Aku terpaksa mengikuti permainan orang orang kaya dengan meminum satu botol wiski demi uang untuk operasi jantung adikku.
Siapa sangka setelah itu aku terbangun di pagi harinya sudah kehilangan kesucianku, dan yang lebih menyakitkan lagi, aku sama sekali tidak tahu siapa pria yang sudah menodaiku.
Dengan berlinang air mata, aku kabur dari hotel menuju rumah sakit. Aku menangis sejadi-jadinya untuk menghilangkan sesak di dadaku.
Aku Stevani Yunsu bukanlah wanita murahan. Apakah pria itu akan bertanggung jawab atas perbuatan malam itu?
Ikuti cerita novelku...🤗🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💞💋😘M!$$ Y0U😘💋💞, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan
Stevani berdiri dengan canggung di ruangan Huber. Ia mengetukkan sepatunya di lantai sambil menunggu Huber berbicara.
"Duduklah Van." perintah Huber.
Stevani menganggukkan kepalanya lalu duduk.
"Aku bingung harus berbicara apa denganmu, tapi kau selalu saja bermasalah dengan tamu tamu Van."
"Maaf pak."
"Sebenarnya aku tak bisa menyalahkanmu dalam masalah ini. Kau memang sangat cantik dan selalu menarik perhatian para tamu VIP. Tapi pertahanan harga dirimu lah yang menjadi masalah. Mengapa kau tak bisa lebih ramah pada tamu Van?"
"Karena aku bukan wanita murahan." pikir Stevani.
"Belajarlah minum untuk menemani tamu yang menginginkanmu. Temani mereka mengobrol walaupun hanya sebentar. Kau bukan robot yang hanya khusus mengantarkan minuman. Kau tahu sejak awal pekerjaanmu seperti apa. Jika kau mempertahankan kesucianmu silahkan, tapi hanya sedikit sentuhan mengapa selalu menjadi masalah buatmu." ujar Huber lagi.
Stevani menggertakkan giginya. Bagaimana mungkin pria yang di depannya mengatakan hal seperti itu seolah-olah tidak ada masalah jika pria lain menyentuhnya.
"Aku hanya pengantar minuman pak Huber, bukankah ada beberapa karyawan yang melayani mereka. Mengapa aku juga harus seperti itu?" tanya Stevani.
"Itulah pekerjaan di klub malam. Wanita yang suci tak cocok disini. Jika kau tak bisa merubah sikapmu, lebih baik kau keluar dari sini dan mencari pekerjaan lain." jawab Huber.
"Apa yang harus aku lakukan Tuhan?" pikir Stevani.
"Aku akan menunggu perubahanmu selama satu minggu kedepan. Jika kau tak bisa berubah, jangan salahkan aku jika harus membuatmu berhenti dari sini. Sekarang kembalilah bekerja." ujar Huber.
Stevani tak berkata apapun, ia langsung keluar dari ruangan. Ia terkesiap saat tangan seseorang menarik tangannya. Itu adalah Angga, pria itu terus menarik tangan Stevani.
"Lepaskan kak." ujar Stevani.
Setelah sampai di tempat yang lebih sepi, Angga pun melepaskan tangannya.
"Apa yang dikatakan pak Huber, ia tak memecatmu kan? Kau masih tetap bekerja disini kan?" tanya Angga.
"Kak, mengapa kau meninggalkan bar?"
"Ada karyawan yang lain, aku pamit ke toilet. Van jawab pertanyaanku."
"Pak Huber tidak memecatku sekarang." jawab Stevani.
"Apa maksudmu dengan kata tidak sekarang?"
"Ia memberiku waktu seminggu untuk lebih berani melayani tamu dan belajar minum alkohol."
Seketika Angga mengumpat dan memaki maki managernya membuat Stevani akhirnya tertawa.
"Apa yang lucu nona?" tanya Angga kesal.
"Kau sangat baik karena mewakiliku untuk memaki pak Huber. Kak Angga aku rasa pak Huber benar, aku harus lebih berani..."
"Tidak...!" potong Angga. "Tetaplah seperti Stevani yang aku kenal. Jangan berubah menjadi wanita yang..."
Angga menghentikan ucapannya, bagaimana ia bisa melindungi wanita yang ia sukai di depannya.
"Kak Angga tenang saja, aku tidak akan berbuat seperti itu. Tapi setidaknya, aku bersedia menemani mereka walaupun sebentar." ujar Stevani.
"Tak bisakah kau berhenti saja Van?" tanya Angga.
"Harus berapa kali aku mengatakan masalah ini kak. Aku butuh banyak uang untuk operasi Zaline. Aku masih butuh pekerjaan ini, gaji disini sangat tinggi, belum lagi tips dari pelanggan yang baik. Aku hanya butuh beberapa bulan lagi untuk mengumpulkan uangnya. Sedikit lagi uang dua ratus juta itu akan terkumpul, aku harus sabar kak." jawab Stevani.
"Van...aku ingin mengatakan sesuatu padamu, sebenarnya aku... aku..."
"Kembalilah bekerja kak, aku juga harus kembali sebelum pak Huber berteriak lagi." potong Stevani seraya meninggalkan Angga.
"Aku mencintaimu Van, menikahlah denganku. Aku akan mengusahakan uang itu untuk operasi Zaline. Mengapa aku sulit mengatakannya di depanmu." pikir Angga.
Pria itu pun segera kembali ke bar untuk meneruskan pekerjaannya.
*****
Alex akhirnya memarkirkan mobilnya di depan sebuah klub malam. Zionel melihat klub tersebut dari jendela mobilnya.
"Jadi klub terbaik di kota ini?" tanya Zionel.
"Menurut informasi dari ponsel ini ya seperti itu pak. Disini ruangan kelas atas dan bawah dipisahkan. Bukankah anda ingin minum dengan tenang?"
"Baiklah, kita lihat seperti apa klubnya." ujar Zionel seraya membuka pintunya sendiri lalu keluar dari dalam mobilnya.
Alex ikut keluar dari dalam mobilnya, mereka pun mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam klub. Suara kebisingan khas klub malam langsung terdengar. Pelayan menyambut mereka dan bertanya ruangan yang mereka inginkan.
"Ruangan yang bersih, tenang dan nyaman untuk atasanku." pinta Alex.
"Silahkan pak." jawab pelayan tersebut sambil membawa mereka menuju ruangan VIP. "Ini ruangan terbaik yang anda inginkan." sambung pelayan tersebut seraya membuka pintu ruangan.
Zionel dan Alex masuk ke dalam ruangan. Keduanya menatap ruangan tersebut, Zionel merasa puas dengan pilihan klubnya. Ia pun segera duduk dan mulai membaca menu makanan dan minumannya.
"Lex pesanlah makanan jika lapar, aku hanya ingin minum saja. Nona... apakah disini menyediakan wine?" tanya Zionel.
Pelayan itu terkejut, itu adalah minuman termahal di klubnya dan hanya pemegang saham yang suka memesannya.
Zionel menjetikkan jarinya pada pelayan. "Hei...aku bertanya padamu." ujarnya.
"Ah... maaf tuan tentu saja ada." jawab pelayan tersebut.
"1 botol wine..."
"Dan makanan terbaik di klub ini juga air putih." sahut Alex.
"Baik tuan, mohon ditunggu sebentar." ujar pelayan tersebut lalu keluar dari ruangan.
"Apa aku salah?" tanya Zionel pada Alex.
"Apa yang salah." jawab Alex.
"Pelayan tadi sepertinya tak percaya aku memesan wine."
Alex terkekeh. "Mungkin jarang sekali ada yang berani memesan minuman seharga rumah mewah pak."
"Ciiiih...apa aku terlihat miskin sekarang hingga wanita itu tak percaya?"
"Anda terlalu berlebihan. Ia hanya terkejut."
"Mengapa kau tak memesan minuman kesukaanmu, kau malah minum air putih?"
"Apa ada yang lupa mengatakan padaku jika ia lebih suka aku yang menyetir mobilnya?" ejek Alex.
"Kita bisa menghubungi supir jika kau juga ingin minum Lex." kata Zionel.
Alex menggelengkan kepalanya. "Aku sedang tak mau minum, aku benar benar lapar."
"Sepertinya seafood yang kau makan sudah tak berada di perutmu lagi. Seingatku kau bahkan menghabiskan satu meja makanan berisi seafood itu." ejek Zionel.
Alex kembali tertawa. Pintu ruangan kembali di ketuk. Alex yang menjawab ketukan itu. Seorang wanita cantik dengan kaki yang jenjang berkulit putih membawa minuman mahal tersebut. Alex terkejut melihat wanita secantik itu ada di sebuah klub sebagai pengantar minuman. Wanita itu tersenyum seraya meletakkan minumannya dengan hati hati di mejanya.
"Apa butuh bantuan untuk menuangkannya?" tanya Stevani.
Suara lembutnya membuat Zionel akhirnya mendongakkan kepalanya. Ia terkejut saat melihat wanita cantik itu. Ia menatap Stevani tanpa berkedip begitu juga dengan Alex.
"Tuan...!" ujar Stevani menyadarkan keduanya.
"Terima kasih." jawab Alex.
Zionel kembali menatap ponselnya berusaha tak perduli pada kehadiran wanita itu.
"Pak Zio, ia bertanya apakah perlu dituangkan?" ujar Alex pada atasannya.
"Silahkan." jawab Zionel datar.
"Mengapa ada pria tampan sedingin ini, ia bahkan tak mau menatapku saat menjawab. Apakah aku kurang ramah? Kata pak Huber ini adalah tamu penting karena memesan sebotol wine termahal. Aku harus membuatnya puas hingga akan kembali kemari." pikir Stevani.
Stevani menuangkan minumannya dengan perlahan, ia kembali tersenyum pada Alex yang masih menatapnya.
"Apakah anda butuh yang lain?" tanya Stevani.
"Bisakah anda tetap disini?" pinta Alex.
"Tentu saja tu..."
"Tidak." potong Zionel. "Kami tak butuh wanita sepertimu." sambungnya kasar.
"Ayolah pak Zio, biarkan aku..."
Seketika Zionel menatapnya dengan tajam.
"Oh baiklah, anda silahkan keluar saja nona. Atasanku sebentar lagi mengeluarkan taringnya." ujar Alex.
Stevani tak bisa menahan tawanya ia terkekeh membuat Zionel kembali menatap wanita itu.
"Bagaimana ada wanita secantik ini di sebuah klub, apa wajahnya melakukan operasi plastik untuk menarik perhatian. Dasar wanita murahan, mengapa aku sangat tertarik padanya. Sialan... sadarlah Zio... apa yang sedang kau pikirkan." pikir Zionel.
Stevani menahan tawanya lalu mengangguk, ia pun meninggalkan ruangan begitu saja.
*****
Happy Reading All...😘😘😘