Mencintai seseorang merupakan suatu fitrah yang berasal dari diri sendiri. Bentuk ungkapan kasih sayang terhadap lingkungan, benda maupun antar manusia. Tidak ada yang melarang jika kita mencintai orang lain, namun apa jadinya jika perasaan itu bersemi dan melabuhkan hati kepada seseorang yang sudah memiliki pasangan?
Ameera Chantika, seorang mahasiswa semester akhir berusia 21 tahun harus terjebak cinta segitiga dimana ia menjadi orang ketiga dalam sebuah hubungan rumah tangga. Ia mencintai seorang pria bernama Mark Pieter.
Akibat sebuah kecelakaan, memaksa gadis itu menerima pertanggung jawaban dari Mark seorang pria yang sudah merenggut kesuciannya. Hingga suatu hari Ameera mendapati sebuah kenyataan pahit yang membuatnya harus ikhlas menjadi istri kedua tanpa dicintai suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GOSIP HANGAT
Matahari mulai memancarkan sinarnya, menghangatkan tubuh dan memberikan semangat baru di hari yang baru. Ameera sedang melakukan aktivitas seperti biasa, bangun tidur gadis itu langsung berlari kecil ke kamar mandi memuntahkan isi perutnya namun kali ini intensitasnya tidak terlalu sering, seminggu hanya dua atau tiga kali ia mengalami morning sickness mungkin karena semakin bertambahnya usia kandungan membuat gadis itu sudah jarang mual dan muntah dipagi hari.
Setelah menguras isi perut tanpa tersisa, ia melakukan ritual mandi pagi sebelum berangkat ke kantor. Pagi itu Ameera diminta suaminya untuk melakukan presentasi melaporkan kegiatan selama ia dan teman-temannya magang di perusahaan.
Hari ini Bunda Meta meminta Bi Mirna menyiapkan nasi pecel untuk menu sarapan. Nasi pecel merupakan makanan khas orang Indonesia, makanan ini sangat mudah ditemukan di berbagai daerah. Nasi pecel terdiri dari beberapa ragam sayuran seperti, bayam, kangkung, kacang panjang dan kecambah. Semua sayuran dimasak dengan cara direbus kemudian dibubuhkan sambal kacang sebagai pelengkap.
Nasi pecel merupakan salah satu makanan favorit keluarga Ameera, meskipun terlihat sederhana namun banyak mengandung banyak gizi karena semua bahan terdiri dari sayuran yang direbus.
Bi Mirna baru saja meletakan tiga buah piring keramik ke atas meja makan yang terletak diantara ruang tamu dan dapur. Ruang makan tersebut hanya disekat oleh bambu yang disejajarkan dan diikat sehingga membuat ruangan lebih natural dan hangat.
"Ameera!"
"Iya bun," sahut Ameera dari dalam kamar.
Gadis itu baru saja selesai mandi, kini ia sedang menyiapkan segala keperluan untuk presentasi siang hari nanti. Donny selaku ketua kelompok memberikan kepercayaan pada Ameera untuk memaparkan hasil laporan magang dihadapan pemimpin perusahaan dan beberapa staf petinggi perusahaan karena gadis itu memiliki kemampuan lebih dibanding teman yang lain, membuat pria itu percaya jika ditangani oleh Ameera maka semua akan berjalan lancar.
"Sarapan dulu sayang, Bi Mirna sudah membuatkan nasi pecel kesukaanmu beserta tempe dan tahu goreng."
Bunda Meta menata piring, sendok dan gelas diatas meja makan kayu berbentuk bundar.
"Sebentar bun, Meera masih memindahkan data ke flashdisk."
Bola mata Ameera masih memperhatikan layar laptop dihadapannya.
"Hufh, akhirnya!"
Gadis itu menghembuskan napas lega setelah semua file presentasi berpindah tempat dari laptop ke sebuah benda kecil berbentuk kotak kecil.
"Wah, hari ini Meera mau dua porsi nasi pecel ya bun," ucap Ameera seraya menarik kursi makan tepat disamping kursi bundanya.
"Boleh, apalagi kamu tengah mengandung jadi perlu asupan gizi banyak. Mumpung fase mual muntahmu sudah berkurang jadi harus banyak makan."
Bunda Meta menyentong nasi dari wadah nasi berbahan stainless steel.
"Lekas dimakan, jangan dilihati terus nanti air liurmu menetes," ledek Bunda Meta.
"Aih, si bunda bisa saja," Ameera mencolek dagu sang bunda.
Keakraban Ameera dengan sang bunda memang sudah terjalin sejak gadis itu masih kecil. Ameera berubah menjadi anak manja jika didekat kedua orang tuanya, tidak heran kebiasaan itu masih berlanjut hingga sekarang.
Dua puluh menit mereka menyantap makanan di piring masing-masing dan saat matahari sudah semakin tinggi Ameera pamit pergi ke kantor pada Bunda Meta.
"Bun, Meera berangkat kerja dulu ya. Assalamu a'alaikum," Ameera mencium punggung tangan sang bunda.
***
Hari ini tepat tiga bulan Ameera dan teman-temannya magang di PT Indah Sentosa.
Sebuah gosip beredar di kalangan para karyawan perusahaan. Mereka mulai curiga dengan perubahan yang terjadi pada Ameera, gadis itu jadi lebih sensitif dan bentuk tubuhnya perlahan tapi pasti semakin berisi.
Ameera baru saja tiba di kantor, gadis itu berjalan melewati sekelompok wanita tengah berbisik membicarakan suatu hal, namun Ameera tidak terlalu jelas dengan bahasan yang sedang dibicarakan.
"Halo kak, selamat pagi," ucap Ameera ramah.
"Ya selamat pagi," jawab salah satu dari mereka dengan nada sinis.
Sebenarnya Ameera merasa heran mengapa sikap para karyawan di divisi administrasi sikapnya berubah terhadap gadis itu, karena tidak ingin berburuk sangka akhirnya ia melanjutkan langkahnya menuju ruang kerjanya.
Siang hari, saat jam istirahat seluruh karyawan PT Indah Sentosa memadati kantin kantor. Kantin itu terlihat layaknya lautan manusia yang sedang mengantri makanan guna mengisi perut kosong.
Ameera dan Naomi duduk diantara para karyawan, mereka tengah menikmati waktu istirahat sambil menyantap semangkuk soto ayam.
Sayup-sayup Ameera dan Naomi mendengar salah satu karyawan di bagian resepsionis bergosip tentang mahasiswa magang.
"Eh tahu tidak, salah satu dari mahasiswa magang di divisi administrasi hamil diluar nikah loh!"
"Serius?"
"Iya, aku pernah memergokinya muntah-muntah di toilet lantai satu."
"Cih, pantas saja akhir-akhir ini dia terlihat lebih sensitif dan bentuk tubuhnya berisi ternyata hamidun."
"Berarti bayi yang dikandung adalah ANAK HARAM dong!"
"Penampilan cantik dan terlihat lugu tapi ternyata hobi begituan!"
"Ha-ha-ha!"
Terdengar gelak tawa nyaring memekakan gendang telinga. Naomi merasa panas saat mendengar obrolan yang sama sekali tidak enak didengar.
"Sialan, apa mereka tidak ada kerjaan selain menggunjingkan orang lain?" Dengus kesal Naomi.
"Akan aku beri pelajaran mereka."
"Tidak perlu, biarkan saja!" Ameera menahan lengan sahabatnya.
"Tapi mereka seenaknya saja menghakimi orang tanpa tahu kenyataannya!"
"Tidak apa-apa."
"Sorry Meer, untuk kali ini aku tidak akan tinggal diam," Naomi beranjak dari duduknya dan menggebrak meja mereka hingga kelima karyawan wanita itu tersentak.
"Kamu apa-apaan sih, datang-datang membuat keributan!" Bentak salah satu dari wanita itu.
"Maksud ucapan kalian tadi apa hah? Enak saja menghakimi orang lain tanpa menyelidiki dulu kebenarannya!"
"Loh, kenapa marah! Jika tidak merasa kenapa harus marah kecuali...."
Belum selesai wanita itu melanjutkan kalimatnya, Naomi sudah menyela.
"Jaga mulut kalian! sekali lagi aku dengar kalian menggunjingkan Ameera, tanggung sendiri akibatnya!"
Ameera lalu menarik tangan Naomi untuk pergi meninggalkan kantin.
"Seharusnya tadi kamu jangan meleraiku!" Protes Naomi.
"Sudah tidak apa-apa," ucap Ameera dengan suara tercekat.
Naomi melirik sekilas wajah sahabatnya, kedua pelupuk mata gadis itu dipenuhi genangan air mata.
"Meera!" Naomi memeluk tubuh sahabatnya, kini mereka berdua berada di halaman belakang kantor.
"Apa salahku? Kenapa nasib buruk selalu menimpaku?" Ucap Ameera disela isak tangisnya.
"Nasib selalu mempermainkanku, Nom!"
"Sabar ya Meer, ini ujian hidup dari Tuhan. Kamu harus kuat menghadapainya." Naomi mengusap punggung sahabatnya dengan lembut.
Dari kejauhan sepasang mata elang menatap semua kericuhan yang terjadi di kantin kantor, tangan pria itu mengepal.
Tok
Tok
Tok
Terdengar suara ketukan pintu.
"Masuk!"
"Permisi tuan, saya ingin menyampaikan bahwa tadi siang di kantin kantor terjadi keributan antara mahasiswa magang dengan seorang pegawai resepsionis," jelas pria itu. Ia merupakan seorang security perusahaan.
"Siapa maksudmu?"
"Naomi, tuan!"
Tanpa mengetuk pintu, Joe langsung masuk ke dalam ruangan dan menimpali ucapan security di depannya.
"Wajar saja Naomi marah karena wanita itu menggunjingkan Ameera dan mengatakan bahwa ia tengah mengandung ANAK HARAM!" Ucap Joe penuh penekanan.
"Kamu kembali bertugas," titah Mark kepada security perusahaan.
Kemudian pria itu pergi meninggalkan ruangan, kini hanya ada Mark dan Joe dalam ruangan.
"Jelaskan padaku, apa yang sudah terjadi!"
"Istri sirimu digosipakan oleh seluruh karyawan. Apa kamu tidak mengetahuinya?"
"Tidak Joe!"
"Tuan, seharusnya anda lebih peka dengan lingkungan sekitar. Saat ini semua orang menggunjingkan Ameera!" Ucap Joe sinis.
"Mereka mengatakan, bahwa istri sirimu mengandung anak haram!"
"Brengsek! Rupanya mereka sudah bosan hidup, berani-beraninya mengatakan anakku, anak haram!" Mark mengepalkan tangan, menggertakan gigi, emosinya tersulut kala calon anaknya disebut anak haram.
"Joe, bereskan masalah ini. Temukan dalangnya dan bungkam semua mulut mereka. Jika perlu pecat saja dari sini karena aku tidak ingin memiliki pegawai yang hobinya menggunjingkan orang lain," titah Mark.
Tanpa menunggu lama, Joe melaksanakan perintah atasanya. Pria itu membungkam semua mulut para karyawan dan memecat dua wanita yang berjaga di bagian resepsionis karena ia merupakan dalang atas tersebarnya gosip di perusahaan.
"Ameera tidak bersalah, akulah yang merampas kesuciannya sehingga menyebabkan ia mengandung," ucap Mark penuh penyesalan.
"Selamat Menikmati"