NovelToon NovelToon
SECRETS

SECRETS

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi
Popularitas:576
Nilai: 5
Nama Author: FairyMoo_

Kisah ber-genre fantasi yang menceritakan seorang anak konglomerat di suatu negara yang terjebak hubungan dengan dosennya sendiri. Violia Lavina seorang mahasiswi yang agak "unik" yang entah bagaimana bisa terjebak dengan dosennya sendiri, Leviandre. Dalam hubungan sakral yakni pernikahan.
Katanya terkait bisnis, bisnis gelap? Unit Pertahanan negara? Politik? SECRETS, mari kita lihat rahasia apa saja yang akan terkuak.


Violia said:
Demen ya pak? Tapi maaf, bapak bukan tipe gw.

And Leviandre said:
Berandalan kayak kamu juga benar-benar bukan tipe saya.


Disclaimer, cerita ini adalah cerita pertama dari sayaa, oleh karena itu isi novel ini jauh dari kata sempurna. Serta cerita ini memiliki alur yang santai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FairyMoo_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter Twelve

  Sesampainya di rumah, mereka langsung pergi ke kamar masing-masing untuk membersihkan diri, setalah itu baru Levi berencana untuk memasak makan malam untuk mereka.

  Vio turun dan berjalan kearah dapur, ia tak menemukan Levi di sana dan makanan pun tidak tersedia. Ia berjalan kearah ruang santai dan menemukan Levi duduk di sana dengan pakaian rapi dan sedang memainkan ponselnya.

  "Pak, kok ga masak? Udah laper tauu." ucap Vio. Levi berhenti dari kegiatannya dan menatap Vio, "Sana ganti pakaian kamu, kita makan di luar hari ini. Bahan masakan habis semua, saya lupa buat belanja tadi, nanti habis makan kita belanja bahan makanan." Balas Levi.

  "Beneran?! Kita makan di luar nih?!" Girang Vio. "Iya, sebelum itu ganti dulu celana kamu, cuaca sekarang lagi dingin." peringat Levi mengingat sekarang malam. "Oke-oke tunggu bentar ya!!" ucap Vio dan ia langsung berlari kearah kamarnya. Beberapa saat kemudian Vio sudah siap dan menghampiri Levi yang telah menunggunya sambil menyender di tangan sofa.

  "Yuk!" ajak Vio. "Udah? Udah saya bilang diluar dingin Vio." pasalnya Vio tak mengganti pakaiannya, ia masih memakai hoodie dengan celana pendek seperti sebelumnya, hanya saja ia menambahkan kupluk di kepalanya.

  "Udah ini, gw gabakalan kedinginan kok, tenang aja." Balas Vio sembari berjalan keluar rumah. Levi langsung menyusul Vio, tak lupa mengambil kunci mobil yang akan mereka kendarai.

  Di dalam mobil mereka sama-sama fokus pada jalanan. Pemandangan kota dimalam hari sangat indah menurut Vio di tambah lagi taburan bintang diatas sana yang membuatnya betah memandang keluar jendela mobil. "Pak kita mau makan di mana ini?" tanya Vio.

  "Saya baru saja ingin bertanya, apakah ada tempat makan yang ingin kamu kunjungi?" tanya Levi balik.

  "Terserah gw ini? Kalo gitu ada satu restoran yang ingin gw datengin!" sambut Vio dan ia langsung membukakan map di mobil itu dan mengarahkan mereka ke tempat yang ingin ia tuju. Setengah jam kemudian mereka telah sampai ke tempat tujuan.

  Levi keluar dan menatap sebuah bangunan 5 lantai didepannya. Disana tertera nama ROOSEVELT. "Disini makanannya enak?" tanya Levi saat mereka mulai berjalan beriringan dari tempat parkir menuju pintu masuk tempat itu. "Ga tau juga." balas Vio. Levi menatapnya heran.

  "Kamu ga pernah kesini?" tanya Levi lagi. "Iya. Roosevelt ini adalah sebuah restoran yang hanya dapat dikunjungi oleh pasangan, liat deh semua orang disini berpasangan." ujar Vio.

  Benar saja Levi memperhatikan sekeliling dan disana semuanya berpasangan. "Kenapa kamu membawa kita ketempat seperti ini? Kita hanya mau makan malam." tegas Levi.

  "Sekalian kali pak, kata orang-orang tempat ini banyak spot foto yang bagus apalagi di lantai paling atas, di sana pemandangannya sangat indah kita bisa melihat pemandangan indah kota di malam hari." ujar Vio menjelaskan. Mereka sampai ke meja resepsionis yang ada di samping pintu masuk.

  "Selamat datang tuan dan nona, sebelum memasuki Roosevelt pasti anda sekalian telah mengetahui bahwa tempat ini diperuntukan untuk pasangan." sambut pegawai itu ramah.

  Vio membalasnya dengan tersenyum sedangkan Levi seperti biasa memperlihatkan ekspresi datarnya. "Jadi sebelum memasuki Roosevelt bisakah anda sekalian menyebutkan status hubungan kalian?" tanya resepsionis itu ramah.

  Ia bukannya kepo ya! Begitulah sistem kerja di sana. Itu adalah salah satu teknik marketing mereka dengan menetapkan tema pasangan yang membuat khalayak ramai semakin penasaran akan tempat itu.

  "Kami pengantin baru." ucap Vio mengenggam tangan Levi dan memperlihatkan cincin pernikahan mereka. "Baik, selamat atas pernikahan kalian." ujarnya.

  Levi menatap tangannya yang digenggam Vio, ia melihat tangan Vio sangat kecil saat bersanding dengan tangannya. Levi mengalihkan pandangannya guna menahan senyumnya. Lucu menurutnya tangan Vio yang lebih kecil dari tangannya mencoba menggenggam tangannya.

  "Jadi tuan dan nona ingin menempati lantai berapa? Tiap lantai memliki harga makanan yang berbeda disebabkan tarif. Semakin tinggi lantai yang kalian tempati semakin tinggi juga tarifnya." Jelas karyawan itu. "Bisa dijelaskan lebih mba?" ujar Vio.

  "Baik. Jika anda menempati lantai pertama, anda tidak diperbolehkan naik ke lantai atas untuk sekedar melihat atau berfoto, tiap lantai memiliki spot foto yang sangat beragam dan indah. Tetapi, jika anda menempati lantai atas anda bisa dengan bebas mengunjungi lantai dibawahnya." Jelasnya.

  Baik, Kalau gitu kami ambil lantai paling atas ya." ujar Vio sembari menatap Levi dan kembali menatap pegawai di depannya itu. "Baik nona, kalian adalah pelanggan pertama hari ini yang menempati lantai paling atas. Silahkan tanda tangan disini." ujarnya menyerahkan kertas pengunjung dan pulpen kearah Vio.

  "Terimakasih Nona, tuan. Silahkan, partner saya akan mengantar anda sekalian kelantai yang dituju." ujarnya.

  Vio dan Levi mengikuti pegawai lainnya sampai mereka tiba di lantai lima. Mereka duduk di tempat paling tepi dekat dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan malam hari kota itu. Levi membuka buku menu di depannya hendak memesan sedangkan Vio sibuk menatap keluar.

  "Wah, bagus juga teknik marketing mereka. Lihat, semua menu di sini tiga kali lipat lebih mahal dari harga rata-ratanya." ujar Levi sembari memperhatikan deretan harga menu di buku menu itu.

  Vio juga langsung melihat buku menu itu. "Beneran anjir, but it's okay. Lihat ini, disini dijelaskan semua spot foto yang bisa dikunjungi di lantai bawah, liat cantik-cantik dan keren banget! ujar Vio memperlihatkan buku satu lagi di meja itu yang berisikan data di lantai bawahnya.

  "Cara ngomong kamu itu! Ga bisa lebih sopan?" tanya Levi. "Ga bisa!" sahut Vio yang masih memperhatikan buku data tadi. "Ini kamu mau makan apa?" tanya Levi hendak memesan.

  "Terserah, samain aja sama bapak, gw ga cerewet tentang makanan kok." jawabnya. Levi langsung memesan makanan lewat tablet yang ada di meja itu. Selepas itu ia menatap Vio yang sibuk dengan buku data tadi.

   Levi menatap kesamping dan melihat pemandangan kota yang indah di seberang sungai. Dikota itu memang ada satu sungai yang cukup besar yang terbentang di pusat kota. Restoran ini berada dekat dengan sungai itu jadi pemandangan kota dengan sungai itu sangat indah. Walaupun hanya 5 lantai bangunan itu cukup tinggi karena perlantainya memiliki tinggi ruangan yang lumayan.

  Bahkan pada lantai tiga dan empat didalamnya terdapat lantai atasnya juga yang menjadi tempat spot foto, yakni ruang Glasses Flower pada lantai empat dan Bubble Calor pada lantai tiga. Struktur lahan di sana juga agak tinggi disebabkan keadaan geografis.

  "Vi, kalau kamu penasaran dengan tempat ini kenapa kamu ga pergi sama teman atau pacarmu itu?" tanya Levi sambil menatap Vio. Vio menutup buku data yang mengalihkan fokusnya dari tadi.

  "Bapak kira gw punya pacar?" Tanya Vio balik. "Tidak sih, kalau kamu memang punya pacar pasti kamu tidak akan dekat dengan teman-teman lelakimu itu. Lantas kenapa ga kesini sama salah satu dari mereka aja?" tanyanya lagi.

  "Gak, males aja sama mereka." jawabnya acuh sambil mengarahkan pandangan keluar.

  Vio sibuk memotret pemandangan dengan ponselnya dan Levi hanya fokus memandang istrinya itu. Beberapa saat kemudian pelayan sudah datang dan mengantarkan makanan mereka.

  Meja itu sudah penuh dengan berbagai macam makanan. "Pak? Banyak banget pesennya?! Bapak bisa ngabisinnya?" heboh Vio melihat banyak makanan di meja mereka, sepertinya Levi hampir memesan seluruh menu yang ada disana.

  "Sekalian riset. Saya berencana untuk mengembangkan industri makanan cepat saji dan makanan beku." ujarnya. Mereka mulai menyicipi semua makanan di depan mereka, ternyata Levi memesan semua menu yang ada di restoran itu. Dari semua makanan yang ada disana hampir setengahnya tidak enak di lidah mereka. Tetapi soal minumannya semuanya benar-benar memanjakan lidah.

  "Mm! Enak banget sih minumannya!" ujar Vio. Levi sibuk mengetik di layar ponselnya, ia mencatat semua plus minus semua makanan yang telah ia cicipi. Dering telpon Levi berbunyi, ia menatap Vio. "Mama." ujarnya.

  Levi mendapatkan anggukan dari Vio dan langsung menjawab panggilan video itu.

 "Haloo menantu mama," sapa orang dilayar ponsel itu. Levi tersenyum padanya. "Levi lagi sama Vio? Mama tadi nelpon Vio ga diangkat angkat." keluhnya.

  " lIya ma, ini kita lagi makan malam diluar." balas Levi sembari memperlihatkan kameranya kearah Vio. Vio tersenyum disana. "Maaf ma ponsel Vio lagi mode silent, lupa tadi aktifin notifikasinya." ujarnya.

  "Wahh! Kalian lagi kencan nih sekarang?! Wahhh senangnya." ujar mamanya. "Mama baru pulang kerja?" tanya Vio melihat ibunya yang masih memakai blazer.

  "Iya nih, jadwal dilokasi syuting hari ini padet banget." jawabnya sembari tersenyum. "Yaampun ma, pasti capek, sebaiknya mama cepat membersihkan diri dan istirahat, mama ga boleh sakit karena kecapean nantinya. Benarkan sayang?" ujar Levi yang di ujung kalimatnya mengacu pada Vio.

  Vio yang mendengar kata sayang dari Levi untuknya cukup terkejut. Tiba-tiba jantungnya berdegup dan Vio merasakan tak enak diperutnya serta mual. Ia tersenyum kearah Levi dan mamanya. "Bener tuh! Mama Vio gaboleh sakit pokoknya!" ujar Vio tersenyum.

  "Hahaha lucunya anak-anak mama. Yaudah kalau gitu mama bersih-bersih dulu, have fun guys." ujar mamanya tersenyum sambil melambaikan tangannya. Sambungan telepon telah terputus.

  "Wah gila! Mual perut gw pak!" ucap Vio. Levi tak mengidahkan ucapan Vio. "Yaudah, kamu mau foto-foto? Ayo." ajak Levi dan langsung di anguki Vio.

  Mereka berjalan-jalan kesana kemari untuk berfoto hingga 2 jam kemudian mereka baru keluar dari tempat itu. Vio hanya mengambil beberapa foto disetiap spot fotonya, mereka lebih banyak menikmati tempatnya. Mereka saling memotret satu sama lain Levi memang menjadi juru foto Vio, dan Vio kadang-kadang mencuri foto dosennya itu.

  Mereka sudah berada dalam mobil dan dalam perjalanan pulang. Sebelum pulang mereka berencana akan mampir ke supermarket untuk menyetok makanan dirumah.

  Mereka sampai di depan supermarket dan Levi sudah bersiap ingin turun. "Ayo turun, ngapain diem aja?" tanya Levi melihat Vio yang tak bergeming.

  "Bapak aja deh pak yang belanja, gw ga ngerti, males juga." ucapnya malas.

  "Enak banget kamu, yaudah kalau tidak mau bantu saya, saya juga ga mau lagi masakin kamu nanti di rumah." ucap Levi cuek. "Ih?! Iya-iya gw bantu ni!" ujar Vio langsung keluar dari mobil.

  Mereka mendorong masing-masing satu troli belanjaan, pertama-tama mereka pergi ke deretan bumbu-bumbu dapur setelah itu lanjut membeli sayuran. "Vio, kamu ambil tomat dan wortel di sebelah sana, saya akan ke sebelah sini." ucap Levi menunjuk beberapa meter ke depan yang terlihat tomat dan wortel di sana.

   Vio mulai memasukkan beberapa tomat kedalam kantong di sana, tetapi tiba-tiba Levi datang ke sampingnya. "Benar, kamu bilang ga ngerti tadi. Tidak jadi, kita belanja sama-sama saja." ujar Levi saat melihat Vio asal memasukkan tomat.

  "Tidak begitu Vio, pilih yang seperti ini. Pilih yang segar agar lebih awet nantinya." sambung Levi lembut. Vio menatap Levi yang memilih tomat dengan cermat.

  "Apa-apaan ngomong gitu? Mau ikut trend cowo soft spoken??" batin Vio mengingat lembutnya Levi bicara tadi.

  "Vi, bantu saya jangan cuman melamun." ujar Levi menyadarkannya. Ia mulai memilih wortel yang terlihat bagus. Setelah itu mereka lanjut membeli berbagai snack dan sirup. Vio terlihat senang ia mengambil banyak snack dan berlari kesana kemari mengumpulkan snack kesukaannya.

  Ia melihat biskuit coklat yang tampak enak menurutnya di rak atas. Ia mencoba menggapainya tapi tangannya tak dapat mencapainya, saat ia berusaha menggapai benda itu sebuah tangan dengan santai mengambil snack itu dengan mudah.

  Itu adalah tangan Levi, ia berada persis di depan Vio saat dirinya berbalik. Posisi mereka cukup intim sekarang.

  "Makanya, pas masa pertumbuhan makan yang bener supaya tumbuh keatas." kekeh Levi didepan Vio. "Enak aja!!" balas Vio sambil merebut snack itu dan memasukkannya kedalam trolinya.

  Mereka lanjut membeli beberapa sirup dan beralih ke lemari pendingin dan membeli beberapa bahan yang bisa dijadikan lauk. Levi sibuk memilih berbagai macam daging sedangkan Vio memasukkan beberapa nugget dan sosis kedalam trolinya disamping Levi. "Aduhhh manisnya kalian, pengantin baru ya? Marii.." sapa ibu-ibu yang lewat di sana.

  Mereka berdua berhenti dengan kegiatannya masing-masing dan saling tatap-tatapan. Mereka berdua mulai memasang wajah datar.

  "Ga banget!" gumam Vio kembali keaktivitasnya.

  "Apanya yang manis?" gumam Levi juga kembali memasukkan beberapa daging ketroli mereka. Kedua troli itu sudah penuh, mereka berjalan beriringan menuju kasir.

  Kasir perempuan yang sedang menghitung belanjaan mereka terus-menerus melirik kearah Levi yang sibuk dengan ponselnya, Vio melihat itu entah kenapa merasa tak enak dan agak... kesal.

  Setelah selesai berhitung kasir tersebut menawarkan beberapa promo pada Levi dengan nada bicara lemah lembut.

   Vio menatap dingin pada kasir tersebut, ngapain bicara seperti itu pikirnya. Padahal bicara sopan dan lembut pada pelanggan tidak ada salahnya. Vio melihat Levi yang merespon baik kasir itu.

  Entah kenapa ia tak suka berada di sana, ia langsung keluar meninggalkan Levi yang kebingungan dan mengarah ke mobil, ia langsung masuk kesana. Syukur saja pintu mobil tidak terkunci.

  Beberapa saat kemudian Levi keluar dari sana dengan meneteng masing-masing dua kantong besar di tangannya dan dibelakangnya terlihat kasir perempuan tadi yang juga meneteng dua kantong di kedua tangannya.

  Kasir itu membatu Levi membawakan belanjaannya kemobil. "Terimakasih atas bantuannya." ucap Levi kepada kasir tersebut.

  "Ah, tidak masalah tuan, datang kembali ya." ucapnya. Levi memasuki mobil dan kasir itu langsung kembali kedalam.

  Levi menatap orang disampingnya yang memasang wajah kesal. "Kamu kenapa ninggalin saya sih? Udah tau belanjaan kita banyak bukannya bantuin saya bawanya malah pergi gitu aja." tanya Levi sambil melihat Vio.

  "Yaudah sih, itu juga udah dibantuin mba kasir yang cantik." balasnya. "Ya iya, syukur aja dia nawarin bantuan ga kayak kamu yang ninggalin saya." balas Levi lagi sembari mulai menjalankan mobil itu.

  "Iya! Iya! Dia gak kek gw! Iya!" kesal Vio.

  Entah kenapa ia merasa moodnya acak-acakan saat itu, ia hanya menduga bahwa itu efek karena ia sudah memasuki jadwalnya haid.

  "Kenapa sih kamu?" heran Levi dan Vio tak lagi menjawabnya, ia hanya diam menatap keluar hingga datang kerumah.

...»»---->To Be Continued<----««...

...Helloo~ ketemu lagi di chapter ke dua belass...

...Anggep aja diluar lagi gelep😔...

...Bye byee~ see you in next part👋🏻...

1
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍 salam kenal 🙏
Ryo_Zanuel???
semangat yaw dari gw, jangan putus asa dan teruslah mengupgrade ceritanya, gw yakin lo bisa 💪
FairyMoo_: omg Thanks😫🙏🏻
total 1 replies
FairyMoo_
Tinggalkan komentar kalian disini ya~
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!