NovelToon NovelToon
Babysitter Pavorite

Babysitter Pavorite

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Harem / Cinta pada Pandangan Pertama / Mafia / Romansa
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: SNUR

"Berhenti gemetar Ana.. Aku bahkan belum menyentuhmu." Nada suara itu pelan, rendah, dan berbahaya membuat jantung Ana berdebar tak karuan. Pertemuan mereka seharusnya biasa saja, tapi karena seorang bocah kecil bernama Milo semuanya menjadi berubah drastis. Daniel Alvaro, pria misterius yang membuat jantung ana berdebar di tengah kerasnya hidup miliknya. Semakin Ana ingin menjauh, semakin Daniel menariknya masuk.Antara kehangatan Milo, sentuhan Daniel yang mengguncang, dan misteri yang terus menghantui, Ana sadar bahwa mungkin kedatangannya dalam hidup Daniel dan Milo bukanlah kebetulan,melainkan takdir yang sejak awal sudah direncanakan seseorang.
Bagaimana jadinya jika Ana ternyata mempunyai hubungan Darah dengan Milo?
apa yang akan terjadi jika yang sebenarnya Daniel dan Ana seseorang yang terikat janji suci pernikahan di masa lalu?
Siapa sebenarnya ibu dari Milo? apa hubungannya dengan Ana

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SNUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rasa di terima

"Apa yang sebenarnya terjadi pada gadis itu? " Gumam Daniel dengan pelan. Ia tak habis pikir bagaimana mungkin seorang gadis SMA menderita gerd parah dengan malnutrisi. Orang tua macam apa yang membiarkan anaknya kelaparan.

Daniel duduk di kursi dekat sofa, membaca laporan sambil sesekali melirik gadis itu, sebenarnya dia tidak fokus sama sekali.

Cahaya kuning senja masuk melalui jendela besar ruang tamu, menyinari wajah pucat Ana yang masih terbaring.

Infus menetes dengan stabil. Kompres di dahinya sudah diganti beberapa kali.

Milo tertidur di pangkuan ayahnya, memeluk boneka anjing kesayangannya, masih mengenakan seragam sekolah.

jari-jemari Ana bergerak pelan.

Kelopak matanya bergetar. Napasnya mulai panjang dan berat.

"Ughhh." Ana mengerang pelan, merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Ia menatap langit-langit putih, chandelier kristal, ruangan yang terlalu luas untuk ukuran seseorang sepertinya.

“Di… di mana ini…?” bisiknya parau.

Setiap katanya terdengar frustasi seperti pecahan kaca.

Ia berusaha bangun, tapi tubuhnya tidak kuat.

Pandangan kembali berputar membuat ia kembali jatuh terbaring.

Jantungnya berdetak kencang seperti baru saja berlari.

Seketika itu juga, rasa panik menguasai dirinya.

“Aku… aku di mana?! Ini… bukan kosanku… bukan…!”

Ana menoleh cepat, napasnya memburu, ketakutan merayap ke seluruh tubuh.

Ia melihat sofa mewah, karpet tebal, dinding marmer…

Tempat ini begitu asing, Terlalu megah untuk seukuran dirinya.

“Kenapa aku di sini? Aku… apa aku diculik?”

Ana menarik selimut, tubuhnya menegang, ia siap melompat kapan saja jika perlu.

Gerakannya yang kasar membuat Daniel mengangkat kepala.

“Hey—jangan bangun dulu. Kau masih sakit.”

Ana langsung membeku, Matanya membesar karena terkejut.

Itu suara yang ia ingat…

Suara pria yang tadi marah, menuduh, dan menatapnya dengan mata gelap.

Ana memudar pucat, ketakutan menggerogoti tubuhnya.

“Tidak… tidak… jangan mendekat…”

Ia merosot mundur ke ujung sofa, napasnya berhembus dengan kacau.

“Saya tidak salah… saya tidak menculik Milo… saya tidak— tolong...jangan sakiti saya… tolong…”

Suara itu pecah.

Ketakutannya begitu tulus sampai menusuk dada siapa pun yang mendengarnya.

Daniel mengerutkan alis bingung, ia bangkit dari kursi.

“Tunggu. Kamu salah paham.”

Namun Ana tampak semakin panik.

Ingatan terakhir yang ada di kepalanya adalah

Tubuhnya dipenuhi keringat serta gemetar karena demam tinggi lalu datang seseorang pria menuduhnya,

Milo, anak kecil yang menangis dan hampir di culik, laluu kepalanya tiba-tiba berputar dan gelap.

“Aku nggak ambil apa-apa! Aku tidak berniat jahat! Aku cuma mau bantu anak itu!”

Air matanya menetes tanpa bisa ditahan.

“Aku… tolong… jangan bawa aku ke polisi… aku nggak punya siapa-siapa…”

Kata-kata terakhir itu sukses membuat Milo membuka mata.

“Ana…?”

Suara kecil itu terdengar lembut.

Ana langsung menatap Milo. Raut wajahnya hancur antara ketakutan dan kebingungan.

“Milo… kamu… kamu nggak apa-apa?”

Suara Ana bergetar, penuh kelegaan dan kecemasan.

Milo bangun dan berlari kecil mendekatinya. Ia memeluk lengan Ana dengan lembut.

“Kalau bukan karena Ana, Milo mungkin udah ditangkep orang jahat! Terimakasih Ana. "

Daniel ikut mendekat, tetapi berhenti beberapa langkah sedikit jauh agar Ana tidak merasa semakin ketakutan.

Dengan nada lebih pelan dari sebelumnya, ia berkata

“Kamu tidak diculik, Ana. Kamu pingsan. Dokter bilang kamu demam tinggi dan tubuhmu sangat lemah.”

Ana menatap infus di lengannya.

Tangan itu sedikit gemetar.

“Kenapa… kalian bawa aku ke sini…? Kenapa… bukan bawa aku ke rumah sakit…?”

Daniel menatapnya tajam Ana bukan tatapan marah, tapi… tatapan campuran antara rasa bersalah yang samar.

“Karena kamu telah menyelamatkan anakku,” jawabnya tegas.

“Dan aku tidak akan membiarkanmu tergeletak di jalan begitu saja.”

Ana menggigit bibirnya sampai hampir berdarah.

Air matanya kembali jatuh lagi.

“Aku… cuma mau pulang…”

Milo memegang tangan Ana dengan kedua tangan kecilnya.

“Jangan pergi… Ana… tinggal dulu di sini ya?”

“Papa sudah bilang Ana boleh di sini sampai sembuh!”

Ana menatap Milo… lalu Daniel… lalu beralih menatap ruangan megah itu.

Dirinya terasa begitu kecil di antara mereka. Rasanya ia lelah melawan dunia yang terlalu besar.

“Aku… di sini…?”

Daniel mengangguk pelan.

“Kamu aman. Tenang saja.”

untuk sesaat Ana merasa terharu. ia tidak menyangka akan ada orang yang mengkhawatirkan dirinya tanpa mengharapkan apapun. Ia menatap Milo dengan mata berkaca-kaca, hatinya membuncah bahagia, untuk pertama kalinya.

"terimakasih." ucap Ana dengan pelan.

Milo memeluk lengan Ana dengan lembut, ia mengusap jari jemari yang kurus itu.

"harusnya aku yang berterima kasih Ana."

"apa ada nomor orang tua mu yang bisa di hubungi? " Tanya Daniel dengan datar.

Ana terdiam. senyum yang tadi terbit di bibirnya telah hilang digantikan dengan tatapan sendu.

Ia menatap jendela kamar yang memantulkan sinar matahari senja.

"tidak ada. " Gumam Ana dengan lirih.

Daniel menatap Ana dengan pandangan kasihan, ia merasa iba pada gadis SMA itu "sungguh malang sekali nasib gadis ini. " gumamnya dalam hati.

"Lalu? kamu tinggal dimana? maksudku dengan siapa kamu tinggal? " Tanya Daniel kembali dengan nada yang lebih rendah.

Ana menggelengkan kepalanya.

Daniel mengerutkan dahinya bingung, kenapa gadis ini menggelengkan kepalanya. apakah gadis ini tinggal seorang diri. Pantas saja jika gadis ini sampai kekurangan gizi dan punya riwayat gerd akut.

Daniel semakin merasa bersalah pada gadis bernama Ana ini. Ia sudah salah paham sampai mencurigainya berbuat jahat pada Milo, yang lebih parahnya ia sampai membentak gadis ini dengan keras membuatnya ketakutan sampai saat ini.

"Ana kamu tinggal sendiri? " Tanya Milo dengan polosnya.

Ana menatap Milo dan tersenyum, ia mengusap kepala Milo dengan lembut menyalurkan rasa sayang.

"iya Milo. aku tinggal sendiri di rumah. "

Milo menatap Ana dengan mata berbinar, ia tersenyum lebar dan semakin mengeratkan pegangannya di tangan Ana.

"Baguslah Ana."

Ana dan Daniel menatap Milo secara bersamaan . alis keduanya mengernyit kebingungan.

"Kamu tinggal sendirikan Ana. Aku juga tinggal sendiri. jadi kita bisa tinggal bersama Ana. Betulkan Ana? betulkan Ayah? " Milo berseru dengan gembira tanpa mempedulikan kedua orang dewasa yang ada di hadapannya.

"Jadi Ayah ini apa Milo? " Daniel pura pura merajuk pada Milo. sedangkan Milo hanya tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya.

"Ayah berbeda. ayah bukan manusia. " Ucap Milo dengan enteng membuat Ana tersedak. Ana menatap Daniel dengan raut wajah sedikit ketakutan. Daniel yang melihat raut wajah ketakutan Ana mendengus sebal. dalam hatinya ia merutuki Milo dengan segala perkataannya yang absurd.

"Jadi ayah ini hantu?"

"bukan hantu ayah. Tapi ayah itu robot."

"Kenapa robot? "

Ana tidakenjawab pertanyaan Daniel, ia malah menatap Ana dan mengajukan pertanyaan yang aneh.

"Ana menurutmu robot itu bagaimana sikapnya? "

Ana terdiam sejenak. otaknya berpikir tentang ciri khas dari robot.

"emmm. robot itu selalu datar tanpa ekspresi, Tidak bisa tertawa tidak bisa menangis. robot juga selalu bekerja tanpa lelah untuk memuaskan tuannya. "

Milo menjentikan jarinya di hadapan Ana.

"Nahh itu. " Ucap Milo dengan keras. ia bersih menatap Daniel. "Ayah persis seperti itu. seperti yang Ana bicarakan barusan tentang robot. "

Daniel memandang Milo dengan dalam, ia mengerti maksud dari anaknya itu. Tapi, ia melakukan semua ini demi Milo demi kebaikannya demi masa depannya.

"Kamu blum mengerti apapun Milo...."

"Aku mengerti ayah. " Milo memotong ucapan Daniel yang belum selesai.

Ia menatap ayahnya dengan tatapan yang dalam. "Aku mengerti. Jadi tidak masalah. "

Ana memandang anak dan ayah itu secara bergantian, ia tidak paham dengan pola pikir mereka berdua yang terkesan sedikit aneh menurutnya.

"Baiklah...baiklah." Ucap Daniel dengan pasrah percuma saja ia berdebat dengan anaknya ini toh ia akan mengalah juga.

1
Anonymous
seruu👍
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
Anonymous
curiga sama si ana
Anonymous
sinis nya si lara
Anonymous
kerenn👍
Anonymous
keren thor👍👍
Anonymous
seruu thor. bikin penasaran
Anonymous
👍👍
Anonymous
keren kak. 👍
Anonymous
keren kak
snurr
jadi si lara ini suka sama Daniel ya
snurr
👍👍
Nur Aeni
seru thor
Sela Nuraeni
di tunggu updatenya min
Kartika Candrabuwana
keren... novelku, Titik Nol Takdir, juga keren lho
Nur Aeni
ceritanya lumayan seru min👍👍
Sugi Arto
seruuu
Yusuo Yusup
Sempurna deh ini. 👌
snurr
bagus min.. lanjut lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!