"Aku mati. Dibunuh oleh suamiku sendiri setelah semua penderitaan KDRT dan pengkhianatan. Kini, aku kembali. Dan kali ini, aku punya sistem."
Risa Permata adalah pewaris yang jatuh miskin. Setelah kematian tragis ayahnya, ia dipaksa menikah dengan Doni, anak kepala desa baru yang kejam dan manipulatif. Seluruh hidup Risa dari warisan, kehormatan, hingga harga dirinya diinjak-injak oleh suami yang berselingkuh, berjudi, dan gemar melakukan KDRT. Puncaknya, ia dibunuh setelah mengetahui kebenaran : kematian orang tuanya adalah konspirasi berdarah yang melibatkan Doni dan seluruh keluarga besarnya.
Tepat saat jiwanya lepas, Sistem Kehidupan Kedua aktif!
Risa kembali ke masa lalu, ke tubuhnya yang sama, tetapi kini dengan kekuatan sistem di tangannya. Setiap misi yang berhasil ia selesaikan akan memberinya Reward berupa Skill baru yang berguna untuk bertahan hidup dan membalikkan takdir.
Dapatkah Risa menyelesaikan semua misi, mendapatkan Skill tertinggi, dan mengubah nasibnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kde_Noirsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 : Rahasia Darah: Kebenaran di Balik Klan Adhyaksa
Pernyataan Leo menggantung di udara pelabuhan yang dingin, lebih tajam dari sembilu yang pernah menyayat hati Risa di kehidupan pertamanya. Dunia seolah berhenti berputar. Suara sirine pemadam kebakaran, deru ombak, dan kericuhan di latar belakang mendadak menjadi senyap, menyisakan detak jantung Risa yang berdegup kencang di balik dadanya.
"Tidak... itu tidak mungkin," bisik Risa, matanya terpaku pada tablet yang dipegang Leo. "Ayahku adalah Baskoro. Aku tumbuh besar dengan cintanya. Ibuku... Ibuku mencintai Ayah!"
Revano berdiri mematung di sampingnya. Pria yang biasanya memiliki kendali penuh atas setiap situasi itu kini tampak goyah. Tangannya yang masih memegang pistol perak perlahan turun. Tatapannya pada Risa berubah—bukan lagi tatapan seorang predator pada rekannya, melainkan tatapan penuh kengerian dan keraguan yang mendalam.
[SISTEM : PERINGATAN! STABILITAS MENTAL SUBJEK MENURUN.]
[DATA BARU TERDETEKSI : ENKRIPSI RAHASIA CLAN ADHYAKSA TELAH TERBUKA.]
[WARNING : STATUS HUBUNGAN DENGAN REVANNO ADHYAKSA DALAM BAHAYA.]
"Risa..." suara Revano terdengar parau. "Jika ini benar, maka pernikahan kita bukan hanya skandal. Ini adalah kehancuran bagi seluruh silsilah keluarga Adhyaksa. Kakekku... Tuan Besar... dia tidak pernah menyebutkan soal ini."
Risa merebut tablet itu dari tangan Leo. Ia membaca setiap baris korespondensi antara ibunya, Lestari, dan Tuan Besar Adhyaksa tiga puluh tahun yang lalu. Di sana tertulis jelas bahwa Lestari melarikan diri bukan hanya karena menolak Adrian, tetapi karena ia membawa benih dari sang penguasa tertinggi Adhyaksa—benih yang dianggap sebagai ancaman bagi pewaris sah, yaitu ayah Revano.
"Baskoro menyelamatkan Ibuku," suara Risa bergetar hebat. "Dia menikahinya untuk melindungiku. Dia memberiku nama Permata agar aku tidak pernah disentuh oleh kegelapan Adhyaksa. Selama ini... aku hidup di atas pengorbanan pria yang bahkan bukan ayah kandungku."
Air mata Risa jatuh di layar digital itu. Rasa bersalah yang luar biasa menghantamnya. Di kehidupan sebelumnya, ia membiarkan Baskoro mati dalam kesendirian yang tragis, tanpa pernah tahu betapa besarnya rahasia yang pria itu simpan demi keselamatannya.
Tiba-tiba, Revano menarik napas tajam. Ia menatap Risa dengan mata yang kembali mengeras. "Tapi ada yang aneh, Risa. Jika kau adalah putri Kakek, kenapa Adrian ingin membunuhmu? Bukankah kau adalah aset berharga baginya untuk mengklaim takhta Adhyaksa?"
"Karena Adrian tahu sesuatu yang tidak kita ketahui," Risa menyeka air matanya, ketajaman matanya kembali. "Ingat pesan Melati tadi? 'Darah Adhyaksa dalam dirimu adalah kunci'. Ada sebuah brankas pusat atau sistem keamanan yang hanya bisa dibuka dengan biometrik keturunan langsung Tuan Besar."
Mansion Adhyaksa - Malam Hari
Setelah kekacauan di pelabuhan, suasana di mansion Adhyaksa berubah total. Tidak ada lagi kehangatan pernikahan kontrak yang baru saja mereka mulai. Risa dikurung di salah satu sayap mansion, sementara Revano menghilang di balik pintu ruang perpustakaan bersama tim hukumnya.
Risa duduk di tepi ranjang, menatap ke arah jendela. Di luar, hujan deras mengguyur Jakarta, seolah-olah alam sedang ikut menangisi identitasnya yang hancur.
[SISTEM : MISI BARU - MENGHADAPI SANG PENGUASA.]
[TUJUAN : DAPATKAN PENGAKUAN DARI TUAN BESAR ADHYAKSA.]
[INFO : REVANNO SEDANG DIHASUT OLEH SANTI ADHYAKSA UNTUK MEMBATALKAN PERNIKAHAN.]
Risa berdiri. Ia tidak bisa hanya duduk diam. Jika ia adalah darah Adhyaksa, maka ia memiliki hak lebih dari siapa pun di rumah ini. Ia berjalan keluar kamar, mengabaikan penjaga yang mencoba menghalanginya. Dengan Skill Manipulasi Pikiran, ia membuat para penjaga itu merasa kebingungan sejenak, cukup lama baginya untuk melesat menuju ruang perpustakaan.
Saat ia sampai di depan pintu perpustakaan, ia mendengar suara Santi yang melengking.
"Revano, kau harus sadar! Dia adalah anak haram kakekmu! Menikahinya berarti kau menyerahkan seluruh kekuasaanmu padanya! Usir dia sekarang sebelum dia menggunakan darahnya untuk mengusir kita!"
Risa mendorong pintu itu dengan keras. BRAKK!
"Bicara soal anak haram, Kak Santi?" suara Risa dingin dan tajam. "Atau kau takut aku akan membongkar bahwa kau sendiri telah mencuri dana yayasan keluarga selama lima tahun terakhir?"
Santi memucat. Revano menatap Risa dengan lelah. "Risa, masuklah. Kita perlu bicara bertiga dengan Kakek."
Di tengah ruangan yang gelap itu, duduklah Tuan Besar Adhyaksa di kursi rodanya. Pria tua yang di kehidupan lalu hanya Risa lihat dari kejauhan itu kini menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Mata itu..." bisik Tuan Besar. "Kau benar-benar memiliki mata Lestari. Baskoro berhasil menyembunyikanmu dengan baik selama dua puluh tahun."
"Kenapa kau membuangnya?" tanya Risa tanpa basa-basi.
Tuan Besar tertawa kecil, suara tawa yang kering. "Aku tidak membuangnya. Aku memberinya pilihan: tetap di Jakarta dan melihatmu mati di tangan istriku yang cemburu, atau pergi dan hidup sebagai orang biasa. Dia memilihmu, Risa. Dia mengorbankan statusnya demi nyawamu."
"Dan sekarang?" kejar Risa. "Kenapa kau membiarkan Adrian mengejarku?"
"Karena Adrian tahu bahwa kunci dana abadi Adhyaksa hanya bisa dibuka oleh darah murni. Aku sudah tua, Revano bukan darah murniku. Hanya kau, Risa. Kau adalah satu-satunya orang di dunia ini yang bisa membuka peti harta karun keluarga kita yang nilainya bisa membeli satu negara kecil."
Revano tersentak. Selama ini ia mengira ia adalah pewaris tunggal. Ternyata, ia hanyalah "penjaga tempat" bagi pewaris asli yang tidak pernah ia ketahui.
Ketegangan malam itu mencapai puncaknya saat Tuan Besar mengeluarkan sebuah kotak perak kecil.
"Di dalam sini ada protokol untuk mengaktifkan namamu dalam silsilah keluarga. Jika kau menandatanganinya, kau secara resmi menjadi Adhyaksa. Seluruh harta Permata akan kembali ke tanganmu tanpa campur tangan hukum. Tapi syaratnya..." Tuan Besar menjeda, menatap Revano dengan tajam. "...kau harus menceraikan Revano."
Risa tertegun. Revano mengepalkan tangannya di samping meja.
"Keluarga Adhyaksa tidak mengenal pernikahan antar darah yang rumit," lanjut Tuan Besar. "Kau akan aku nikahkan dengan anak dari mitra bisnisku di Singapura untuk memperkuat koalisi internasional kita."
Risa menatap Revano. Di kehidupan lalu, pernikahan adalah penjara baginya. Di kehidupan ini, ia baru saja mulai merasakan sedikit rasa percaya pada pria ini. Apakah ia akan melepaskan Revano demi harta dan nama yang selama ini ia benci?
[SISTEM : PILIHAN KRITIS!]
[1. TERIMA PROTOKOL ADHYAKSA (KEKAYAAN TAK TERBATAS, TAPI KEHILANGAN REVANNO).]
[2. TOLAK (DIBURU OLEH KELUARGA ADHYAKSA, TAPI TETAP BERSAMA REVANNO).]
Risa berjalan mendekati kotak perak itu. Ia mengambil pena emas yang tersedia di sana. Seluruh ruangan menahan napas. Santi tersenyum licik, berharap Risa akan pergi.
Namun, alih-alih menandatangani dokumen itu, Risa justru merobeknya di depan wajah Tuan Besar.
"Aku tidak butuh namamu untuk menjadi kuat," ujar Risa dengan kepala tegak. "Dan aku tidak butuh restumu untuk tetap bersama Revano. Jika aku adalah kunci untuk hartamu, maka harta itu akan terkunci selamanya jika kau mencoba mengatur hidupku."
Risa menoleh ke arah Revano. "Kita pergi dari sini. Sekarang."
Revano, untuk pertama kalinya, tersenyum dengan tulus. Ia merangkul pinggang Risa dan menariknya keluar dari perpustakaan itu, meninggalkan Tuan Besar yang terdiam dalam kemarahannya dan Santi yang ternganga.
Namun, saat mereka berjalan di lorong mansion, lampu tiba-tiba padam. Suara alarm keamanan berbunyi nyaring.
[SISTEM : PERINGATAN! SERANGAN PENYUSUP!]
[TARGET : REVANNO ADHYAKSA.]
[PEMBUNUH BAYARAN TELAH MEMASUKI MANSION LEWAT JALUR BAWAH TANAH!]
Sesosok pria dengan pakaian serba hitam muncul dari kegelapan, memegang belati yang berkilat. Risa segera menarik Revano menghindar. Perkelahian pecah di lorong gelap itu. Risa menggunakan instingnya, namun ia menyadari bahwa penyerang ini sangat terlatih.
Saat penyerang itu terdesak, ia melemparkan sebuah bom asap. Di tengah kabut putih, Risa mendengar suara bisikan yang sangat ia kenali.
"Risa... kau pikir kau sudah bebas? Aku selalu mengawasimu..."
Itu suara Doni Wijaya. Tapi bagaimana mungkin? Doni seharusnya sudah hanyut di sungai Desa Makmur.
Saat asap menipis, penyerang itu sudah menghilang, namun ia meninggalkan sesuatu di lantai: sebuah cincin pernikahan yang sangat kotor dan berkarat. Cincin pernikahan Risa dan Doni dari kehidupan pertamanya.
Risa gemetar. Ketakutan dari masa lalunya kembali menghantui. Doni tidak mati. Dia kembali, dan kali ini dia bekerja untuk seseorang di dalam mansion ini.