NovelToon NovelToon
Pengantin Dunia Lain

Pengantin Dunia Lain

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Horor / Hantu
Popularitas:752
Nilai: 5
Nama Author: BI STORY

Bu Ninda merasakan keanehan dengan istri putranya, Reno yang menikahi asistennya bernama Lilis. Lilis tampak pucat, dingin, dan bikin merinding. Setelah anaknya menikahi gadis misterius itu, mansion mereka yang awalnya hangat berubah menjadi dingin dan mencekam. Siapakah sosok Lilis yang sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BI STORY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Baper Dengan Calon Suami Kembaran

Hantu ​Lilis/Alice baru saja kembali dari Bogor. Ia muncul di lorong mansion, meninggalkan hawa dingin yang cepat menghilang. Ia berjalan dengan anggun menuju dapur, di mana Zian sedang menyusun makanan di piring.

Zian melompat kaget.

"Kak Lilis! Aku kira Kakak udah lama pergi. Aku tidak merasakan apa-apa."

​Lilis mengambil sepotong camilan.

"Aku bergerak cepat dan aku sudah kembali, Zian. Gak perlu takut."

​Lilis melirik jam dinding mewah di dapur.

"Reno akan segera pulang. Aku harus bersiap."

​Dimas dan Aline masih duduk di sofa, mencari petunjuk kecil tentang hilangnya Alice, membahas apa yang terakhir kali Alice lakukan.

"​DRING DONG!"

​Bel rumah Dimas berbunyi.

"Siapa tuh?" tanya Aline.

​Dimas membuka pintu. Di sana berdiri Risa, tampak stylish dan sedikit terlalu bersemangat. Di tangannya, Risa memegang kotak kue yang dihias cantik.

Risa tersenyum lebar.

"Halo, Dim. Aku mampir sebentar. Hari ini ulang tahun kamu, kan? Aku buatkan cake khusus untuk kamu. Terima ya?"

​Risa tiba-tiba terdiam, melihat ke dalam. Ia melihat Aline duduk di sofa. Wajah Risa langsung berubah dari ceria menjadi dingin dan curiga.

​Risa menatap Aline, nadanya tajam.

"Aline? Kamu ngapain di sini?"

​Aline terkejut oleh nada interogasi Risa. Dimas menatap mereka berdua, bingung.

​"Aku... aku hanya mampir untuk bicara dengan Dimas. Ada yang ingin kami cari tahu tentang Alice."

​Risa melangkah masuk, mengabaikan Dimas.

"Cari tahu"? Kenapa kamu harus mencari tahu di rumah tunangan saudara kembarmu yang hilang? Kalian sudah bicara lama?"

​"Risa, jangan salah paham. Kami hanya membahas hilangnya Alice. Aline adalah kembarannya. Wajar dia mencariku."

​Risa menatap Dimas dengan tatapan sedih, lalu kembali ke Aline.

"Wajar? Aline, kamu selalu tahu kalau Alice dan Dimas punya kedekatan sejak dulu dan setelah Alice menghilang, kamu datang ke sini, duduk di sofanya? Kamu tidak menghormati Alice!"

​Aline marah.

"Aku gak datang untuk menggantikan posisi Kak Alice! Aku mencintai saudara kembarku! Kenapa kamu berpikir seperti itu?! Kamu cemburu, Risa? Kamu selalu menyukai Dimas kan!"

​Risa membuang kotak kuenya ke atas meja, ekspresinya penuh emosi yang campur aduk, marah, sedih, yang terpendam.

Risa berteriak,

"Dan kamu, Dimas! Kenapa kamu membiarkannya ke sini?! Kamu juga harusnya mencari Alice, bukan bareng kembarannya yang mirip sekali!"

​"Risa, hentikan! Aku sangat mencintai Alice dan aku hanya menganggap Aline sebagai teman. Aline adalah keluarga."

​Risa berdiri di depan pintu rumah Dimas, wajahnya memerah karena emosi. Aline berdiri beberapa langkah di belakangnya, tampak sedih dan terpukul.

"​Cukup, Aline! Aku nggak peduli apa pun alasanmu ke sini. Tapi mendekati Dimas? Dia calon suaminya Alice! Kembaranmu sendiri! Kamu pikir aku cewek bodoh? Alice menghilang, dan kamu langsung mengambil tempatnya?"

​Aline dengan suara bergetar,

"Risa, kamu salah paham. Aku datang untuk memastikan keadaannya Dimas, dan... dan mencari tahu tentang Alice. Aku nggak bermaksud."

​Risa memotongnya tajam,

"Nggak bermaksud apa?! Aku lihat semuanya, Aline. Cara kamu menatapnya, cara kamu bicara dengannya. Kamu tahu betul Alice menyayangi Dimas lebih dari apa pun. Kalau kamu memang menyayangi Alice, kamu nggak akan melakukan ini! Aku pergi."

​Risa berbalik dengan cepat, mengabaikan panggilan Aline. Begitu kakinya menginjak halaman, air hujan turun dengan tiba-tiba, sangat lebat.

Risa tergesa-gesa masuk ke mobilnya dan melaju pergi, meninggalkan cipratan air.

​Aline berdiri termangu di teras, memandang kepergian Risa. Rasa sakit karena dituduh bercampur dengan rasa bersalah yang tidak ia pahami sepenuhnya.

Ia menghela napas.

​Dimas keluar dari dalam rumah, membawa dua mantel hujan.

"​Kamu nggak bisa pulang jalan kaki dalam keadaan begini, Lin. Aku antar."

​Aline menoleh, terkejut.

"Dimas, nggak perlu. Aku bisa panggil taksi."

​Dimas maju, menyampirkan salah satu mantel ke bahu Aline dengan gerakan lembut.

"Di sini susah dapat taksi kalau hujan begini. Udah malam juga. Lagipula, aku nggak bisa biarin kamu pulang sendirian setelah apa yang Risa katakan. Dia hanya terlalu khawatir dengan Alice. Ayo."

​Aline menatap mata Dimas. Ada ketulusan dan kehangatan yang membuat hatinya berdesir. Dia hanya mengangguk pelan.

​Aline duduk di jok belakang, memeluk pinggang Dimas dari belakang. Mantel hujan besar menutupi mereka berdua. Mereka bergerak lambat membelah hujan yang seperti tirai.

​Aline menyandarkan pipinya ke punggung Dimas. Punggung yang terasa kokoh dan hangat, kontras dengan udara dingin yang menusuk. Bau hujan, aspal basah, dan aroma parfum khas Dimas bercampur menjadi satu.

"Hangat sekali. Pelukannya terasa pas, seperti... ini adalah tempat seharusnya aku berada. Dimas tidak pernah sedekat ini denganku. Caranya bicara, caranya menyampirkan mantel tadi... sangat lembut. Dia cowok yang baik. Terlalu baik."

​Dimas tiba-tiba mengurangi kecepatan saat melewati genangan air, dan Aline refleks mengeratkan pelukannya.

Dimas sedikit berteriak, melawan suara hujan.

"Pegangan yang erat, Lin!"

​Aline berteriak juga.

"Iya!"

​"Jantungku... kenapa berdetak secepat ini? Aku merasa... nyaman. Aku merasa terlindungi. Ini... ini pasti yang sering Alice rasakan. Rasa ini... ini yang membuat Alice jatuh cinta padanya. Aku harus berhenti!" batin Aline.

​Aline mendadak menarik sedikit jarak tubuhnya dari punggung Dimas, hanya menyisakan tangan yang tetap memegang pinggangnya. Matanya terpejam, mencoba mengusir sensasi manis yang baru saja ia rasakan.

"Tidak. Sadar, Aline! Ini Dimas, Calon Suami Alice. Alice. Saudara kembarmu. Jangan pernah melupakan itu. Kamu tidak boleh merasakan apa pun untuk pria ini. Ini salah! Ini pengkhianatan!"

​Aline membuka matanya, menatap punggung Dimas di depannya, kini dengan pandangan yang tegas dan penuh penyesalan. Ia menguatkan hati, berjanji pada dirinya sendiri bahwa perasaannya yang baru muncul ini harus segera ia kubur dalam-dalam.

Hening, hanya ada suara hujan, sampai motor berhenti di depan rumah Aline.

Motor Dimas berhenti di depan teras rumah Aline. Hujan sudah tidak sederas tadi, hanya menyisakan gerimis ringan. Udara dingin sekali.

​Dimas mematikan mesin motor. Aline turun dari jok belakang, tubuhnya masih sedikit menggigil karena dingin.

Aline melepas helm, suaranya pelan.

"Terima kasih banyak, Dimas. "

​Dimas melepas helm dan menggantungnya di motor. Senyum tipis, tapi matanya terlihat lelah.

"Sama-sama, Lin. Tugas seorang laki-laki untuk memastikan kamu aman. Lagipula, aku yang minta maaf soal Risa. Dia cuma terlalu... protektif.".

​Aline menggeleng pelan.

"Aku mengerti. Mungkin Risa sayang banget sama Alice. Dan... dan dia benar. Aku nggak seharusnya berada di dekatmu sekarang."

​Dimas menatap Aline lekat-lekat. Ada kesedihan yang sama terpancar di mata mereka berdua, kesedihan karena kehilangan Alice, dan juga ketegangan karena situasi yang tidak mengenakkan ini.

"​Jangan bicara begitu. Kamu saudaranya Alice, Lin. Kamu adalah bagian dari keluarga. Aku nggak akan menjauh dari kamu, terutama saat kita sama-sama menunggu kabar dari Alice."

​Aline menarik napas dalam, berusaha menguatkan hati dari rasa baper yang mulai timbul lagi.

"Iya. Tapi tolong, kita harus selalu ingat batasan itu, Dimas. Aku.. aku nggak mau Risa atau siapa pun salah paham. Dan yang paling penting, aku nggak mau mengkhianati Alice."

​Dimas mengangguk, sorot matanya melembut, mengerti apa yang coba disampaikan Aline.

​"​Aku janji, Lin. Aku akan berhati-hati.".

​Bersambung

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!