NovelToon NovelToon
Promise: Menafsir Kamu

Promise: Menafsir Kamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Kisah cinta masa kecil / Cinta Terlarang / Cinta pada Pandangan Pertama / Cintapertama / Cinta Murni
Popularitas:8.5k
Nilai: 5
Nama Author: Iyikadin

Rayna tak pernah benar-benar memilih. Di antara dua hati yang mencintainya, hanya satu yang selalu diam-diam ia doakan.
Ketika waktu dan takdir mengguncang segalanya, sebuah tragedi membawa Rayna pada luka yang tak pernah ia bayangkan: kehilangan, penyesalan, dan janji-janji yang tak sempat diucapkan.
Lewat kenangan yang tertinggal dan sepucuk catatan terakhir, Rayna mencoba memahami-apa arti mencintai seseorang tanpa pernah tahu apakah ia akan kembali.
"Katanya, kalau cinta itu tulus... waktu takkan memisahkan. Hanya menguji."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iyikadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 8 - Hari Itu Tiba

"Aku mencoba untuk melangkah, meski hatiku tertinggal di tempat lain."

...***...

"Huft... Akhirnya hari ini aku pulang juga ke rumah." Ucap Rayna.

Ya, Rayna akhirnya diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Udara Jakarta yang pengap terasa menyesakkan, berbeda jauh dengan kenangan Praha yang selalu ia puja. Mama menggenggam tangannya erat, seolah takut ia akan menghilang lagi.

"Hati-hati ya, Sayang," ucap Mama saat mereka berjalan menuju mobil.

Rayna hanya mengangguk, pandangannya kosong. Selama dirawat di rumah sakit di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Mama selalu setia menemaninya. Ia tahu, Mama sangat mengkhawatirkannya.

Sesampainya di rumah, Rayna langsung menuju kamarnya. Kamar itu terasa asing, meskipun setiap sudutnya dipenuhi dengan barang-barang miliknya. Ia merebahkan diri di tempat tidur, memejamkan mata, mencoba melupakan semua yang telah terjadi.

"Rayna, kamu mau makan sesuatu?" tanya Mama dari ambang pintu.

Rayna menggeleng. "Nggak, Ma. Aku mau istirahat saja," jawabnya lirih.

"Ya sudah, kamu istirahat ya. Mama siapkan makan malam nanti," ucap Mama sambil mengusap rambut Rayna. "Besok kamu harus terlihat cantik untuk acara lamaran."

Rayna hanya mengangguk, membiarkan Mama keluar dari kamarnya. Ia kembali memejamkan mata, mencoba menenangkan diri. Tapi pikirannya justru semakin kacau.

Rayna tahu, ia tidak bisa terus menerus larut dalam kesedihan. Ia harus mencoba menerima kenyataan dan menjalani hidupnya. Meskipun hatinya masih merindukan Praha dan Vando, ia harus belajar untuk membuka hati untuk Ben.

"Mmm... mungkin saja Ben bisa membuatku bahagia," gumamnya, mencoba meyakinkan diri sendiri.

...***...

Keesokan harinya, tepat di hari Rayna dan Ben lamaran, Rayna menatap pantulan dirinya di cermin. Gaun berwarna pastel yang dipilihkan Mama tampak cantik, tapi tidak mampu menyembunyikan mata sembab dan senyum yang dipaksakan.

"Kamu cantik sekali, Sayang," puji Mama dari belakang.

Rayna hanya tersenyum tipis. "Makasih, Ma."

"Ayo, keluarga Ben sudah menunggu," ajak Mama, menggandeng tangan Rayna.

Rayna menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Ia tahu, hari ini adalah hari lamarannya. Hari di mana ia akan secara resmi terikat dengan Ben, laki-laki yang bahkan tidak ia cintai.

Sebuah kafe kecil di kawasan Menteng telah disulap menjadi tempat yang romantis. Bunga-bunga pastel menghiasi setiap sudut ruangan, lilin-lilin beraroma lembut dinyalakan, dan alunan musik klasik mengalun pelan. Hanya keluarga inti dari kedua belah pihak yang hadir, menciptakan suasana yang intim namun canggung.

Ben menyambut Rayna dengan senyum hangat. Ia tampak gagah dengan kemeja dan jas yang dikenakannya.

"Kamu cantik banget malam ini," bisiknya di telinga Rayna.

Rayna hanya membalas dengan senyum tipis.

Acara dimulai dengan perkenalan singkat dari kedua belah pihak keluarga. Papa Ben membuka percakapan dengan menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan mereka.

"Kami sekeluarga sangat senang bisa menjalin hubungan yang lebih dekat dengan keluarga Rayna," ucap Papa Ben dengan ramah. "Kami berharap, Rayna dan Ben bisa menjadi pasangan yang bahagia dan harmonis."

Mama Rayna membalas dengan senyum hangat. "Kami pun merasa sangat senang. Kami percaya, Ben adalah laki-laki yang baik dan bertanggung jawab."

Rayna hanya bisa mendengarkan percakapan itu dengan hati yang hancur. Ia merasa seperti sedang berada di sebuah drama yang bukan ia tulis sendiri.

Tibalah saat yang paling dinantikan, yaitu tukar cincin. Ben membuka kotak cincin yang berisi dua cincin perak yang berkilauan. Ia meraih tangan Rayna, menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Rayna, bersediakah kamu menjadi pendamping hidupku?" tanya Ben, suaranya lembut namun mantap.

Rayna terdiam sejenak, menatap wajah Ben, lalu beralih menatap Mama yang memberikan anggukan kecil. Dengan berat hati, Rayna mengangguk.

"Ya," jawabnya lirih, hampir tak terdengar.

Ben tersenyum lega dan memasangkan cincin itu di jari manis Rayna. Rayna membalas, memasangkan cincin yang satunya di jari Ben. Tepuk tangan dan ucapan selamat menggema di ruangan, namun Rayna merasa seperti sedang berada di dunia lain.

Setelah acara tukar cincin selesai, semua menikmati hidangan yang telah disiapkan. Rayna hanya bisa makan sedikit, karena hatinya terlalu berat untuk menelan makanan.

"Kamu nggak apa-apa, Sayang?" tanya Mama dengan nada khawatir.

Rayna mengangguk. "Nggak apa-apa, Ma. Cuma sedikit nggak enak badan saja."

Mama mengusap punggung Rayna dengan lembut. "Kamu istirahat saja kalau gitu."

Rayna mengangguk lagi, lalu bangkit dari tempat duduknya. "Aku permisi sebentar ya," ucapnya.

Rayna berjalan menuju toilet, mengunci pintunya, dan menatap pantulan dirinya di cermin. Air mata mulai mengalir di pipinya.

"Apa yang sudah aku lakukan? Aku benar-benar sudah resmi menjadi pasangan Ben sekarang?" bisiknya lirih. "Kenapa aku harus menjalani semua ini?"

Rayna terisak, membiarkan air mata membasahi wajahnya. Ia merasa seperti sedang terperangkap dalam sebuah mimpi buruk yang tidak ada ujungnya.

Rayna kembali ke tempat keluarganya berkumpul, berusaha menyembunyikan jejak air mata di wajahnya. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba memasang senyum setenang mungkin.

"Rayna, kamu kenapa?" tanya Ben, menghampirinya dengan tatapan khawatir.

"Nggak apa-apa," jawab Rayna singkat. "Ben, bisa bicara sebentar?"

Ben mengangguk, lalu mengikuti Rayna menjauh dari kerumunan keluarga. Mereka berjalan ke sudut kafe yang lebih sepi, di dekat jendela besar yang menghadap ke jalanan Menteng yang ramai.

"Ada apa?" tanya Ben, menatap Rayna dengan lembut.

Rayna menatap Ben dengan tatapan menyelidik. "Kenapa sih lo mau-mau aja dijodohin gini? Kek nggak pernah ada penolakan sedikit pun," tanyanya dengan nada sinis.

Ben terdiam sejenak, lalu menghela napas. "Gue pernah melakukan sebuah kesalahan besar di keluarga gue, jadi gue nggak ada kesempatan lagi buat nolak perjodohan itu," jawabnya lirih.

Rayna mengerutkan kening. "Kalau boleh tau kesalahan apa yang lo buat sampe lo gak punya kesempatan lagi?"

Ben menatapnya ragu, seolah menimbang-nimbang apakah ia harus menceritakan semuanya. "Suatu saat nanti lo bakal tahu, tapi bukan sekarang. Sekarang belum waktunya," jawabnya akhirnya. "Lagian, nyokap lo dan nyokap gue udah temenan lama, gue harap sih itu baik buat semuanya. Gue takut salah langkah lagi."

Rayna menatap Ben dengan tatapan tidak percaya. "Gue harap lo bisa dipercaya, Ben," ucapnya dengan nada dingin.

Ben menatap Rayna dengan tatapan penuh penyesalan. "Gue nggak janji soal itu, tapi gue akan berusaha jadi yang terbaik buat semuanya," jawabnya dengan sungguh-sungguh.

Rayna memalingkan wajah, tidak ingin melihat tatapan Ben. Ia merasa semakin bingung dan tidak tahu apa yang harus ia percayai.

"Gue harap lo nggak akan menyesal dengan keputusan ini, Ben," ucap Rayna pelan, lalu berbalik dan meninggalkan Ben sendirian di sudut kafe.

Bersambung...

1
Rahma Rain
perhatian banget.. pasti vando menyimpan rasa sama Rayna
Rahma Rain
berada di tengah orang yang nggak kenal kita itu menurut ku menyenangkan. kita bisa menjadi diri sendiri.
kim elly
cie ehem
kim elly
iya makanya kamu coba hargai dia ray
kim elly
nah cewek suka gitu giliran di pindah ngambek malu nggak di pindah bertanya-tanya 😀
⛧⃝ 𓂃Luo Yi⧗⃟
Jadi Kasian Ben deh.. tapi dy juga masih bocah dah main sosor aja.. no no gak boleh ya kalian masih hrus sekolah menuntut ilmu
⛧⃝ 𓂃Luo Yi⧗⃟
Kadang suka gregetan ma Ray.. ingat Vando mulu.. move on dong.. Lagian kalo Vando bneran suka dan cinta pasti dia berusaha hubungi kamu Ray🤧
mama Al
wkwkwwk wkwkww
mama Al
hmm kayaknya bukan itu deh
mama Al
ya karena kamu mulai nyaman sama ben
☠: ˢ⍣⃟ₛ🦋⃟‌⃟Athena🦋⃟‌⃟☬˚᭄◍
Klo pun mereka gk suka ya gpp, kn kita nggk bs ngatur hati orang harus suka sama kita, yg penting kita nggk buat mslh aja, tp klo ad yg buat mslh dg kita, yaa bales buat org itu menyesal udh cari mslh 🤣
☠: ˢ⍣⃟ₛ🦋⃟‌⃟Athena🦋⃟‌⃟☬˚᭄◍
Jangan pesimis dulu Rayna, siapa tahu km disana mnemukn shbt sejati, yg mau menerima kamu apa adanya
☕︎⃝❥Ƴ𝐀Ў𝔞 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ℘ℯ𝓃𝓪 🩷
klo Rayna udh bisa bercanda sama Ben tandanya mulai nyaman 🤭
☕︎⃝❥Ƴ𝐀Ў𝔞 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ℘ℯ𝓃𝓪 🩷
namanya juga luka, dia suka datang tanpa diundang 😮‍💨
🦋RosseRoo🦋
Coba kamu makan sate ayam pake lontong.. Enak bgt looh 🤤
MARDONI
Mamanya nggak sadar, tapi tiap kali dia bandingin Ben sama Ken, itu sama aja kayak dia nggores kulit anaknya pake kata-kata. Dan sekarang, lukanya pecah semua
MARDONI
Mama nangis buat Ken, tapi yang berdiri diem di dekatnya itu anaknya juga. Dan itu yang paling patah: Ben selalu hadir, tapi selalu nggak kelihatan.
🦋RosseRoo🦋
si Ben, kaya cewek lg PMS aja😅
Rezqhi Amalia
terus Ben gimna🥹
Rezqhi Amalia
itu beneran nggak, bukan bayangan raynA doank😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!