Bagi Hasan, mencintai harus memiliki. Walaupun harus menentang orang tua dan kehilangan hak waris sebagai pemimpin santri, akan dia lakukan demi mendapatkan cinta Luna.
Spin of sweet revenge
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MJW 17
"Siapa, bang, yang datang dengan kamu tadi? Mobilnya keren banget," tanya Faris ketika melihat abi dan abangnya memasuki ruang keluarga.
Sedangkan uminya sudah menata makanan makanan yang dibawa oleh Hasan di atas meja makan.
"Banyak sekali, Hasan. Kelihatannya sangat enak. Harum sekali. Beli dimana?" berondong uminya dengan banyak pertanyaan.
"Dicoba aja, umi. Tidak akan mengecewakan rasanya," jawab Hasan.
"Pertanyaanku ngga dijawab, bang," ucap Faris sambil mengambil sepotong paha bebek goreng.
Hasan dan abinya saling tatap.
"Kok, malah diam, San? Malah tatap tatapan sama abi." Uminya Siti Azizah jadi penasaran. Kemudian umi menyicip bakmi gorengnya.
"Huuf.... Mantap pedasnya. Tumben kamu suka pedas level segini." Siti Azizah langsung suka. Dia jarang masak sepedas ini, karena suami dan anak anaknya tidak suka yang terlalu pedas.
Hasan tersenyum melihat uminya yang malah tambah nik mat makannya. Teringat kalo Luna yang pesan bakmie gorengnya dengan level pedas gadis itu.
"Bang, kok, ngga dijawab, sih?" tanya Faris makin ngga sabar.
"Abi tau, ya? Siapa, sih, bi?" desak Faris.
"Papinya Luna," jawab Hasan akhirnya.
"Luna?" Siti Azizah merasa merasa asing dengan nama itu.
"Siapa Luna, bang?" tanya Faris makin penasaran.
"Oh ya, bebeknya enak," sambungnya lagi.
Siti Azizah tertegun.
Jangan jangan....., batinnya terguncang sambil melihat suami dan anaknya yang kini menatapnya dalam.
"Papi yang anaknya mau aku nikahi, Ris."
Uhuk uhuk uhuk....
Faris langsung keselek sambal. Matanya terasa panas dan mulai berair. Tenggorokannya jadi perih. Dia buru buru meneguk minuman dingin yang ada di atas meja.
"Pelan pelan, Ris," ucap Ali Wahab dengan tatapan prihatin. Dia kemudian menatap istrinya yang masih terpaku dengan wajah pucat.
"Kok, bisa papinya ke sini, bang? Barengan tadi?" tanya Faris lagi, masih dengan mata yang masih mengeluarkan air mata, efek keselek sambal.
"Tadi aku jemput Luna di rumah sakit. Karena aku ngga enak badan, Luna minta supirnya nganterin aku pulang. Tapi papinya yang mau anterin," jelas Hasan sambil memijat keningnya.
"Lunanya sakit apa?" tanya uminya akhirnya setelah bisa menenangkan diri. Dia jadi khawatir juga dengan keadaan gadis itu karena Hasan menjemputnya di rumah sakit.
"Dia dokter, Umi."
Siti Azizah tertegun.
Dokter?
"Wow, keren, bang," seru Faris setelah rasa perih akibat keselek sambalnya berkurang.
"Kamu istirahat saja, Hasan," ucap Abinya saat melihat putranya terlihat menahan pusing.
"Kamu masih sakit, San?" Siti Azizah jadi khawatir melihat putranya.
"Aku hanya butuh tidur, umi. Aku sudah dikasih obat sama Luna."
Abi, umi dan Faris terdiam. Mereka saling pandang.
"Aku ke kamar dulu," pamitnya. Sebenarnya dia ingin membicarakan tentang kedatangan papinya Luna. Tapi kepalanya mulai terasa berat.
Besok saja, batinnya sambil pergi.
Keadaan hening sampai Hasan memasuki kamarnya.
"Bagaimana ini, bi? Hasan sepertinya serius?" Siti Azizah menatap suaminya panik.
"Bi, papinya sombong atau baik? Kan, kaya banget." Faris kepo karena tadi abinya pasti sempat ngobrol dengan papinya Luna.
"Baik dan ramah."
"Keren, ya, bi, ngga sombong. Padahal kaya banget. Mobilnya aja harganya lebih dari lima M kayaknya," kagum Faris..Dia melanjutkan makannya.
Pasti namanya Luna cantik banget, sampai abangnya keukeh mau ninggalin Laila, duganya dalam hati.
"Iya. Abi juga ngga nyangka."
"Laila bagaimana, bi? Orang tua kamu juga bagaimana?" Siti Azizah semakin panik dan bingung.
"Besok saja kita tanyakan lagi pada Hasan."
Siti Azizah menghela nafas panjang.
*
*
*
Emra tidak langsung pulang ke rumah. Dia mampir ke rumah kembarannya Emir.
"Ada apa?" tanya Emir. Mereka kini berada di dekat mobil Emra.
"Sorry ngeganggu." Emra mengulurkan bungkus rokoknya pada kembarannya. Rokoknya sudah dia sulut. Dia menghembuskan asap rokoknya perlahan.
"Lagi pusing?" Emir mengambil satu batang rokok dan menyulutnya.
Emra mengisap dalam dan menghembuskan pelan asap rokoknya.
"Aku barusan mengantar calon suami Luna pulang."
Hampir saja rokok yang dipegang Emir terjatuh. Wajahnya tampak surprise.
"Calon suami? Yang benar?"
Emra mengangguk, tapi ekspresi wajahnya tidak begitu lepas.
"Iya, tapi Luna kelihatannya masih ragu."
"Kenapa?" tanya Emir heran.
"Anak pak kyai, yang punya pesantren."
"Wow, keren juga calonnya Luna." Emir merapat ke samping Emra. Menyandar di badan mobil kembarannya.
"Fadel dan Fathir juga kenal orangnya."
"Mereka berteman?"
"Teman SMA. Plot twistnya, calon suaminya Luna itu yang dulu salah lempar bola basket ampe bikin Luna geger otak," kekeh Emra.
"Sungguhan?" Emir akhirnya tergelak juga.
"Dunia sempit, ya," sela Emra dalam tawanya.
"Iya." Keduanya tertawa beberapa saat lamanya.
"Kenapa Luna ragu? Malah bagus, kan, kalo calon suaminya anak santri. Oh, ya, namanya siapa?" tanya Emir setelah tawanya mereda.
"Namanya Hasan." Emra kembali menghisap dalam rokoknya.
"Mungkin Luna belum siap karena tau kalo nikah sama Hasan, bakal dipanggil Ning," kelakar Emir.
"Mungkin, sih." Emra masih ingat wajah panik putrinya ketika dirinya akan mengantar Hasan pulang.
"Hasan tadi sudah minta ijin mau serius dengan Luna. Aku senang mendengarnya."
"Gentle. Aku dukung Luna dengan Hasan."
Emra tersenyum. Dia juga sama dengan Emir.
"Sekarang tinggal yakinkan Luna," sambung Emir.
"Iya."
*
*
*
"Dia sudah punya calon istri?" tanya Kiara kaget. Ini kekagetan keduanya. Yang pertamanya dia baru tau kalo Hasan yang pernah menyebabkan putrinya geger otak dan mengalami keretakan pada tulang lengannya.
"Kata perempuannya, mam. Tapi kata Hasan dia ngga pernah terikat dengan perjodohan dengan siapa siapa," jelas Luna membela Hasan.
"Iya, mam, perempuannya itu dari kalangan santri juga. Kayaknya dia yang obsesi sama Hasan. Sampai Hasan ke Kairo diikutin juga," timbrung Ayra.
Dia yang akan mengambil minum kaget melihat papinya masuk ke dalam mobil bersama Hasan.
Melihat wajah panik Luna, Ayra berinisiatif membantu kembarannya menjelaskan yang dia tau. Tentunya yang akan mendukung hubungan Hasan dan Luna. Dalam hati Ayra tertawa geli.
Katanya ngga mau sama Hasan.....
"Bener begitu?" tanya Kiara sambil menatap Luna.
"Iya, mam. Aku beberapa kali dilabrak perempuan itu."
Kiara menatap putrinya ngga terima.
"Kamu diam aja atau balas ngata-in dia?" tanyanya dengan hati panas.
"Ya, balas ngata-in dialah, mam. Memangnya mami pernah lihat aku diam aja waktu ditindas orang?" Luna menjawab santai.
"Sampai dia ngga bisa berkata kata, mam," timbrung Ayra lagi kemudian ngikik.
Baguslah, batin Kiara senang.
"Kamu harus pasti-in kalo Hasan memang belum punya calon istri," saran maminya-Kiara tegas.
"Sudah dipastikan, mam," sangkal Ayra membantu Luna menjawab perkataan maminya.
"Mungkin dijodohkan. Biasanya anak anak.pimpinan pondok juga sering dijodoh jodohkan," ucap Kiara berprasangka.
Luna dan Ayra saling tatap.
"Mungkin juga, sih, mam," sahut Ayra membenarkan dugaan maminya, karena si Laila yakin banget kalo Hasan bakal nikah dengan dia.
"Tapi buat apa juga, mam, diselidiki. Aku juga ngga mau sama dia," tolak Luna.
"Kamu ngga mau, tapi ngga nolak diantar pulang sama Hasan," ejek Ayra.
"Aku kepaksa," denial Luna, tapi yang ngga dia sadari, pipinya merona.
"Kamu ngga berani masuk dalam lingkungan dia?" Kiara mulai memahami yang dirasakan putrinya.
"Ngerilah, mam. Dia bakal jadi pimpinan pondoknya. Aku takut nanti akan malukan dia."
Kiara dan Ayra terdiam.
"Kalo begitu tegas, dong. Tolak dia. Bukan kasih dia harapan kalo kamu mau jadian sama dia," sarkas Ayra menyudutkan Luna.
"Ayra betul. Mami lihat kamu udah kecintaan banget sama dia," sindir Kiara. Terlihat jelas tadi.
"Otaknya sudah geser, mam. Maklum pernah dilempar penuh cinta dengan bola basket. Jadi sulit nolak," ejek Ayra yang di akhir kalimatnya jadi tawa berderai.
Kiara juga tergelak mendengarnya.
jujur aku penasaran kenapa hasan menolak laila??
ataukah dulu kasus luna dilabrak laila,, hasan tau??
udah ditolak hasan kok malahan mendukung tindakan laila??
Laila nya aja yg gak tahu diri, 2x ditolak msh aja ngejar²😡