NovelToon NovelToon
MAAFKAN AKU, ISTRIKU

MAAFKAN AKU, ISTRIKU

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Perjodohan / Patahhati / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah / Konflik Rumah Tangga-Pernikahan Angst
Popularitas:14.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: nazwa talita

Perjuangan Abimanyu untuk mendapatkan kembali cinta Renata, sang istri yang telah berulang kali disakitinya.

Tidak mencintai gadis yang menjadi wasiat terakhir ibunya membuat Abimanyu seringkali menyiksa dan menyakiti hati Renata hingga berkali-kali.

Akankah Bima bisa kembali mendapatkan cinta istrinya? Sementara hati Renata telah mati rasa akibat perbuatan Abimanyu yang telah menyebabkan buah hati dan ibunya meninggal dunia.

"Mas Bima-"

"Panggil aku Tuan seperti biasanya, karena kau hanyalah seorang pembantu di sini!"

"Ta-tapi Mas, kata Nyonya-"

"Ibuku sudah meninggal. Aku menikahimu karena keinginan ibuku, jadi kau jangan berharap dan bermimpi kalau aku akan menuruti keinginan ibuku untuk menjagamu!"

"I-iya, Tu-Tuan ...."

Yuk! Ikutin ceritanya, jangan lupa siapin tisu karena novel ini banyak mengandung bawang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nazwa talita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9 AKU TIDAK MENCINTAIMU

Renata menangis di depan pria tampan itu sambil menutup wajah dengan kedua tangannya. Bahunya terguncang karena isak tangisnya yang semakin terdengar.

Sementara itu, pria tampan di depannya menatap iba. Ridz Aldrian adalah keponakan Nyonya Erika.

Pria tampan yang biasa disapa Aldrian itu tinggal tidak jauh dari rumah besar keluarga Abimanyu. Sebelum Nyonya Erika meninggal, Aldrian seringkali datang ke rumah untuk menengok Nyonya Erika.

Namun, sayangnya saat sang bibi meninggal, pria itu justru tidak bisa datang karena saat itu dirinya sedang ada pekerjaan di luar kota.

Aldrian sangat terkejut saat mendengar dari pengacara keluarga Abimanyu kalau Renata dan Bima sudah menikah di rumah sakit.

Laki-laki itu terkejut karena gadis cantik yang diam-diam sering diperhatikannya itu tiba-tiba menikah dengan Bima, sepupunya.

Dia tidak mengerti kenapa tantenya, Erika justru menyuruh Renata menikah dengan Bima, padahal Erika sangat tahu kalau putranya sudah punya kekasih yang sangat dicintainya.

Aldrian membiarkan gadis itu menangis di depannya tanpa berniat untuk memeluknya. Pria itu sangat tahu, Renata sangat menjaga dirinya. Oleh karena itu, dia tidak berani menyentuh perempuan itu apalagi saat ini perempuan itu adalah istri dari Bima.

"Seharusnya kau tidak setuju menikah dengan perempuan ini, Bima, karena aku tahu, kamu pasti hanya akan melukainya saja. Aldrian menghela napas panjang.

Tangannya terulur mengusap rambut perempuan di depannya itu. Sementara tidak jauh dari mereka Bima mengepalkan tangannya saat melihat adegan di depannya. Entah mengapa dia tidak suka saat melihat Renata bersama dengan laki-laki lain.

Bima meraih ponselnya, memencet nomor ponsel Renata yang baru beberapa waktu lalu dia simpan.

Renata yang saat itu masih menangis langsung menghentikan tangisnya. Gadis itu mengambil ponsel di sakunya.

"Cepat masuk ke dalam rumah dan ikut aku ke hotel!"

Belum sempat Renata menjawab, pria itu sudah mengakhiri panggilan teleponnya.

"Maafkan aku, aku harus pergi."

"Siapa yang menelponmu?"

"Tuan Bima," jawab Renata.

"Tuan? Kamu memanggil suamimu dengan sebutan Tuan?"

"Aku hanya mengikuti kemauannya saja, aku tidak punya pilihan lain."

Aldrian mencibir saat mendengar jawaban dari Renata.

"Kamu tidak seperti Renata yang aku kenal."

"Apa maksudmu?"

"Kamu harus berani. Jangan menjadi pengecut di depan suamimu. Bagaimanapun, bukan hanya dia yang tidak menginginkan pernikahan ini, tapi kamu juga tidak menginginkannya bukan?"

"Apa menurutmu aku bisa melawan dia, Al?" Renata menatap pria tampan di depannya dengan seksama.

Ia memang memanggil Aldrian dengan nama saja. Awalnya gadis itu tidak setuju dan merasa tidak enak saat Aldrian menyuruh memanggil pria itu hanya dengan sebutan nama saja tanpa embel-embel tuan muda.

"Aku pergi dulu."

"Hmm."

"Nanti aku akan meneleponmu. Kau berhutang banyak cerita sama aku."

Renata mengangguk pelan, kemudian melangkah pergi meninggalkan Aldrian yang masih memandanginya sambil tersenyum tipis.

Sesampainya di dalam rumah, Bima menarik tangan perempuan yang sudah menjadi istrinya itu.

"Apa-apaan kamu? Berduaan dengan pria lain di rumah suamimu sendiri?"

Renata mendongak, merasa terkejut dengan kalimat suami yang disebutkan oleh Bima.

Sementara Bima terlihat gugup saat menyadari ucapannya. Tangannya melepaskan tangan Renata yang dia genggam.

Kedua netranya menatap tajam ke arah Renata.

"Cepat ganti bajumu! Kau ikut denganku ke hotel."

"Hotel?"

"Iya."

"Ma-maksud Tu-an, aku harus menyaksikan pernikahan Tuan Bima dengan Nona Shinta?"

Renata menatap pria di depannya itu dengan rasa tidak percaya. Rasa nyeri mengalir ke ruang hatinya.

Perempuan itu mencibir.

"Apa Tuan sadar dengan ucapan Tuan?"

"Tentu saja sadar, kamu pikir aku-"

"Kalau Tuan sadar, Tuan pasti tidak akan menyuruhku ke sana. Walau bagaimanapun, suka atau tidak suka, aku adalah istri Tuan. Aku tidak mungkin menyaksikan suamiku sendiri menikah dengan perempuan lain!" ucap Renata memberanikan diri.

Aldrian benar, ia bukanlah pengecut yang selalu menurut saat ditindas. Renata adalah gadis pemberani yang selalu berjuang seandainya dirinya memang di pihak yang benar.

Bima adalah suaminya. Mereka menikah secara resmi saat di rumah sakit. Jadi suka atau tidak suka, Renata punya hak untuk menolak atau pun menuruti suaminya.

Meskipun menolak permintaan suami adalah dosa. Akan tetapi, bukankah sebagai istri kita juga punya hak untuk menolak dan tidak menyetujui jika suami kita menikah lagi?

"Pernikahan kita hanya omong kosong, Renata. Kita terpaksa menikah karena kita harus menuruti keinginan ibuku. Kalau bukan karena janjiku pada ibu, pernikahan ini pasti tidak akan terjadi!" ucap Bima penuh penekanan.

"Seandainya aku sebagai istri pertama tidak menyetujui pernikahanmu, apa kau masih akan tetap menikah dengan dia?"

Mendengar pertanyaan Renata, tawa Bima menggema dalam ruangan itu.

"Kau pikir siapa dirimu, sampai kau berani menyuruhku membatalkan pernikahanku dengan Shinta?" Bima menatap tajam ke arah wajah cantik Renata yang terlihat sembab.

'Sialan! Di depan lelaki itu kau menangis minta dikasihani. Giliran di depanku, kau justru melawanku.'

'Lihat saja, aku tidak akan membiarkanmu tinggal di rumah ini sendirian, Renata.'

Kedua mata Bima berkilat penuh amarah. Apalagi saat melihat perempuan di depannya ini tertawa begitu keras di depan lelaki itu. Pria itu bahkan dengan mesra mengusap rambut Renata saat gadis itu menangis.

"Aku tidak perlu izin darimu untuk menikahi Shinta. Aku dan dia saling mencintai dan berencana menikah sejak dulu. Sampai kau tiba-tiba datang mengacaukan segalanya!"

"Kalau aku memang menjadi pengacau dalam hubungan Tuan Bima, seharusnya Tuan menolak pernikahan kita di depan nyonya Erika, bukannya malah menerima begitu saja," jawab Renata, memberanikan diri menatap wajah tampan itu.

"Apa kau pikir, aku bisa menolak keinginan orang yang sedang sekarat?"

"Tu-Tuan, apa yang kau katakan?" Kedua mata Renata membola mendengar ucapan Bima.

"Aku tidak mungkin menolak keinginan ibuku apalagi itu adalah keinginan terakhir ibuku!"

"Kalau begitu, kenapa Tuan tidak memenuhi janji Tuan pada nyonya? Bukankah waktu di hadapan nyonya, Tuan Bima sudah berjanji akan-"

"Aku tidak mencintaimu, Renata. Perempuan yang aku cintai adalah Shinta, aku tidak mungkin meninggalkan dia apalagi saat ini dia sedang mengandung anakku!"

Renata kembali terkejut mendengar pengakuan laki-laki di depannya itu.

Perempuan itu menelan saliva, membasahi tenggorokannya yang seketika terasa kering seiring rasa sakit yang menjalar ke ruang hatinya.

Renata tersenyum kecil menatap pria di depannya itu dengan tidak percaya. Sekuat tenaga, Renata menahan agar air matanya tidak tumpah.

Rasa kagum yang selama ini tersimpan untuk pria itu hilang sudah setelah Renata mengetahui seperti apa laki-laki di depannya itu.

Namun, meski kekagumannya berkurang, rasa cintanya terhadap suaminya itu tetap tersimpan dalam hati.

"Tuan tahu, kalau Nona Shinta sedang hamil, tapi kenapa Tuan dengan begitu mudahnya menerima permintaan nyonya untuk menikahiku?"

Bersambung ....

1
Norma Koelima
milikmu... hahahaha..
Borahe 🍉🧡
EGOISSSSSSS GILA LO
Borahe 🍉🧡
kta seumuran Dok.
Borahe 🍉🧡
aku padamu Aldrian.
Borahe 🍉🧡
Bohong Shin. dia mau ketemu istri pertama nya hohoho
Borahe 🍉🧡
ihh kok gw geli dgn si Bima ini, pen kutabok
Borahe 🍉🧡
ini termasuk talak gak Sih
Borahe 🍉🧡
Gila si Bima
Julia Juliawati
ngelunjak itu namanya udh dimaafkan minta kembali bersama setelah membuat luka yg sangat kejam.
Julia Juliawati
bonyok2 tuh muka si bima
Julia Juliawati
aduh aq gedek banget sm si kepala batu. dia g tau bahasa manusia x ya ngeyel banget
Julia Juliawati
pingin aku tampil kepala, si bima pake palu biar g keras kepalanya. udh tau salah msh ngeselin. dasar kepala batu
Julia Juliawati
Luar biasa
Julia Juliawati
klo udh cerai sm bima jgn smpe rujuk lg ya thor. biarkan renata bahagia bersama pria yg mencintainya
desember
hahahaha lucu sekali kamu bima
Rahman Padaka
ok lanjud
Mom Nazriel
hadehhh,,sama aja ternyata cewe nya sok berani tp mudah d jebak juga,,emang udh bodoh dr awal si renata ttp aja bodoh🤣🤣🤣
Elmi Yunas
penasaran gimana kelanjutan hubungan bian dan renata,pengennya sih bian berhasil meluluhkan hati renata yang telah dibuat bian teramat sakit.
Vitha Vivi
Luar biasa
annethewie
banyak emang sampah yg ga bisa didaur ulang dikasih nyawa ya si sintul ini satunya..mbak di rumah dr umur 13 sampai tua dan akhirnya dipanggil Mak jenab ga pernah kita asal panggil..malah kita takutan ma dia kalau misal taruh baju sembarangan🤪🤪 dan dia yg nentuin menu makan tiap hari dirumah..suka suka dia..kebiasaan dia yg kita paling paham nonton sinetron sembari seterika baju
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!