Bagaimana perasaanmu jika kamu di madu di saat pernikahanmu baru berumur sepekan? Itu yang aku alami, aku di madu, suamiku menikahi kekasihnya yang teramat di cinta olehnya.
Aku tak pernah dianggap istri olehnya, meski aku istri pertamanya. Namun cintanya hanya untuk istri keduanya
Aku menjalani pernikahan ini dengan begitu berat. mungkin ini cara ku untuk membalas kebaikan pada Ayah Mas Alan, beliau begitu baik membiayai kuliahku selalu menjaga dan melindungiku setelah Ayah dan Ibuku meninggal saat diriku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.
Aku tak habis pikir jika kisah hidupku akan serumit ini, di tinggal orang tua, menikah pun di madu. Sungguh tragis kisah hidupku.
Hingga akhirnya Ayah sangat membenci Mas Alan setelah tahu kelakuan anaknya, dan Ayah membawaku pergi jauh dari kehidupan Mas Alan dan Maduku setelah aku dan Mas Alan bercerai.
Cerita ini karena terinspirasi tapi bukan plagiat! Bacalah, dan temukan perbedaannya🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon winda W.N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 8. Menantu baik dan cantik
"doakan Ayah cepat sehat ya nak," ucap Ayah,sambil mengusap usap lembut punggungku.
"Nia sayang sama Ayah, jadi Nia tak pernah lupa berdoa untuk Ayah," ucapku berusaha tersenyum pada Ayah.
"terima kasih Nia, Ayah beruntung memiliki menantu baik dan cantik sepertimu," puji Beliau.
Aku terharu dengan ucapan Ayah, andaikan Mas Alan juga memujiku seperti Ayah. Ah..rasanya itu tidak mungkin, di hatinya sudah tercantum nama dan wajah ayunya Lala.
"Nia lebih beruntung memiliki Ayah seperti Ayah Ilham," kupeluk kembali tubuh Ayah dengan penuh kasih.
Tanpa aku dan Ayah sadari, Mas Alan ternyata mendengar semua pembicaraanku dan Ayah. Kini dia maju mendekati aku dan Ayah.
"Ayah, maafkan Alan ya. Alan dan Nia baru bisa berkunjung sekarang," ucap Mas Alan mencium kening Ayah penuh kasih.
Aku terharu melihat Anak dan Ayah yang saling mengasihi, apa lagi sikap lembut Mas Alan pada Ayah membuatku kagum. Tapi itu tidak membuat hatiku berubah pikiran, suatu saat nanti jika waktunya sudah tepat, aku tetap akan berpisah dengannya.
"kenapa Ayah gak di rawat di rumah sakit saja Yah?" suara lembut Mas Alan.
"Ayah lebih nyaman di rawat di rumah saja, gak terdengar kebrisikan di rumah sakit," ucap Ayah.
"apa Ayah sudah makan?" tanyaku lembut, Mas Alan pun menatapku sendu.
"Ayah sudah makan, kamu sebaiknya istirahat Nia. Kamu pasti lelah," ucap beliau lembut, ucapan dan perhatian yang gak pernah ku dapat dari anak beliau.
Aku mengangguk. "Nia permisi dulu ya Yah, nanti jika Ayah perlu sesuatu. Panggil saja Nia ya Yah, Nia pasti datang," ucapku yang juga di jawab senyum dan anggukan oleh Ayah.
Aku masuk ke dalam kamarku dan Mas Alan, kamar yang dulu menjadi saksi malam pertamaku. Malam pertama yang gak akan bisa aku lupakan.
***
Waktu itu Mas Alan sungguh keterlaluan, dia mengusirku dari ranjang dan menyuruh tidur di sofa. "tidur di sofa, ini kasur kesayanganku. Jadi kau tak boleh tidur di sini," bentakan yang masih terngiang di telingaku. "jangan harap aku mau menyentuhmu, aku hanya akan menyentuh wanita yang aku cintai, dan itu bukanlah kamu," itu adalah kata kata yang pertama kali menyayat hatiku.
***
Dan terbukti wanita itu adalah Lala, wanita yang sangat dia inginkan. Butiran bening pun kembali menetes mengingat kejadian malam pertamaku dulu.
Sebelum kejadian itu terulang lagi, aku membaringkan tubuhku di sofa, ku pejamkan mata lalu mencoba masuk ke alam mimpi.
Kudengar suara pintu terbuka lalu tertutup pelan, namun aku enggan membuka mataku dan melanjutkan mimpiku.
Kini aku merasa tubuhku melayang layang di udara, mungkin aku sedang berada di alam mimpi. Tapi aku mendengar suara yang jelas nyata, "maafkan aku" suara yang jelas tepat di telingaku. Suara yang tak asing, aku terlonjak kaget saat ada sentuhan lembut di kepala lalu di pipiku.
"apa yang kau lakukan Mas," tanyaku terkejut dan menggeser tubuhku menjauh darinya.
"tidurlah di ranjang, aku yang akan tidur di sofa," aku pun membelalakan mataku, aku mencoba menyadarkan diriku. Ini bukan seperti Mas Alan yang egois, tapi ini benar benar nyata. Dia tidak seperti Mas Alan waktu pertama kali menikah. Apa jangan jangan ini hanya siasat agar aku mengurungkan niatku.
Aku hanya mengangguk tanpa berkata, dan ku berbaring melanjutkan tidurku.
Pukul 04.00.Wib, ku beranjak menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Melaksanakan sholat subuh, setelah salam tak lupa berdzikir dan ku panjatkan doa kepada Allah yang maha kuasa.
Ku lantunkan surat Al-Insyirah, yang merupakan salah satu Surah yang bisa memberikan kelapangan hati bagi siapa saja yang membacanya. Agar aku bisa menerima dengan lapang dada dengan kehidupanku ini.
Aku pecaya bahwa sesungguhnya setelah kesulitan yang aku jalani, suatu saat akan ada kemudahan.
"apa kau selalu mengaji?" Suara Mas Alan mengejutkanku.
"hm...karna dengan membaca Al-Qur'an bisa membuat hatiku tenang," ucapku datar sambil membuka mukena, untung saja kerudungku tak kulepas tadi.
"aku tak pernah mendengarnya,"
"mana mungkin kamu mendengarkannya, apa pentingnya mendengarkanku mengaji. Yang terpenting bagimu hanya memanjakan istri tercintamu kan," kulipat mukena dan ku letakan di dalam lemari.
"cukup Nia, aku tak ingin berdebat di rumah Ayah," bentaknya.
"Ayah," lirihku lalu meninggalkan Mas Alan dan berlari menuju kamar Ayah.
"Assalamualaikum, selamat pagi Yah," sapaku santun yang di sambut senyuman manis dari Ayah.
"wallaikumsalam Nia, sudah sholat subuh nak," ucap beliau Mengingatkanku.
"sudah Yah, gimana keadaan Ayah sekarang?"
"Ayah sudah sedikit baikan," ucapan lembut dari Ayah.
"Nia ke dapur dulu ya Yah, Nia buatkan bubur buat Ayah," ucapku yang di sambut anggukan oleh Ayah dan ku melangkah menuju dapur.
krn lala wujud iblis berbentuk manusia.
lala sudah menghancurkan pernikahan nia dan alan.