zahratunnisa, gadis berparas ayu yang sedang menempuh pendidikan di Dubai sebuah musibah menimpanya, hingga akhirnya terdampar di amerika.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ewie_srt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tujuh belas
Zahra terbangun ketika suara pintu kontainer itu terbuka lebar, cahaya senter yang menyorot ke arah mereka, membuat gadis itu memejamkan matanya. Suara berat memerintahkan mereka yang berada di dalam untuk berdiri dan satu-satu persatu keluar.
Halimah, wanita yang sejak siang itu duduk di sisi zahra, memegangi lengannya erat.
"sepertinya kita sudah sampai ra.." suara mbak halimah berbisik parau, zahra menoleh, kepalanya mengangguk cepat.
"menilik dari bahasa inggris mereka, sepertinya kita di amerika mbak" bisik reeva lirih,
"bawa 2 orang wanita yang masih berdiri itu.." suara berat dari seseorang yang berdiri di luar mengagetkan zahra dan halimah,
Zahra dan halimah di seret sedikit keras, dan di dorong ke hadapan seorang pria separuh baya, berperut tambun. Di sela-sela jemarinya tersemat rokok yang menyala, mata pria itu mengamati mereka berdua tanpa henti. Ketika tangan pria itu menyentuh dagu zahra, dengan cepat gadis itu menepisnya. Wajah zahra terlihat kesal, ketika tawa pria itu membahana.
"hahahah, rubah betina satu ini terlihat sedikit sulit di atur sepertinya" seringaian pria tambun itu menyeramkan, matanya merah, tercium bau minuman keras dari mulutnya. Zahra hampir muntah, namun dengan cepat ia memalingkan wajahnya.
Pria gondrong, bertato dan bergigi hitam yang berdiri di samping pria tambun itu menatap zahra tajam, seperti ingin mengatakan untuk tidak banyak tingkah.
"robert, apakah wanita itu yang kamu bilang kalau aku beli tidak akan rugi?" mata pria tambun itu masih mengamati zahra yang sudah berdiri dengan rombongannya.
"yes, mister david" sahut pria gondrong yang ternyata bernama robert itu, senyumannya yang lebih mirip dengan seringaian terlihat menjijikkan.
"anda bisa memperkerjakan wanita itu di pub anda, bukankah gadis itu terlihat cantik. Apalagi jika anda meriasnya sedikit"
"kamu benar.." angguknya seraya tertawa lebar,
"aku ambil semua yah, 10 orangkan?, wanita-wanita yang lebih tua bisa aku pekerjakan di rumah bordir, hmmmm untuk anak-anak remaja pria itu, aku akan jual ke tempat lain lagi"
Pria tambun itu memegang dagu, bola matanya berputar menunjukkan betapa ia sedang berpikir keras.
Robert, pria itu mengangguk puas. Senyumnya yang menyebalkan terlihat sangat memuakkan.
"masukkan mereka ke dalam 1 mobil, kecuali perempuan itu"tunjuk pria gempal itu pada zahra, zahra yang ditunjuk ditarik terpisah dari rombongannya yang mulai menjerit-jerit ketakutan.
Zahra berontak keras, tangannya hendak menggapai tangan halimah yang terulur.
"mbak limah.." mata zahra memohon pertolongan, namun manusia-manusia yang tak memiliki perasaan itu tak menggubris ketakutan mereka sama sekali.
Dengan kasar 2 orang pria menyeret zahra mengikuti langkah pria tambun setengah baya itu.
"masukkan dia ke dalam" perintah pria itu membuka pintu mobilnya,
Zahra masih memberontak keras, dengan tangannya ia melakukan apapun yang bisa dilakukannya, mencakar, memukul bahkan zahra mulai berteriak histeris.
Tiba-tiba wajahnya dicengkeram keras, tangan kekar pria paruh baya itu mendongakkan wajah zahra kasar.
"diamlah gadis sialan, kalau kamu masih ingin hidup.."
Zahra menahan nafasnya, bau minuman dari mulut pria itu menyeruak bebas ke hidungnya, membuat zahra pusing seketika.
"masukkan dia!"
Zahra tak lagi melawan, hingga ketika tubuhnya di hempaskan zahra merasa tubuhnya kesakitan menghantam sudut kursi.
"tuan, apakah kita langsung ke basecamp" supir yang berwajah sedikit oriental, bertanya pada pria tambun yang duduk di sampingnya, pria itu sempat menoleh sekilas, menatap wajah zahra yang terlihat ketakutan.
"ya.." sahutnya singkat tanpa menatap lawan bicaranya,
"sekarang sudah pukul 8 pagi, aku harus telepon tuan ethan, biasanya sebelum aku menempatkan kemana para budak-budak ini, ia akan mengambil beberapa, dan pria bodoh itu membayar sedikit lebih mahal, hehehehe"
Supirnya itu hanya mengangguk, perlahan mobil itu berjalan meninggalkan area dermaga yang mulai terasa hangat.
Zahra mengamati sekeliling tanpa bersuara, gerakan dua orang di depannya pun tak luput dari pengamatannya. Zahra sudah menduga kalau dia akan diperjual belikan, tangannya meraba tempat duduk. Zahra sedang berpikir keras, dan berusaha menemukan sesuatu yang bisa ia gunakan untuk menolong dirinya.
Mulutnya tak henti berzikir, hanya pada Allah ia serahkan semuanya. Keselamatan dan matinya,zahra berpikir alangkah lebih baiknya kalau ia mati saja, daripada hidup seperti yang akan dijalankannya nanti.
Dari pembicaraan pria tua berperut tambun dengan pria bertato di dermaga tadi, zahra mendengar bahwa ia akan dijadikan pel*cur. Sungguh zahra tak mampu membayangkan, bagaimana hidupnya nanti.
Zahra masih memasang telinganya baik-baik, namun ia tak lagi mendengar percakapan dari dua orang yang duduk di hadapannya, tangannya juga tak henti mencari-cari sesuatu yang bisa ia buat untuk mempertahankan dirinya nanti, dan nihil zahra tak menemukan apapun.
Cukup lama rasanya mereka di perjalanan, sudah lebih 45 menit, namun mobil yang membawa zahra belum juga tiba di tempat tujuan, kepala zahra mulai terasa pusing, walaupun di dalam mobil penghangat sudah dinyalakan, zahra merasa sedikit kedinginan.
Ia hampir tak sadarkan diri karena pusing yang menyerangnya, tiba-tiba mobil yang membawa zahra memasuki sebuah gudang di tempat yang cukup sunyi. Sebuah perkebunan apel yang daunnya mulai meranggas, mungkin karena musim gugur sudah hampir memasuki musim dingin.
Reeva masih setengah tak sadar dan kebingungan, ketika pintu mobil di sampingnya terbuka lebar. Sepasang tangan kekar, menarik paksanya keluar. Tubuh mungil zahra terasa bagai terbang,ketika tangan kekar itu menariknya, tergeragap zahra berdiri, ternyata rombongan teman-temannya sudah berdiri berjejer di tengah sebuah ruangan lembab. Zahra meringis ketika tangan kekar dari pria tinggi besar yang menariknya tadi mendorong zahra sekuatnya, hampir saja gadis itu jatuh terjerembab jika ia tidak segera menahan keseimbangan tubuhnya.
"biarkan gadis itu di dalam mobil, bodoh!, siapa yang menyuruhmu mengeluarkannya" bentak pria paruh baya bertubuh tambun itu marah,
"jika gadis itu lecet sedikit saja, aku akan memot*ng tangan sialanmu itu!"
Sekali lagi zahra merasa tubuh seperti melayang, tangan kekar besar itu menariknya kembali menyeret zahra ke arah mobil kembali, mata zahra terpaku, ia berdiri di depan pintu mobil, kakinya menginjak sebatang besi sebesar jari kelingking. Begitu pria besar itu membuka pintu mobil, dengan gerakan pelan dan tidak mencurigakan zahra memungut besi yang hanya sejengkal panjangnya. Ia menyembunyikan di balik jilbab lebarnya, tanpa perlawanan zahra melangkah masuk ke dalam mobil yang terbuka lebar, pria besar bertangan kekar itu terkekeh melihat zahra yang patuh, entah mengapa di matanya pria besar itu berwajah sedikit bodoh.
Zahra menatap dari jendela mobil, bagaimana satu-persatu teman serombongannya itu, di pisah secara gender. Mbak halimah terlihat wanita yang paling dewasa di antara mereka, ada 5 orang lagi wanita yang menurut zahra malah jauh lebih muda darinya, tapi kelima perempuan itu seperti orang afrika. Dugaan zahra mungkin saja kelima gadis itu, mahasiswi atau pelajar sepertinya.
Zahra hanya mengamati dari jauh, cara para bajingan memilah-milah mereka, zahra yakin kelima wanita dan termasuk mbak halimah di dalamnya akan dijadikan pela*ur. Saat para wanita itu masuk kedalam sebuah mobil boks, mbak halimah masih sempat menoleh ke arah zahra dengan air mata yang berlinang. Tak kuasa zahra ikut menangis, ia melambaikan tangannya dan mbak halimah hanya mengangguk pasrah.
Mobil boks yang membawa mbak halimah dan kelima gadis lainnya baru saja berangkat, ketika sebuah mobil sedan berwarna hitam memasuki ruangan tersebut. Mobil itu terparkir tak jauh dari tempat zahra di tahan.
Seorang pria dengan rambut mullet panjang yang diikat, keluar dari sebelah kemudi. Zahra tak melihat wajahnya karena pria itu berdiri dengan posisi membelakanginya, namun zahra bisa menebak pria itu tinggi. Sangat tinggi malah, menurutnya paling tidak pria itu sekitaran 187-189 cm, kepala pria tua tambun di sampingnya terlihat hanya berada di atas bahu pria berambut mullet itu.
Zahra melihat pria tua itu memberi kode kepada pria kekar yang menjaga pintu mobil, untuk membuka pintu.
Zahra turun dengan perlahan, kakinya menapak di lantai dengan menggigil, jujur zahra sudah sangat kelaparan dan kedinginan.
Pria itu membalikkan tubuhnya, menatap tajam ke arah zahra yang berdiri di ambang pintu mengigil kedinginan.
Pria itu menatap zahra tanpa ekspresi, tidak ada senyum atau seringaian, menilik wajahnya pria itu berusia sekitaran 30-an.
"bagaimana tuan ethan?, apakah anda tertarik?bukankah dilihat dari wajahnya, wanita itu pasti orang asia"
Zahra mendengar jelas ucapan pria tambun itu, ia tak paham, namun zahra tetap waspada.
Beberapa saat zahra dan pria itu bersitatapan,
"baiklah.." angguk pria itu, kembali menatap tuan david,
"aku ambil dia"
Debar jantung zahra berkejaran, ia merasa sebuah lubang besar sedang menantinya, apalagi pria itu kembali menatapnya lekat.
Bersambung..