NovelToon NovelToon
Pengantin Dunia Lain

Pengantin Dunia Lain

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Horor / Hantu
Popularitas:752
Nilai: 5
Nama Author: BI STORY

Bu Ninda merasakan keanehan dengan istri putranya, Reno yang menikahi asistennya bernama Lilis. Lilis tampak pucat, dingin, dan bikin merinding. Setelah anaknya menikahi gadis misterius itu, mansion mereka yang awalnya hangat berubah menjadi dingin dan mencekam. Siapakah sosok Lilis yang sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BI STORY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kepedulian Seorang Pemuda Tampan

​Sirene melengking memecah keheningan lembah. Di dalam ambulans, Lilis tampak pucat dan lemah, terbaring di atas brankar.

Ia mengenakan pakaian pengantin yang basah dan sedikit robek. Penampilannya rapuh, namun sorot mata Alice, sosok asli dibalik Lilis, penuh dengan kecurigaan yang tajam.

​Seorang petugas polisi dan seorang anggota Tim SAR mendampinginya. Tim medis sibuk memasang infus dan memantau tanda vitalnya.

Polisi mencatat di clipboard,

"Lilis, bisa ulangi lagi? Bagaimana Anda bisa sampai di dasar jurang itu?"

​Lilis dengan suara berbisik menjawab,

"Aku... terpeleset. Di dekat tebing. Semuanya gelap."

​Lilis/Alice sengaja memberikan jawaban yang samar. Dalam hati, ia mencari-cari celah, mengamati wajah sang polisi dan Tim SAR. Mereka adalah pihak berwenang, orang-orang yang bisa menuntunnya pada pembunuhnya.

​Tim SAR berkata,

"Syukurlah Reno menemukannya. Kalau tidak, mungkin kamu udah kedinginan sampai pagi. Jurang itu dalem banget, Reno pasti bekerja keras untuk evakuasi."

​Lilis/Alice teringat Reno, pemuda tampan yang menemukannya, yang kini mungkin berada di mobil Polisi lain, memberikan kesaksian. Reno, yang entah bagaimana, tidak pernah mencurigai keanehannya.

​Lilis berbicara dalam hatinya,

"​Reno. Dia menyelamatkanku, memberiku jubah penyamaran ini, identitas baru yang ia kenali. Tapi sekarang, mereka membawaku ke rumah sakit. Tempat yang ramai. Bagaimana aku bisa mencari dia, pembunuhku, jika aku terperangkap di sini?"

​Di tepi sungai dekat lembah sebelumnya,

​Cahaya senter dan lampu mobil Polisi memenuhi area di tepi sungai. Reno yang tampak lelah namun lega, sedang berbicara dengan petugas lain.

"Pakaiannya kotor kena tanah."

​Polisi bertanya,

"Anda yakin melihatnya jatuh?"

"Iya. Dia yang menceritakannya. Saya mendengar suara teriakan lemah dia. Ketika saya dekati, saya melihat Lilis tergeletak di antara semak-semak. Dia hampir tidak sadar."

​Reno melihat ke arah jalur evakuasi yang curam. Matanya memancarkan keprihatinan yang tulus. Dia tahu ada sesuatu yang aneh tentang gadis yang dia temukan itu, rasa dingin yang ekstrem, dan kilatan mata yang terkadang kosong tapi dia menganggapnya sebagai efek syok.

Di rumah sakit, UGD

​Lilis/Alice didorong ke ruang pemeriksaan. Lampu neon rumah sakit sangat terang, membuat penglihatannya sakit.

​Lilis berkata di dalam hatinya,

"​Hati ini masih terasa sakit. Aku hanya perlu bersembunyi di sini, dibalik nama Lilis, meski muka aku, muka Alice, mencari tahu siapa yang membunuhku. Kenapa aku harus bernasib tragis? Tidak... aku sekarang hantu. Aku Alice, dan aku akan mencari kebenaran dari kematianku."

​Seorang dokter memeriksa Lilis/Alice.

"Secara fisik, dia hanya hipotermia ringan dan beberapa memar. Tapi dia sangat tegang. Kita akan menahannya semalam untuk observasi." kata dokter.

"​Tiba-tiba, Lilis/Alice merasakan hawa dingin yang familiar, bukan dingin karena jurang, tapi dingin hantu.

​Lilis/Alice memalingkan wajahnya dan melihat, berdiri di ambang pintu UGD, sesosok pria paruh baya yang berpakaian necis. Pria itu tampak familiar, dan di sampingnya, samar-samar terlihat sosok hantu dengan luka di kepala.

​Lilis/Alice membelalakkan matanya.

Lilis/Alice tersentak, berteriak.

"Ada hantu! Hantu!"

​Semua orang di UGD menoleh. Polisi bergegas mendekat. Pria paruh baya itu memasang ekspresi bingung dan terkejut.

Polisi bertanya,

"Tenang, Lilis! Siapa? Ada apa?"

​Lilis/Alice menatap tajam ke arah hantu di samping pria paruh baya itu. Di balik penyamarannya, Alice sang hantu ternyata takut saat melihat hantu juga. Padahal mereka sama-sama hantu.

​Lilis jadi bingung. Padahal dirinya juga hantu. Lilis menjawab,

"Nggak Pak, mungkin barusan hanya mimpi."

Lilis terus mengamati sosok hantu dengan luka di kepala yang tampak mengerikan itu. Hantu itu tersenyum kepada Lilis lalu berkata,

"Kita kan sama-sama hantu." dengan nada suara yang menggoda, lucu.

Ruangan rawat inap sebuah rumah sakit yang remang-remang. Hanya ada satu lampu kecil di meja samping tempat tidur yang menyala. Jendela tertutup rapat oleh tirai.

Reno datang terlihat sedikit gugup namun berusaha tenang.

​Lilis duduk tegak di tempat tidur, kulitnya sangat pucat, dan matanya memancarkan kesedihan yang dalam. Ia adalah hantu, namun bagi Reno, ia tampak seperti pasien biasa.

​Reno duduk di kursi di samping tempat tidur Lilis. Di meja samping tempat tidur, tidak ada bunga, hanya segelas air yang terlihat dingin.

Reno menghela napas pelan.

"Aku tidak tahu harus berkata apa, Lis. Aku benar-benar khawatir melihat kamu begini."

​Lilis tersenyum tipis, senyum yang tidak mencapai matanya,

"Aku baik-baik aja, Reno. Sungguh."

​"Lis, kamu hampir tidak berbicara sejak aku datang. Dokter bilang kamu mengalami trauma hebat. Aku hanya ingin memastikan kamu punya seseorang di sini."

​Reno melihat sekeliling ruangan yang kosong.

​"Aku ingin menghubungi keluargamu, Lis. Biar mereka tahu kamu di sini. Aku udah mencoba mencari namamu di ponselku, lewat media sosial... tapi aku gak nemuin apa-apa."

​Lilis menunduk, suaranya pelan dan hampir berbisik,

"Gak usah repot-repot, Reno."

"Kenapa? Aku harus tahu di mana rumahmu, Lis? Setidaknya aku bisa membawa pakaian atau barang-barang yang kamu butuhkan dari sana. Dan siapa keluargamu? Orang tua? Saudara?"

​Lilis mengangkat kepalanya, tatapannya kosong menembus Reno sejenak. Keheningan menggantung, udara terasa semakin dingin.

​Lilis dengan nada datar, namun penuh kesedihan yang mendalam,

"Aku gak punya siapa-siapa, Ren. Gak ada."

​Reno mengerutkan kening,

"Apa maksudmu gak punya siapa-siapa? Setiap orang punya keluarga, Lis.?"

​Lilis menggeleng pelan,

"Sungguh. Aku... tinggal di sebuah rumah kontrakan, di ujung gang yang gelap itu. Itu saja. Aku tidak pernah punya keluarga. Atau lebih tepatnya, aku tidak punya keluarga lagi."

​Reno terdiam, mencerna jawaban itu. Ada sesuatu yang sangat aneh dari cara Lilis berbicara, seolah ia membicarakan seseorang yang sudah sangat jauh.

Reno berusaha tersenyum untuk meringankan suasana,

"Oke... Oke, fine. Kalau gitu, setidaknya aku bisa mencari kontrakanmu. Aku akan memberimu kabar saat aku kembali besok. Kamu harus makan, Lis."

​Lilis mengangguk kecil, lalu tatapannya beralih ke jendela yang tertutup.

"Terima kasih, Reno. Kau sangat baik."

​Saat Reno berdiri dan berbalik, ia tidak menyadari bahwa tidak ada peralatan medis yang terhubung pada Lilis, dan Lilis tidak meninggalkan bayangan di lantai. Jendela di belakang Lilis perlahan terbuka sedikit, dan angin dingin berhembus, menerbangkan debu halus yang hanya Reno yang bisa merasakannya.

​Lilis melihat punggung Reno dan bergumam pada dirinya sendiri, suaranya seperti bisikan angin.

​"Semoga kamu gak segera tahu, Ren."

​Reno keluar dari ruangan, meninggalkan Lilis sendirian di kamar rawat inap yang hening.

Bersambung

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!