NovelToon NovelToon
Tunangan Palsu Sang CEO Dan Pewaris Tersembunyi

Tunangan Palsu Sang CEO Dan Pewaris Tersembunyi

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Nikahmuda / Reinkarnasi / Fantasi Wanita / Nikah Kontrak
Popularitas:471
Nilai: 5
Nama Author: ᴛʜᴇ ꜱᴀᴅɪᴇ

CEO dingin Ardan Hidayat harus bertunangan dalam tiga bulan demi warisan. Ia memilih Risa Dewi, gadis keras kepala yang baru saja menghancurkan kuenya, untuk kontrak pertunangan palsu tanpa cinta. Tapi saat mereka hidup bersama, rahasia keluarga Risa sebagai Pewaris Tersembunyi keluarga rival mulai terkuak. Bisakah kepura-puraan mereka menjadi kenyataan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ᴛʜᴇ ꜱᴀᴅɪᴇ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Guncangan Rahasia dan Taktik Ardan

Keheningan yang singkat pasca-konferensi pers dan makan malam di kediaman Dirgantara tiba-tiba hancur berkeping-keping. Pagi itu, saat Risa sedang bersiap untuk kelas sejarah seni, Pak Hadi masuk ke kamarnya dengan wajah sepucat hantu. Di tangannya terdapat tablet yang menampilkan halaman depan portal berita online terkemuka.

"Nona Risa, Anda harus melihat ini," bisik Pak Hadi, suaranya dipenuhi ketakutan.

Risa meraih tablet itu. Judul besar berwarna merah mencolok menyambutnya: "Misteri Tunangan CEO Hidayat: Benarkah Risa Dewi Cucu yang Hilang dari Musuh Bebuyutan Hidayat Group?"

Di bawahnya, artikel itu tidak secara eksplisit menyebut Pak Jaya, tetapi menarasikan kisah seorang cucu perempuan yang ditinggalkan, yang disembunyikan di pinggiran kota, dan sekarang tiba-tiba muncul di pusat kekuasaan. Ada spekulasi licik, diselingi fakta-fakta kecil tentang masa lalu Nenek Wulan yang hanya diketahui oleh segelintir orang.

Tangan Risa gemetar hebat. Bima tidak hanya mengancam; ia bertindak. Kebohongan yang ia jaga mati-matian kini mulai bocor ke publik, mengancam untuk memicu perang antara dua konglomerat terbesar di Indonesia.

Sesaat kemudian, pintu kamar terbuka keras. Ardan masuk, matanya merah menyala karena amarah. Ia mengenakan setelan jas, tetapi penampilannya kacau; dasinya longgar, dan rambutnya sedikit berantakan—tanda pasti bahwa ia sangat marah dan terkejut.

"Apa maksud semua ini, Risa?" tuntut Ardan, melemparkan koran ke tempat tidur, lipatannya tepat menampilkan artikel yang sama.

"Tuan Ardan, saya..." Risa tercekat. Semua kebohongan yang ia siapkan terasa hampa di hadapan kemarahan Ardan.

"Kau berjanji untuk tidak menyembunyikan apa pun yang relevan dengan kontrak ini!" bentak Ardan, nadanya setajam pedang. "Apakah ini benar? Apakah kau ada hubungan dengan keluarga Jaya? Jawab aku!"

Risa menundukkan kepala. Tidak ada gunanya menyangkal. "Saya... saya baru tahu beberapa hari yang lalu, Tuan Ardan. Nenek saya baru memberitahu. Dia bilang... kakek kandung saya adalah Pak Jaya."

Ardan tersentak mundur, seolah Risa baru saja menamparnya. Wajahnya yang tegang kini dipenuhi kekecewaan dan rasa dikhianati yang mendalam.

"Pak Jaya. Saingan terbesar Hidayat Group selama dua puluh tahun. Dan kau, tunangan palsuku, adalah cucunya yang hilang," Ardan menyeringai sinis. "Kau tahu, aku harusnya curiga. Tidak ada yang datang dari jalanan bisa sebersih ini tanpa ada rahasia besar."

"Saya tidak tahu! Dan saya bukan mata-mata, Ardan! Saya bersumpah!" Risa memohon, air mata mulai menggenang di matanya. "Nenek hanya ingin melindungi saya. Dia melarikan diri agar saya tidak ditarik ke dalam intrik bisnis Anda!"

Ardan mengabaikan pembelaan Risa. Ia mulai berjalan mondar-mandir di ruangan itu, pikirannya bekerja cepat. "Bima pasti yang membocorkannya. Dia tahu ini akan menghancurkan citra Hidayat Group. Investasi Taiwan itu... semuanya akan goyah."

Ardan berhenti tepat di depan Risa, tatapannya menusuk. "Kau telah menempatkanku dalam bahaya yang tidak terbayangkan. Tapi sekarang, kau adalah satu-satunya senjata yang kumiliki."

"Senjata?"

"Ya. Kita tidak bisa menyangkal berita ini sepenuhnya, itu hanya akan memicu kecurigaan lebih lanjut," jelas Ardan. "Kita harus menggunakan kebenaran parsial ini untuk keuntungan kita. Pak Hadi akan segera membuat pernyataan. Kita tidak akan menyangkal hubunganmu dengan Pak Jaya, tetapi kita akan mengubah narasinya."

Ardan mencengkeram bahu Risa, genggamannya kuat. "Mulai sekarang, Risa, kau bukan lagi tunangan palsu. Kau adalah Jembatan Damai antara Hidayat Group dan Jaya Sakti. Kau adalah wanita yang memilih cinta di atas keluarga. Kita akan membingkai kisah ini sebagai kisah cinta terlarang yang begitu kuat, sehingga mampu mengakhiri permusuhan bisnis bertahun-tahun."

Risa menatap Ardan, terkejut dengan kecepatan dan keberanian taktiknya. "Tapi itu benar-benar bohong!"

"Semua di dunia ini adalah kebohongan yang rapi, Risa," Ardan mendesis. "Dan aku butuh kebohongan yang rapi sekarang. Kau akan menunjukkan kepada dunia bahwa kau mencintaiku dan kau memilihku, terlepas dari darah Pak Jaya yang mengalir di nadimu. Aku tidak peduli dengan perasaanmu yang sebenarnya. Yang penting, dunia harus percaya."

Ardan melepaskan Risa, menarik napas dalam-dalam. "Kita akan mengadakan wawancara eksklusif malam ini dengan Majalah Prestise. Kau akan tampil di depan umum, berbicara tentang 'cinta' kita, dan kau akan menyangkal semua motif tersembunyi. Kau harus tampil meyakinkan, Risa. Jika tidak, aku akan kehilangan perusahaanku, dan kau akan kehilangan segalanya, termasuk Nenekmu."

Ancaman itu menghantam Risa lebih keras daripada berita apa pun. Ia tahu Ardan tidak main-main. Ia harus bertindak.

"Saya akan melakukannya," kata Risa, suaranya mantap. Ketakutan digantikan oleh tekad yang dingin. "Tapi saya akan melakukannya dengan syarat. Saya ingin terlibat dalam strategi public relations ini. Saya tahu bagaimana Bima berpikir. Saya tahu bagaimana dunia memandang orang seperti saya. Biarkan saya membantu membuat kebohongan ini terdengar nyata."

Ardan menatap Risa, melihat bukan lagi gadis yang ketakutan, tetapi seorang wanita yang mengambil kendali. Ada kilatan persetujuan di matanya.

"Baik. Kau adalah tunanganku. Tunjukkan padaku apa yang bisa kau lakukan, Risa Dewi. Tunjukkan padaku bahwa kau layak menjadi Jembatan Damaiku."

Malam itu, di kediaman Ardan, Risa dan Ardan duduk bersebelahan di depan reporter Majalah Prestise. Mereka berpose mesra, tangan Ardan memeluk pinggang Risa, sementara Risa bersandar ke bahunya dengan ekspresi yang begitu lembut, begitu penuh cinta, sehingga Risa sendiri hampir lupa bahwa itu adalah sandiwara.

Saat reporter mengajukan pertanyaan tentang Pak Jaya, Risa menatap langsung ke kamera.

"Saya sangat menghormati kakek kandung saya, Pak Jaya," kata Risa dengan suara yang tulus. "Namun, saya tidak mengenal beliau secara pribadi. Saya hanya mengenal cinta yang telah tumbuh antara saya dan Ardan. Cinta ini tidak memandang latar belakang, atau permusuhan lama. Cinta ini adalah tentang masa depan. Dan saya memilih masa depan bersama Ardan."

Saat Risa selesai berbicara, ia merasakan tekanan tangan Ardan di pinggangnya mengerat. Bukan karena perintah, tapi karena sesuatu yang lebih dalam. Ardan, yang selama ini terkenal dingin dan tanpa emosi, tampak terharu oleh ketulusan yang disandiwara Risa.

Ardan menatap Risa, dan kali ini, ia tidak berciuman untuk kamera. Ia berciuman karena dorongan yang tidak dapat ia kendalikan. Ciuman yang lebih lama dan lebih dalam dari sebelumnya, ciuman yang terasa seperti pengakuan, bukan sandiwara.

Saat ciuman itu berakhir, Risa menatap mata Ardan, dan ia tahu. Garis antara kontrak dan hati mereka baru saja terhapus.

1
....
penulis yang bagus, pertahankan dia /Chuckle/
....
ini menjadi menarik /Hey/
....
aku penasaran apakah mereka akan berakhir bersama /Shame/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!