NovelToon NovelToon
Author Badut

Author Badut

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Dunia Lain / Mata Batin / Dokter / Misteri / Orang Disabilitas
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: Aksara_dee

Goresan ISENG!!!

Aku adalah jemari yang gemetar. Berusaha menuliskan cinta yang masih ada, menitip sebaris rindu, setangkup pinta pada langit yang menaungi aku, kamu dan kalian.

Aku coba menulis perjalanan pulang, mencari arah dan menemukan rumah di saat senja.

Di atas kertas kusam, tulisan ini lahir sebagai cara melepaskan hati dari sakit yang menyiksa, sedih yang membelenggu ketika suara tidak dapat menjahit retak-retak lelah.

Berharap kebahagiaan kembali menghampiri seperti saat dunia kita begitu sederhana.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8. Terusik

Tok Tok Tok

"Masuk!" perintah Prof. Darmono

"Selamat siang Presdir," sapa Wina.

"Silahkan duduk dokter Wina."

Wina duduk berhadapan dengan Prof. Darmono. Hatinya sangat gelisah, karena pemanggilan kali ini sudah pasti bukan urusan pekerjaan, analisa program pengobatan, diagnosis pasien atau urusan rumah sakit lainnya. Sudah bisa ditebak arah pembicaraannya nanti akan tertuju pada menantunya, dokter Sabil.

Prof. Darmono duduk bersandar di sandaran sofa, kaki kiri ia silang bertumpu di kaki kanannya. Wajahnya serius, keningnya yang dipenuhi gurat lelah dan garis usia kini berkerut tajam hingga penampilannya siang itu lebih tua dari usianya.

"Wina," panggilnya, suaranya seperti tercekat.

"Saya Prof."

"Apa kamu sudah tahu kenapa saya panggil kamu ke ruangan saya?"

"Tidak tahu Prof. Apa saya melanggar kode etik atau ada hal lain, Prof?"

"Bukan, ini bukan tentangmu. Kudengar pasien itu memiliki hubungan kerabat denganmu, Pasien yang sedang digosipkan dengan menantuku."

Deg!

Jantung Wina nyaris melompat, meski ia sudah bisa mengira akan ke sana arah pemanggilan dirinya. Tapi ketika hal itu diucapkan langsung oleh Profesor yang menjadi seniornya, jantung Wina terasa mau copot.

"Betul Prof, Hania sepupu saya. Tapi jika boleh saya luruskan. Dia tidak ada hubungan apapun dengan menantu profesor, yaitu dokter Sabil. Murni hubungan mereka adalah pasien dan dokter."

"Tapi aku tahu bagaimana menantuku mencurahkan perhatian lebih padanya. Menantuku sedang jatuh cinta padanya."

"Prof, saya tidak tahu menahu masalah itu. Tapi saya bisa pastikan sepupu saya—"

"Saya tidak sedang menghakimi kamu, Wina." suaranya tegas. Wina menunduk.

"Saya justru ingin sharing padamu. Sabil bukan hanya menantuku, tapi dia anak angkat yang aku istimewakan. Jika memang dia sedang jatuh cinta, sebagai orangtua aku hanya bisa memberi dukungan. Tapi masalahnya gadis yang menarik hatinya adalah pasien gangguan mental. Kamu tahu bagaimana perasaanku saat ini?"

Dokter Wina mengangkat pandangannya ke arah Prof. Darmono. Kaget sekaligus bingung. Seorang mertua justru mendukung menantunya jatuh cinta pada perempuan lain.

"Apa diagnosa pasien itu?" tanya Profesor.

" F41.3 dan F43.1, Prof."

Profesor Darmono

Termenung sebentar, "apa penyebab traumanya?"

"Complicated, Prof. Empat orang yang sangat penting bagi keluarga kami, meninggal dunia karena pandemi, tekanan pekerjaan yang tinggi karena saat itu Hania bekerja sebagai asisten Ceo sebuah perusahaan dan guncangan terakhir, calon suaminya selingkuh saat hari pernikahan mereka, yang lebih menyedihkan ditinggalkan banyak hutang yang tidak sanggup ia tanggung sendirian."

"Luar biasa... " Prof Darmono menghela napas berat.

"Profesor, jika kehadiran Hania mengganggu ketenangan keluarga Profesor, keluarga kami akan memindahkan pengobatan Hania ke rumah sakit lain. Profesor tidak perlu khawatirkan masalah ini."

"Terus terang ini mengusik pikiran saya, Sabil tidak pernah sejelas ini saat menginginkan sesuatu. Sejak kecil ia terbiasa memendam keinginannya, dia anak yang sangat tahu diri dan berhati-hati dalam bertindak dan bersikap." Profesor Darmono menyerahkan daftar rumah sakit dan surat rekomendasi medis untuk kelanjutan penyembuhan Hania.

"Aku ingin sementara waktu, jauhkan pasien itu dari keluargaku. Demi kebaikan sepupumu juga keluarga saya. Di dalam map itu ada pilihan rumah sakit yang bisa membantu penyembuhan dia, dan surat rekomendasi dariku. Dia bebas mau pilih rumah sakit dan fasilitas kesehatan, semua biaya saya yang jamin. Aku tidak ingin mereka bertemu di kemudian hari."

"Baik Prof, akan saya perhatikan."

"Secepatnya lebih baik, dokter Wina."

"Malam ini, kami sudah bisa keluar dari rumah sakit ini, Profesor."

Bangsal Edelweis

"Dok, tatapannya dalem banget sih," ledek suster Sari saat masuk ruang rawat Hania, Sabil sedang menatap wajah gadis itu dengan begitu dalam.

Sabil mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Sebelum tidur apa dia sudah makan?" tanya Sabil.

"Belum ada makanan yang disentuh, kecemasan tingkat sedang. Kaget mendengar suara asing, hanya bisa didekati oleh saya dan dua perawat magang. Tubuhnya sering demam, kejadian di lapangan itu membuat dia shock lagi dok."

"Suster Sari, tolong pantau terus perkembangannya dan laporkan pada saya. Sore ini saya harus berangkat ke Makasar karena ada undangan seminar."

"Baik, dok."

Seolah berat meninggalkan Hania, kakinya melangkah ke ambang pintu namun matanya masih tertuju pada Hania, berharap gadis itu membuka mata dan ia bisa berpamitan untuk pergi sebentar ke Makasar.

Setelah memastikan Sabil pergi bersama kendaraannya keluar area parkir menuju bandara. Suster Sari dan dokter Wina menjalankan misi yang diperintahkan Presdir rumah sakit untuk memindahkan Hania ke rumah sakit lain yang sudah diatur oleh Papa mertua dokter Sabil. Hania masih dalam pengaruh obat penenang saat tubuhnya diikat di atas bed pasien dan dibawa ambulance menuju rumah sakit di wilayah Lembang.

...***...

Makasar, Rinra Hotel.

Pukul 19.20.

"Suster Sari, apa Hania sudah bangun. Tolong kirim foto kondisi dia sekarang." Isi pesan Sabil.

Kiriman foto diterima.

Sabil tersenyum tipis seakan kegelisahan dan beban di dadanya sedikit terangkat, walaupun belum sepenuhnya lega karena dari foto yang dikirim suster Sari, Hania masih tertidur dengan tenang. Dokter tampan itu mengirim pesan lagi dengan pesan khawatir.

"Kenapa dia masih tidur, apa dia sudah makan? Bagaimana saat dia bangun tadi, apa dia menanyakan keberadaan saya? Sampaikan padanya saya hanya pergi sebentar. Besok sore saya sudah kembali."

"Aman dok, selamat bertugas dan menjalankan aktivitas."

Jawab suster Sari disertai dua buah foto, foto Hania sedang duduk di ranjangnya dan tempat makan yang kosong. Padahal itu foto lama yang sempat diambil Sari saat Hania baru pertama kali menjadi penghuni kamar VIP, sepuluh hari lalu.

Sabil baru bisa tersenyum lepas setelah mendapati foto Hania sedang duduk menekuk kakinya sambil menatap langit dari dinding kaca rumah sakit.

"Saat ini kamu pasti sedang kesepian dan kebingungan Hania," gumamnya lirih.

"Sabil!! Hai bro, apa kabar?!" sapa dokter Cikal.

"Hai Kal! Kau baru sampai juga?"

"Sudah dari siang, tapi aku baru saja menjemput Milea. Tuh dia di sana bersama istrimu." Cikal menunjuk ke arah lobi hotel dimana Danisha dan Milea berada.

Sabil berangkat ke Makasar sendiri karena menggantikan tugas papa mertuanya, sementara Danisha ke Makasar karena ingin bertemu Jordi (kekasihnya) yang juga menjadi peserta seminar kesehatan di sana.

Sabil tersenyum kecut melihat kedatangan Danisha yang tidak ia duga. Tapi dia sudah terbiasa dengan kejutan demi kejutan yang selalu Danisha berikan di awal pernikahannya.

Di sebuah rumah sakit khusus Rehabilitasi gangguan mental

"Hania, aku harus memindahkan kamu ke tempat yang lebih private dan nyaman," kata Wina.

"Bagaimana dengan prosedurnya Ka Wina, dan mengenai asuransi, apa bisa di cover asuransi kesehatan pemerintah. Kaka tahu keuanganku sudah menipis," ucapku.

Jujur aku kecewa pemindahan ini tanpa persetujuanku. Aku akan lebih baik pulang ke rumah daripada harus merasakan kesepian yang sama di tempat yang bukan 'aku', rumahku sendiri.

"Jika di rumah aku bisa mengerjakan banyak hal, termasuk membangun lagi bisnisku, ka." Aku merengut dan Wina hanya menimpali ku dengan senyum hangatnya yang khas seperti biasanya.

"Aku ingin kamu mendapat pelayanan terbaik di sini selama beberapa hari lagi hingga serangan panik dan demam tidak menyerang mu tiba-tiba. Mengenai biaya semuanya aman, kamu tidak perlu memikirkannya."

Aku menaikan alisku, tidak sepenuhnya mengerti dengan kata 'aman' yang dia maksud. Apa ada manusia baik yang mau membantuku dan menjadi donatur?

"Ka, barang-barangku apa semuanya sudah dibawakan juga? Karena saat kalian pindahkan aku masih belum sadar."

"Sudah Hania."

"Handphoneku, apa sudah diserahkan dokter Sabil? Aku butuh untuk menulis novel dan melihat Cctv ku."

Wina diam terpaku, ia terlihat kikuk dan enggan menatapku.

"Aku akan ganti handphone kamu Hania. Tapi di rumah sakit ini semua pasien tidak boleh memegang handphone. Peraturan di sini lebih ketat."

Aku mendengus pelan dan lelah kembali menikam. Bukan hanya kehilangan handphone tapi aku merasa kehilangan kekuatan dalam diriku, karya-karyaku, perjalanan hidup yang setiap malam aku tulis diam-diam dalam untaian kalimat yang aku bangun menjadi sebuah novel.

Duniaku kembali terusik, aku merasa dilumpuhkan dan dijauhkan dari duniaku.

1
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
selamatkan orang-orang waras itu, Arman. anakmu gila. obati dia dengan cara yang benar
Aksara_Dee: udah psikopat gak sih jatuhnya. selama ini Arman gak tahu kondisi kegilaan anaknya yg udah berkembang
total 1 replies
Cakrawala
masa bisa bikin Diva hamil?
Aksara_Dee: secara fisik dia kan memang normal ka, lelaki normal yg butuh hasrat. tapi jiwanya yg sakit
total 1 replies
Cakrawala
makin kesini makin penasaran sama raditya. dia bneran sakit gak sih?
Aksara_Dee: sakit kejiwaan ka, punya pribadi ganda
total 1 replies
🌹Widianingsih,💐♥️
cantiknya Hania, pantas saja dokter Sabil sampai terpesona
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
semoga segala sakit ini segera sembuh. 🥺😭
Aksara_Dee: iya kasian 22nya
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
nggak enak banget kalau terkekang 😭
Aksara_Dee: bener kak
total 1 replies
Dee
Ayolah Hania, masa kamu lebih percaya sm Raditya
Aksara_Dee: hania beneran polos, gak punya pikiran waspada sama orang
total 1 replies
Dee
/Cry//Cry/
Aksara_Dee: aku sampe skrg masih jatuh cinta sama Marcelino, tokoh novelku sendiri. Sampe aku buat ratusan episode di Platform lain. 😂 segila ituuhh, gak tau pas ceritain dia itu nemu aja feelnya
total 5 replies
Dee
Mungkin mahluk2 itu ada di peninggalan2 purba ayahnya Hania
Aksara_Dee: yup, ada pusaka yang ditanam di halaman rumah Hania
total 1 replies
Dee
Suami!! Pasti Sabil kaget
Aksara_Dee: tapi dia gak heran sama Raditya
total 1 replies
Dee
Aku ingin tau perasaan Hania ketemu Sabil
Aksara_Dee: takut, rindu campur aduk deh
total 1 replies
Dee
/Cry//Cry/
Dee
Iih.. sedih, ngerasaain kehampaan dr Sabil
Aksara_Dee: bayar sewa tempat gak ka 😂
total 3 replies
Dee
Gampang amat kalo ada duit ya🤭
Dee: /Grin//Grin/
total 2 replies
Dee
Buset 20 jam kerja dalam sehari.. apa Hania punya kloningan? Dimana2 jg 8 jam sehari, tya..
Aksara_Dee: Iya apalagi berantem terus masalah warna lipstik sama Raditya
total 3 replies
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
sabil harus bisa memancing radit menunjukkan sosok psikopatnya, agar hania percaya & ikut ke rumah sabil. bener gak ya?
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸: tapi, sejahat apapun radit & Prabu. hania pasti punya perisai kan ya? sadar atau tidak?
total 2 replies
Dinar Almeera
Merinding sampe sini 😭
Aksara_Dee: mulai masuk inti misterinya ya ka
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
ikut membeku dan ikut berisik nih pikiranku 😄 top 👍
Aksara_Dee: mikirin akhir tahun kan kaaa... mau liburan banyak bencana. ngeri
total 1 replies
Cakrawala
sabil ketemu hania nggak ya?
Aksara_Dee: ketemu akhirnya ka
total 1 replies
Cakrawala
nah gitu. nurut dong🤣
Aksara_Dee: mundur selangkah untuk bikin Hania makin terikat. dia pebisnis kejam 💔
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!