TEMANKU ADALAH SUAMIKU

Siang itu Vina sangat bersemangat menuju kantin. Sebab ia akan menemui Adrian-pujaan hatinya disana. Airin yang masih merapihkan buku-bukunya, ditinggal pergi sahabatnya itu yang terlihat terburu-buru. Airin tersenyum, ia paham bagaimana perasaan sahabatnya itu. Vina selalu bahagia jika bertemu Adrian.

Selesai dengan pekerjaannya dikelas, Airin segera pergi untuk menyusul Vina. Namun apa yang ia lihat? Ia melihat Adrian sedang berjalan menuju parkiran mobil. Tentu ini membuatnya berfikir, bukankah Vina sedang menunggu kedatangan laki-laki itu?.

"Adrian?." Airin memanggilnya dari belakang, membuatnya langsung berbalik kearahnya.

"Kamu mau kemana?."

"Bengkel."

"Lho? Itu Vina ke kantin, nungguin kamu."

"Biarin aja, gue sibuk." Adrian melenggang pergi, namun ia berbalik dengan cepat seakan melupakan sesuatu.

"Oh ya? Lo mau gue anter balik? Biar sekalian?."

"Enggak, aku mau ke resto."

"Apa?." Adrian memicingkan matanya, kakinya melangkah mengikis jaraknya dengan Airin

"Lo masih kerja ditempat itu?".

"Iya, emangnya kenapa? Kan kamu tau aku part time disana."

"Gue tau. Tapi kan lo udah jadi istri gue, apa lo masih perlu kerja?."

"Ya...ya?..."

"Emang...apa...hubungannya?." Airin mendadak gugup, rasanya ia ingin menghilang dari hadapan lelakinya itu saat ini juga.

"Gue bisa ngasih apapun yang lo mau. Jadi, berhenti kerja."

"Eh? Enggak, Adrian. Nggak bisa gitu."

"Bahas dirumah aja, gue buru-buru."

"Haaa?." Airin dibuat bingung, Adrian pergi tanpa mengatakan apapun lagi.

"Sungguh? Dia pergi gitu aja?..."

"Harusnya dia kasih alasan yang jelas, kenapa tiba-tiba minta aku berhenti kerja. Dasar aneh."

•••

Pukul delapan malam Adrian baru tiba dirumah setelah menghabiskan waktu beberapa jam dibengkel mobilnya. Kepulangan Adrian disambut sang Ibu, Inez yang sedang duduk diruang keluarga. Setelah meminta Ana untuk membuatkan minuman dingin. Inez menyuruh Adrian duduk disisinya.

"Bengkel lagi rame, ya?."

"Iya, Ma. Anak buah juga ada yang izin. Jadi Adrian yang back up."

"Hmm."

"Mbak Ana, Airin ada dikamar?." Adrian bertanya sambil memutar tubuhnya kearah dapur

"Nggak ada, Den. Belum pulang."

Mendapat jawaban yang membuatnya sedikit kecewa membuat Adrian menghela nafas berat, "Ternyata dia nggak dengerin omongan gue."

"Kenapa?". Inez bertanya

"Nggak apa-apa, Ma."

"Oh ya, Sayang. Mama minta maaf ya soal tadi pagi. Mama gak bermaksud bikin kamu marah."

"Tapi kenapa, Ma? Bukannya Mama selalu dukung Adrian?."

"Ya, tapi ini bukan masalah sepele, Sayang..."

"Mama nggak habis fikir, bisa-bisanya kamu senekat itu?..."

"Ok, Mama nggak mau bahas Om Benny, tapi Sayang, kenapa kamu memutuskan menikah secepat ini?..."

"Dan, apa nggak ada perempuan lain?."

"Emangnya kenapa sama Airin, Ma? Dia bukan orang asing buat Adrian..."

"Kita kenal sejak SMA dan teman baik dikampus. Adrian udah cukup kenal sama Airin."

"Iya, Sayang, Mama paham. Maksud Mama..."

"Kamu serius sama pernikahan ini? Nggak ada rencana untuk pisah?."

"Ma?! Mama ngomong apa, sih?..."

"Oh Adrian tau, Mama mau jelek-jelekin Airin, kan?..."

"Adrian nggak suka, Ma." Dengan marah, Adrian pergi meninggalkan ruang keluarga. Ia mengabaikan Inez yang memanggilnya berulang kali.

Disaat yang bersamaan, Airin pun tiba dirumah. Airin melihat jelas Adrian menaiki tangga dengan amarah. Sesaat kemudian tatapan Airin berpindah menatap Inez yang sedang menatapnya dengan sengit.

"Hebat ya, kamu." Inez berjalan menghampiri

"Baru dua hari jadi istri anak saya, udah bikin dia berani melawan saya."

"Enggak, Tante-"

Airin membuang nafas panjang, Inez pergi setelah memberi tatapan mematikan yang dimilikinya. Airin pun melanjutkan langkahnya menuju kamar.

"Adrian?." Airin langsung menghampiri Adrian saat memasuki kamar. Lelakinya itu terlihat baru saja melepas jaket dan sepatunya

"Kamu habis berantem ya sama Mama kamu?."

"Ck, biasanya istri itu kalo baru sampe rumah minimal cium tangan suami kek?..."

"Peluk suami kek, atau cium? Ini langsung cerewet, nanya-nanya."

"Ish, jangan harap, ya."

"Hahaha..."

"Lo kenapa nanya gitu? Ketemu Mama ya dibawah? Mama ngomong apa?."

"Nggak ngomong apa-apa."

Setelah menaruh tasnya, Airin bergerak menuju lemari dan mengambil pakaian ganti miliknya. Adrian pun memperhatikannya setelah selesai menjawab telfon singkat dari kerabatnya.

"Mau ngapain?."

"Mandi, lah."

"Gue dulu."

"Ha? Kamu masih sibuk kan? Telfonan aja dulu."

"Udahan. Gue duluan pokoknya."

Adrian melempar ponselnya keatas tempat tidur dan bergegas memasuki kamar mandi. Namun Airin berhasil menahan tangannya.

"Aku duluan, aku udah bawa baju, kamu mana?."

"Bodo amat, lo yang ambilin baju gue nanti."

"Ih! Adrian!."

•••

Lanjut lagi...

Tapi Awas ya klean kalo gak ninggalin jejak, aku marah 😡😡