Sebuah tabrak yang dialami Nina membuat ia tidak sadarkan diri, antara hidup dan mati yang membuatnya benar-benar merasa jika itu adalah akhir hidupnya.
Tapi, betapa kagetnya ia saat bangun di sebuah bangunan kuno dan berada di tubuh orang lain yang membuat ia tidak mengerti.
Nina yang berada di tubuh putri Amerta salah seorang putri kerajaan yang sedang terbaring sakit akibat serangan Kerajaan Kazan.
Ia adalah satu-satunya Putri Raja yang berhasil selamat, dengan informasi dari pemilik tubuh asli, yang mana sang putri meminta bantuan pada Nina untuk membalaskan dendamnya.
Mampukah Nian membalaskan dendam putri Amerta menghadapi Kerajaan Kazan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PengkhayalMalam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekhawatiran Pangeran Yang Berlebihan
"Kau kemana saja, aku sudah pernah bilang jangan keluar tanpa izin dariku, aku khawatir dengan mu," kata pangeran pertama yang tidak suka dengan apa yang Amerta lakukan karena Amerta memang tidak izin kepada pangeran terlebih dahulu.
"Maafkan aku aku hanya bosan, sebentar ke kandang kuda karena aku tidak bisa tidur," kata Amerta sambil menundukan kepala karena takut jika ia dimarahi lagi.
Amerta yang selalu saja membuat kesalahan yang membuat pangeran kesal, tapi Amerta tetap diperlakukan baik oleh Pangeran membuat Amerta nyaman dan tidak mau pergi dari sisi pangeran dan Amerta tidak mungkin untuk pergi sendiri.
Karena Amerta masih bergantung pada pengaran tentu saja ia harus bersama dengan pangeran sampai pangeran selesai melaksanakan tugas.
"Aku hanya tidak ingin kau terluka di saat tanganmu belum sembuh dan kau sudah berkeliaran lagi," kata pangeran yang merasa Amerta sekarang yang sering keluar rumah dan tidak menurun.
Memang tidak semua orang yang bisa menggunakan senjata dari belalai yang pangeran berikan membuatnya keluar dan bermain-main karena merasakan bidan ada di kamar penginapan.
"Baiklah ini yang kedua kalinya jika sampai yang ketiga kalinya aku akan menghukummu dan tidak boleh ikut dengan yang lainya," kata Alardo saat itu juga karena melihat Henna yang pergi begitu saja tanpa izin darinya.
Padahal dari awal pangeran sudah bilang kepada Amerta jika dia ingin pergi ke mana pun harus meminta izin kepada dirinya tapi sudah dua kali Amerta pergi tanpa izin membuat pangeran khawatir dan mencari di seluruh penginapan. Dan pada akhirnya pangeran pun tidak bisa marah pada Amerta.
"Baiklah aku memaafkanmu tapi jangan kau ulangi lagi paham, " kata Alardo tidak ingin jika dia terluka untuk yang kedua kalinya dan memaafkan Amerta.
"Baik, aku tidak akan mengulanginya lagi," kata Amerta yang merasa bersalah karena tidak izin keluar pada pangeran.
"Jangan sembarang berbicara dengan orang yang baru kau kenal, kau tidak tahu kalau itu musuh bukan," kata pangeran memperingati Amerta agar hati-hati.
"Iya, aku akan lebih berhati-hati dan tidak sembarangan berbicara dengan orang Asing," jawab Amerta lagi yang tidak ingin membutuhkan pangeran marah padanya
Sebenarnya banyak pertanyaan di benak Amerta karena melihat pangeran Alardo yang terlihat sudah mengenal Arya tapi Amerta tidak mungkin bertanya langsung kepada pangeran pastinya ia akan marah.
"Kenapa Pangeran Arya bisa mengetahui namamu padahal aku tidak mengizinkan untuk dekat-dekat dengannya?" tanya Pangeran pertama yang saat itu penasaran dengan apa yang ditanyakan oleh Arya pada Amerta karena Arya yang mengetahui nama dari Amerta, jelas saja membuat Pangeran pun merasa tersinggung dan mencari tahu di mana orang tersebut mengetahui nama Amerta.
"Aku bertemu Arya di kandang kuda saat aku bersama putih," jawab Amerta merasa ketakutan jika mengingat hukuman mati. Amerta tidak bisa berbohong tentu saja menjadi ma dia berwisata alam yang sebesar ya bersama pemandu nanti.
"Kau harus bisa menahan diri agar tidak berkenalan dengan orang asing," kata Pangeran melarang Amerta untuk tidak percaya dengan orang yang baru sama dia kenal.
"Aku sudah berusaha tapi dipaksa akhirnya aku memberitahu namaku," kata Amerta yang berkata yang sejujurnya.
"Lagipula Arya tidak terlihat seperti orang jahat, kenapa pangeran membenci dia," batin Amerta yang tidak ingin membuat pangeran makin kesal jika Amerta menyebut nama atama.
Amerta hanya berbicara dalam hati dan tidak tahu permasalahan diantara mereka berdua hingga antara Pangeran Alardo dan pangeran Arya memiliki tatapan yang saling membenci satu sama lain.
"Kalau begitu segera kemasi barang-barangmu, kita akan cepat berangkat, aku tidak suka terlalu lama berada di sini," kata pangeran Galardo yang sudah terlanjur kesal dengan kejadian tadi.
Amerta pun segera menuruti perintah dari pangeran dan segera merapikan apa yang dia butuhkan untuk keberangkatan yang. Ia langsung merapikan barang-barang bawaannya dan bersiap berangkat.
Pangeran menyiapkan berangkatnya untuk melanjutkan perjalanan ke Seberang, karena jarak yang ditempuh masih jauh hingga membuat pangeran bergegas.
Setelah membayar penginapan pangeran segera pergi ke kandang kuda untuk mengambil putih kuda kesayangan pangeran yang akan membawa mereka berangkat ke Seberang tapi sebelum sampai sana lagi-lagi mereka bertemu Arya yang sengaja menunggu kedatangan mereka berdua karena Arya tau kuda mana yang akan mereka gunakan.
"Hai, aku hanya ingin memberikan roti untuk Amerta, sebagai bekal makan siang dalam perjalan," kaga Arya memberikan sebungkus roti.
Saat Amerta mau menerimanya pangeran pun menarik tangan Amerta dan tidak memperbolehkan mengambil bungkusan itu karena pangeran yang tidak suka dengan Arya.
Dan Amerta tidak mengerti kebencian yang begitu besar diantara keduanya membuat Amerta tidak tahu hal apa yang membuat mereka saling membenci satu sama lain.
"Padahal kan lumayan buat di perjalanan," kata Amerta dengan suara pelan hampir tidak terdengar.
"Kau bilang apa?" tanya pangeran Alardo yang masih kesal.
"Tidak, Ayo kita segera berangkat," kata Amerta sambil tersenyum tak bersalah karena memang semua itu bukan masalahnya.
Amerta yang menganggap pangeran sebagai penolongnya dan Arya sebagai orang asing jadi tidak tahu menahu permusuhan diantara mereka berdua yang pasti terlihat jelas.
Akhirnya Pangeran dan Amerta pun pergi meninggalkan penginapan, Amerta melihat Arya yang masih berdiri di sana melihat ke arah Amerta dan melambaikan tangan tanda perpisahan.
Amerta membalasnya dengan menjulurkan lidah seperti mengejek, tapi hal itu membuat Arya tertawa melihat hal itu dan makin membuatnya suka dengan tingkah laku Amerta.
Arya yang memang membenci Gallardo tapi tidak membenci Amerta walau tahu jika Amerta bersama Alardo tapi hal itu tidak membuat Arya benci pada Amerta yang saat itu pergi meninggalkan penginapan dan melanjutkan perjalanan ke Seberang.
"Sepertinya aku pernah melihat mata itu tapi dia mata," batin pangeran Arya yang mengingat-ingat sorot mata Amerta yang mirip dengan seseorang. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Pangeran Arya yang tidak asing dengan bola amat yang coklat keemasan yang jarang dimiliki oleh orang biasa pada umumnya membuat pangeran Arya mengingat-ingat kembali orang yang memiliki bola mata yang mirip dengan Amerta.
"Oh ya aku baru ingat, mirip seorang laki-laki yang ada di penjara yang sering ditemui, tapi sudah lama Ayah melarangku untuk menemui orang tersebut, kira-kira apa hubungan mereka berdua, jika aku sampai di kerjaan aku akan menemui orang itu lagi, siapa tahu dia kenal dengan Amar," batin Arya yang ingat seseorang tahan yang memiliki bola mata yang mirip dengan Amerta.
Yang mana jelas sekali tahanan tersebut berasal dari kerjaan Khazan, karena kerajaan mereka masih saja berperang di perbatasan.