Yun Sia, gadis yatim piatu di kota modern, hidup mandiri sebagai juru masak sekaligus penyanyi di sebuah kafe. Hidupnya keras, tapi ia selalu ceria, ceplas-ceplos, dan sedikit barbar. Namun suatu malam, kehidupannya berakhir konyol: ia terpeleset oleh kulit pisang di belakang dapur.
Alih-alih menuju akhirat, ia justru terbangun di dunia fantasi kuno—di tubuh seorang gadis muda yang bernama Yun Sia juga. Gadis itu adalah putri kedua Kekaisaran Long yang dibuang sejak bayi dan dianggap telah meninggal. Identitas agung itu tidak ia ketahui; ia hanya merasa dirinya rakyat biasa yang hidup sebatang kara.
Dalam perjalanan mencari makan, Yun Sia tanpa sengaja menolong seorang pemuda yang ternyata adalah Kaisar Muda dari Kekaisaran Wang, terkenal dingin, tak berperasaan, dan membenci sentuhan. Namun sikap barbar, jujur, dan polos Yun Sia justru membuat sang Kaisar jatuh cinta dan bertekad mengejar gadis yang bahkan tidak tahu siapa dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Setelah itu Yun Sia kemudian membuat api kecil dengan gesekan kayu. Ketika pria itu berusaha membantu, ia langsung menepis tangannya.
“Jangan sentuh! Ini bahaya, tanganmu halus banget. Ntar lecet.” ujar Yun sia
“…Apa?” tanya pria itu, Pria itu menatap tangannya sendiri, seolah baru sadar ia dianggap lembut oleh gadis ini.
Pengawal di sampingnya berkeringat dingin.“Gadis ini berani berkata tangan Kais... eh maksud saya… tangan Tuan… lembut…”
Untung dia tidak jadi keceplosan menyebut ‘Kaisar’.
Beberapa menit kemudian, Yun Sia berhasil memanggang ikan.
Aromanya harum, renyah, dan berasap harum.
Pria tampan itu memandangnya dengan mata penuh rasa penasaran.
Yun Sia menyerahkan ikan pada pria itu dengan percaya diri.
“Ini resep rahasia chef! Coba!”
Pria itu mengambilnya… lalu menggigit dan matanya melebar, “…Enak.”
Yun Sia berseri-seri. “Kan! Aku memang jago!”
Pengawalnya mencicipi sedikit, lalu terpana.
“Luar biasa! Tuan, gadis ini… kalau diminta masuk istana sebagai juru masak pasti—”
SRRAK!
Pria tampan itu melempar pandangan tajam. Pengawal langsung menutup mulut.
Namun dalam hatinya, pria itu berkata, "Dia menarik.Gadis ini menarik… berbahaya menarik."
Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia ingin tahu lebih banyak tentang seseorang.
Dan seseorang itu adalah gadis barbar yang tidak tahu sopan santun, tidak kenal takut, dan tidak tahu bahwa pria di depannya…
…adalah Kaisar Muda dari Kekaisaran Wang.
Kaisar yang dikenal dingin, kejam, dan tidak suka disentuh.
Tapi hari ini…Ia disentuh, Ia ditarik, Ia dimarahi, Ia dipaksa makan ikan dan entah kenapa…Ia menikmati semuanya. Ketika malam tiba dan Yun Sia hendak pergi, pria itu memanggilnya.
“Yun Sia.” panggil pria itu
Yun Sia menoleh sambil memegang ikan panggang kedua untuk dirinya sendiri. “Hm?”
“Aku akan… menemanimu.” ujar pria itu
Yun Sia mengerutkan kening.“Kenapa? Kamu nyasar?”
Pria itu menatap matanya dalam-dalam.“Aku hanya ingin mengikuti.”
Yun Sia mengedikkan bahu. “Ya sudah. Tapi jangan repotkan aku.”
“…Baik.” jawab pria itu
Pengawal hampir menangis." TUAN… ANDA MAU MENGIKUTI GADIS BARBAR?!"
Namun keputusan itu final.
Kaisar muda yang dingin itu… memilih mengikuti gadis barbar yang baru ia kenal beberapa jam.
Dan itulah awal dari kisah kacau, indah, dan penuh tawa.
Awal dari perjalanan seorang putri hilang dan kaisar kejam yang jatuh cinta pada ceplas-ceplosnya gadis yang tak tahu siapa ia sebenarnya.
...****************...
Fajar baru saja menyelinap dari balik pepohonan ketika Yun Sia bangun dengan gaya paling tidak anggun di dunia.
“HUAAAM… Aku lapar.”
Itu adalah kalimat pertama yang keluar dari mulutnya bukan “selamat pagi”, bukan “syukur aku hidup”, melainkan perut yang protes.
Ia duduk sambil mengucek mata seperti anak ayam kurang tidur, lalu menelengkan kepala ke kanan.
Dan di sanalah… pria tampan misterius itu duduk dalam diam, menatap nyala api kecil yang tersisa dari semalam.
Ia terlihat sangat elegan hanya dengan duduk. Punggung tegak.
Rambut hitam terikat rapi.
Jubah hitam polos tapi jelas bahan mahal. Sementara Yun Sia? Rambut megar seperti singa bangun tidur.
Benar-benar kontras seperti langit dan bumi.
“Eh… kamu belum tidur?” tanya Yun Sia
Pria itu menatap sekilas. Tatapannya dingin, seperti salju yang tidak pernah mencair. “Aku tidak perlu banyak tidur.”
Yun Sia mengangguk polos. “Oh, jadi kamu insomnia juga? Sama!”
Pengawal yang berdiri agak jauh sampai tersedak udara.
“T-tuan… disamakan dengan orang insomnia…”
Pria tampan itu tak menjawab. Namun matanya memandangi rambut acak-acakan Yun Sia yang seperti boneka kapas ditiup angin. Ia memalingkan wajah dengan cepat.
“…Rambutmu berantakan.” ujar pria itu
Yun Sia mendengus. “Ya maaf, aku bukan kelinci porselen yang bangun tidur langsung cantik.”
Pria itu; “….”
Pengawal; “…dia bilang apa barusan?”
Setelah meregangkan tubuh, Yun Sia mengambil kayu panjang.“Ayo cari sarapan.” ujarnya pada dirinya sendiri
Pria itu berdiri.“Aku ikut.”
Yun Sia berhenti.“Eh, kamu ini kenapa sih? Malam ikut, pagi ikut. Kamu yakin bukan penguntit?”
Pengawal hampir tersungkur. " Kaisar… disebut penguntit…"
Namun pria tampan itu tetap menjawab dengan serius. “Aku tidak menguntit. Aku hanya… ingin memastikan kau tidak melakukan hal bodoh.”
Yun Sia tertegun lalu tertawa keras.“HAHAHAHA! Kamu lucu! Aku ini ahli bertahan hidup, tahu.”
Pria tampan itu tidak pernah dipanggil “lucu” selama hidupnya. Namun… ia tidak menolak.
Mereka berjalan menyusuri hutan. Yun Sia berjalan santai, seperti jalan-jalan di mall, sementara pria tampan itu mengamati sekitar dengan waspada.
“Nama kamu siapa sih?” tanya Yun Sia sambil melompat-lompat menghindari akar pohon.
Pria itu menjawab singkat.“A-Yang"
“Oh, A-yang? Singkat banget. Nama keluarga kamu siapa?”
“…Tidak perlu.”
“Oke deh ayang misterius.”
Pengawal di belakang hampir menangis darah."Kalau gadis ini tahu bahwa ‘A-yang’ adalah nama samaran Kaisar Wang Li Feng… dia pasti… ah sudahlah."
Yun Sia lalu menemukan sebuah pohon buah. “Waaa buah liar! Eh tapi aman nggak ya…”
Ia menatap buah itu, lalu menatap A-Yang “Tadi malam kamu makan ikan aku, sekarang giliran kamu jadi tester.”
Pengawal tersedak.“Tuan diuji makanan?! Itu… itu… itu tidak sop—”
“Pegang ini dulu.”Yun Sia menyerahkan buah itu ke tangan Kaisar.
Ling memandang buah itu, lalu Yun Sia. “Kau ingin aku mencobanya dahulu?”
“Hehe… iya. Kalau kamu pingsan, berarti beracun.”
Ling: “…”
Pengawal menjerit tanpa suara seperti ikan mati.
Namun Ling justru mengangkat buah itu dan menggigit kecil. “…Tidak apa-apa.”
Yun Sia bersorak bahagia.“Bagus! Berarti aman!”
Ia langsung memakan dua buah sekaligus.
Sementara A-yang menatapnya dengan ekspresi asing.
Bukan kesal.
Bukan marah.
Lebih seperti… terpesona tapi bingung.
Bagaimana gadis ini bisa hidup tanpa rasa takut sedikit pun?
Setelah itu, Yun Sia membawa mereka ke sungai lain.
“Aku mau mandi. Bau nih.”
A-yang refleks memalingkan wajah. “Aku akan berjaga di sini.”
“Pengawalmu juga ikut mandi nggak?” Yun Sia menggoda.
Pengawal langsung melompat setengah meter. “T-TIDAK!”
Pris tampan itu menatap Yun Sia datar.
“Kau mandi sana. Jangan lama.”
“Iyaaa aku tahu. Aku nggak bakal kabur kok.”
A-yang sebenarnya ingin berkata “bukan itu yang aku khawatirkan”, tapi ia diam.
Ia memalingkan wajah ketika mendengar suara air terciprat.
Dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya… ia sengaja menatap tanah, bukan ke arah suara, demi menjaga tata krama yang selama ini tidak pernah ia pedulikan.
Namun ia tetap mendengar gadis itu bernyanyi sambil mandi.
Lagu aneh, Iramanya aneh
Liriknya tak jelas jungkir balik.
Tapi…
Suara itu merdu.
Sangat merdu.
Pengawal menatap tuannya yang menegang sambil memalingkan wajah."Tuan… Anda… tersenyum?!"
Yun Sia keluar dari sungai sambil mengibaskan rambut panjangnya. Ia tampak segar, pipinya merona karena dingin.
A-yang terdiam seketika. “…Apa kamu harus menggoyang rambut begitu?” komentar Ling dingin.
“Aku mau ngeringin rambut. Kenapa? Kamu iri?”
A-yang: “…”
Pengawal: " Astaga… dia memprovokasi Kaisar…"
“Sudahlah,” Yun Sia menepuk bahunya. “Ayo jalan lagi. Aku mau nyari tempat tinggal. Nggak mungkin tiap hari tidur di tanah begini.”
“Kau tinggal di mana sekarang?” tanya A-yang
Yun Sia mengangkat bahu.“Entahlah. Ingatanku samar. Aku cuma tahu aku jatuh, pingsan, terus bangun dan… ya ini aku.”
Pengawal dan A-yang saling pandang. "Berarti gadis ini benar-benar tidak tahu siapa dirinya?"
Ling menatap Yun Sia lama.
“…Pantas.”
“Pantas apa?” tanya Yun Sia.
Ling memutar wajah.
“Tidak apa-apa.”
Dalam hati, ia berkata: "Pantas kau tidak tahu bersikap seperti bangsawan. Tapi… itu justru menarik."
Bersambung
.