopter harus siaga,” perintah Orion. “Temukan dia sekarang. Jika dia ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa—aku akan membunuh kalian semua!”

Mereka semua mengangguk patuh, tau bahwa Tuan mereka sedang dipenuhi emosi. Dengan cekatan mereka mencari keberadaan Seraphina, melacak rute perjalanan Damian melalui cctv jalanan.

Setelah berjam-jam mencari akhirnya mereka menemukan titik lokasi keberadaan Seraphina. Sebuah hutan luas berbahaya, dimana hewan buas banyak berkeliaran.

“Beraninya dia mengirim milikku ke tempat mengerikan seperti itu!” Orion mengepalkan jarinya. “Cepat bawa aku ke sana. Bunuh semua hewan liar yang menyerang!” perintahnya.

Mereka semua mengangguk patuh lalu bersiap-siap membawa perlengkapan senjata. Beberapa helikopter disiapkan untuk perjalanan mereka.

Helikopter itu meraung, bilah-bilah rotornya membelah udara malam yang baru saja tiba. Lampu sorotnya menyapu pepohonan rimbun di bawah, mencari secuil harapan.

Kabut malam menutupi hampir seluruh area hutan. Dari udara, hutan itu tampak gelap dan berbahaya—tak ada cahaya, tak ada kehidupan. Hanya angin yang mengguncang pepohonan tinggi dan suara mesin helikopter yang memecah keheningan.

“Terus turun di koordinat ini,” perintah Orion tegas pada pilotnya, wajahnya tampak muram, mata tajamnya terus memandangi layar ponsel yang menunjukkan titik lokasi terakhir Sera terdeteksi.

“Kita harus segera temukan dia. Sebelum semuanya terlambat!”

Helikopter itu melayang rendah di atas hutan. Dari lampu sorot yang menyorot ke bawah, Orion melihat sesuatu—bayangan tubuh kecil yang tergeletak di dekat pohon ek tua.

“Turunkan sekarang!” serunya.

Begitu helikopter berhenti melayang, Orion turun tergesa, menembus dinginnya udara malam. Ia berlari ke arah tubuh itu—Seraphina, terbaring pucat, basah oleh hujan dan tanah. Wajahnya tampak lemah, bibirnya membiru.

“Sera…” suara Orion bergetar. Ia segera berlutut, menepuk lembut pipi gadis itu. “Sera, buka matamu, Sayang…”

Tidak ada respons. Hanya nafas yang tersisa samar.

Orion menatapnya, lalu melepaskan jasnya dan menyelimuti tubuh Sera dengan cepat. Ia mengangkat tubuh gadis itu ke dalam pelukannya—pelukan yang begitu erat, seolah dunia bisa hancur kalau ia terlambat sedetik saja.

“Jangan tidur, Sera. Aku sudah di sini,” bisiknya serak.

“O-orion…” lirih Seraphina dengan suara terbata.

Orion menghela napas lega. “Aku hampir gila karena mencemaskanmu!”

Gadis itu mendongak, matanya yang kosong perlahan berbinar. Sebuah senyum tipis, penuh kelegaan, muncul di wajahnya.

“Aku takut… hutan ini sangat gelap…” lirih Seraphina.

Orion mendekap erat tubuh Seraphina. “Kamu sudah aman sekarang. Ayo kita pulang!” bisiknya lembut.

Seutas tali diturunkan, seorang petugas meluncur turun. Petugas itu menggendongnya, menariknya perlahan ke atas, menuju cahaya helikopter yang semakin mendekat. Raungan mesin mengisi udara, membawa Seraphina menjauh dari mimpi buruknya.

Begitu kembali ke helikopter, Orion duduk memangku Sera di kursinya sendiri, tangannya tak lepas menggenggam tangan dingin itu.

“Naikkan kecepatan! Langsung ke rumah sakit!” teriaknya ke pilot.

Selama penerbangan, matanya tak lepas dari wajah Sera. Ia menatap setiap garis lemah di wajah gadis itu, dan entah kenapa… dadanya terasa sesak.

“Aku seharusnya datang lebih cepat,” gumamnya lirih. “Maafkan aku, Sera…”

---

Setibanya di rumah sakit milik keluarga Altair, dokter dan perawat langsung menyambut di landasan. Orion sendiri yang menggendong Sera keluar dari helikopter, menembus angin dan kilatan lampu darurat.

“Suhu tubuhnya menurun drastis, segera siapkan ruang pemulihan intensif!” seru salah satu dokter.

Orion tidak melepaskan Sera sampai ia benar-benar diletakkan di atas ranjang pasien. Tangannya masih menggenggam tangan Sera yang dingin, bahkan ketika dokter mulai bekerja.

“Keluar dulu, Tuan Orion,” kata dokter dengan sopan.

Orion menggeleng pelan. “Aku tidak akan ke mana pun sampai dia sadar.”

Waktu berjalan lambat. Hujan mulai turun di luar jendela rumah sakit. Di kursi tunggu, Orion duduk diam—wajahnya menunduk, matanya menatap cincin di jarinya yang sama dengan cincin di tangan Sera.

“Kalau saja aku bisa lebih cepat…”

Ia mengepalkan tangan. “Aku janji tidak akan biarkan siapa pun menyentuhmu lagi.”

Pintu ruangan terbuka perlahan. Dokter keluar dengan napas lega.

“Dia sudah melewati masa kritis, Tuan. Sekarang hanya perlu istirahat.”

Orion berdiri cepat, melangkah masuk. Di sana, Sera terbaring dengan wajah pucat tapi tenang. Selimut menutupi tubuhnya, dan alat infus terpasang di pergelangan tangannya.

Orion mendekat pelan, duduk di tepi ranjang. Ia mengusap lembut rambut gadis. “Aku akan membalas mereka yang menyakitimu dengan lebih kejam…” bisik Orion.

Damian dan Selina—mereka berdua adalah dalang dibalik semua ini. Mereka berdua selalu membuat hidup Sera menderita dan Orion akan membalas semua perbuatan keji mereka terhadap Seraphina.

Cahaya malam menyelinap dari jendela, menerpa wajah keduanya—Sera masih tertidur lemah. Sementara Orion menatap Sera dengan rasa bersalah karena ia gagal melindungi kekasihnya itu.

🍁🍁🍁

Bersambung...

1
Puji Lestari Putri
Makin ngerti hidup. 🤔
KnuckleBreaker
Beneran, deh, cerita ini bikin aku susah move on. Ayo bertahan dan segera keluarkan lanjutannya, thor!
Victorfann1dehange
Alur ceritanya keren banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!