NovelToon NovelToon
Empat Istri Lima Sekarat

Empat Istri Lima Sekarat

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Playboy / Pengantin Pengganti Konglomerat
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Askararia

Di sebuah kota di negara maju, hiduplah seorang play boy stadium akhir yang menikahi empat wanita dalam kurun waktu satu tahun. Dalam hidupnya hanya ada slogan hidup empat sehat lima sempurna dan wanita.

Kebiasaan buruk ini justru mendapatkan dukungan penuh dari kedua orang tuanya dan keluar besarnya, hingga suatu saat ia berencana untuk menikahi seorang gadis barbar dari kota tetangga, kebiasaan buruknya itu pun mendapatkan banyak cekaman dari gadis tersebut.

Akankah gadis itu berhasil dinikahi oleh play boy tingkat dewa ini? Ayo.... baca kelanjutan ceritanya.....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Askararia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

1

  "Empat sehat, lima sempurna" adalah slogan hidup dari seorang lelaki muda bernama Austin, namun tak seperti arti slogan yang biasa kita artikan dari kalimat diatas, bagi Austin empat sehat dan lima sempurna ini artinya dia harus memiliki lima dari benda, barang, hewan atau bahkan manusia yang dia sukai, misalnya gantungan kunci yang dihiasi dengan karakter Spongebob, kartun favoritnya sejak ia berusia lima tahun.

  Austin selalu memiliki lima benda yang sama atau mirip dan kini kebiasaan itu telah membawanya pada pemikiran yang dimana bertujuan untuk menikah dengan lima gadis dari beberapa kota besar di negaranya tersebut.

***

  "Nadia, bersihkan rumah, Mama mau pergi ke pasar sebentar!" Ucap Rina sambil melangkah keluar dari rumahnya, meninggalkan anak sulungnya yang bernama Nadia diruang tamu.

 "iya, Ma!" Jawab Nadia pelan tanpa menoleh pada Rina yang kini berjalan halaman rumah, menunggu angkot yang akan membawanya pergi ke pasar pagi itu.

   Sebagai anak pertama dari tiga bersaudara yang terdiri dari satu anak perempuan dan dua anak laki-laki kembar itu, Nadia sudah terlatih menjadi anak yang rajin dan penuh tanggungjawab, rumah itu selalu bersih dan rapi berkat jasa gadis berusia dua puluh empat tahun itu.

  "Kak, aku mau makan, ikannya bisa ku makan dua potong?" Tanya Ardi dari dapur sembari membawa piring dikedua tangannya.

 "Iya.... " jawab Nadia yang lagi-lagi tak menoleh pada adik pertamanya tersebut.

 "Oke!" Seru Ardi lalu kembali melangkah kedalam dapur.

   Satu persatu butiran mutiara yang telah dilubangi itu dengan cekatan dirajut kedalam sehelai benang nilon berwarna putih itu hingga dibentuk menjadi sebuah kalung, gelang atau anting sesuai dengan imajinasi yang ada didalam benak Nadia. Baru beberapa menit ia melakukan pekerjaan tambahannya tersebut, tiba-tiba terdengar sebuah suara benda yang terjatuh dari arah dapur.

  Trangg trangg trangg trangg

  Kuali diatas kompor jatuh dan daging ayam dengan kuah kari itu berserak diatas lantai, Nadia mematung sejenak, matanya melirik kearah dapur dimana saat ini Ardi berdiri dengan jantung berdegup kencang.

 "ARDIIIIIII!" Sebuah teriakan terdengar menggema di seluruh ruangan dirumah itu, Arda (saudara kembarnya Ardi) segera berlari dari kamarnya menuju ruang tamu dimana saat ini kakak tertua dan Papanya berada.

  "Pa, selamatkan Ardi!"

 "Papa tidak berani Arda, kau tahu sendiri bagaimana Kakakmu kalau sudah marah, jangankan Papa, harimau saja bisa ciut didepannya!" Ujar Mario.

 Nadia mulai meletakkan benang nilonnya, perlahan beranjak dari sofa lalu menghampiri Ardi kearah dapur.

 "Kakkkk!" Panggil Ardi dengan suara pelan, terdengar lemas dan penuh ketakutan, selayaknya anak ayam yang baru saja terpisah rombongannya.

"Pungut, bersihkan lantainya, cuci kualinya!" Ucap Nadia pelan, kali ini ia tidak berteriak, justru dengan tenang memberitahu adiknya tentang hal apa saja yang harus dilakukannya selanjutnya.

  Ardi memegangi jantungnya yang hampir melompat keluar dari dadanya, ditatapnya belakang punggung Nadia, gadis itu berjalan kembali ketempat duduknya, melanjutkan pekerjaannya yang tertunda beberapa menit lalu.

   "Astaga, apa yang terjadi dengannya?" Batin Ardi mengerutkan keningnya, namun sebelum ia benar-benar merasa lega, ia bergegas membersihkan tumpahan lauk diatas lantai lalu mencuci piring diatas wastafel.

  "Ardi, tolong sekalian cucikan piring diatas wastafel yah!" Ucap Nadia sedikit berteriak.

 "Ii... iya... Kak" Jawab Ardi gugup.

   Adapun Mario dan Arda yang duduk di hadapan Nadia saling bertukar pandang, tak biasanya Nadia berbicara selembut sebelumnya.

  "Aneh, apa kepala anak ini baru saja terbentur kapal atau bagaimana?" Mario berbicara dalam hati.

 Ting

  Nadia merogoh kantong celananya, di layar biru itu tampaknya sebuah pesan baru saja dikirim oleh pacarnya, Austin.

 "Sayang, maaf aku tak bisa pergi denganmu malam minggu ini, aku ada urusan mendadak!"

  Nadia menghela nafas panjang, menggelengkan kepalanya lalu membalas pesan teks dari pacarnya tersebut.

  "Yasudah, tidak apa-apa. Kita boleh pergi lain waktu!"

  Setelah membalas pesan Austin, ia kembali membuat kerajinan tangan dari bola-bola mutiara itu, memotret beberapa kerajinan yang sudah selesai lalu mengunggahnya pada akun belanja daring yang sedang ramai dipakai oleh khalayak umum.

   Sepersekian menit ruangan itu masih hening, suasana tak biasa itu justru membuat Mario dan kedua anak kembarnya merasa aneh dengan perubahan sikap Nadia hari ini.

  "Aku mau mengirim paket-paket ini ke kurir, tolong bersihkan rumah, nanti aku bawakan martabak untuk kalian!" Ujar Nadia begitu ia keluar dari kamarnya sembari membawa sekantong besar kerajinan tangannya yang dipesan oleh beberapa orang dari akun media sosialnya.

  "Iya..., Kak... aku dan Arda akan membersihkan rumah, Kak Nadia hati-hati ya!"

 Nadia memasang wajah serius, ia menatap kedua adik dan Papanya yang tampak memasang wajah tegang.

 "Kalian ini kenapa sih? Kayak habis ngelihat setan saja!" Kesalnya lalu beranjak keluar, dihalaman rumah yang tak begitu mewah itu telah terparkir sebuah motor matic berwarna pink miliknya, dengan motor itu ia mengantar paket yang berisi kerajinan tangannya.

  Disisi lain saat ini Austin sedang menyemprotkan parfum di seluruh pakaiannya, aroma parfum Dunhill blue itu memiliki aroma romantik dan segar yang dapat memberikan kesan maskulin pada lelaki berusia dua puluh lima tahun tersebut.

 Ceklek

  Suara kenop pintu, Austin keluar dengan jaket berwarna coklat yang terbuat dari kulit premium itu. Rumah luas dan mewah bernuansa kerajaan itu terlihat seperti sebuah mansion dengan beberapa furnitur mahal yang berkilauan dibeberapa sudut ruangannya, yang tentunya sangat jauh berbeda dengan rumah pacar, Nadia.

  "Ma, minta uang!" Seru Austin dari tangga.

    Wanita paruh baya bernama Erlina itu tampak tersenyum pada anak semata wayangnya, Austin berjalan semakin mendekat, memeluk dan mencium pipi Erlina dengan lembut.

  "Mau uang berapa sayang?"

  "Lima juta saja!" Jawab Austin tersenyum, merapikan kembali rambutnya yang terlihat masih setengah kering.

  Bagi Erlina, Austin adalah harta paling berharga di hidupnya, sejak anak semata wayangnya itu masih berumur belia, ia sudah mendapatkan cukup banyak cinta dan perhatian, disayangi dan dimanjakan bahkan tak sekalipun permintaannya ditolak.

  "Hahaha, Papa sudah menebaknya, entah mengapa kau ini suka sekali dengan angka lima, apa menurutmu itu adalah angka keberuntungan mu?" Tanya Agus.

  "Papa, bisa saja.... "

 "Ini, Papa beri lima juta, hemat-hemat, jangan terlalu borossss!" Agus merogoh dompetnya, uang lima juta bukanlah hal kecil baginya.

   Senyum mengembang di wajah Austin sebab keinginannya selalu terpenuhi sejak dulu, setelah menerima uang itu, Austin bergegas berangkat kekampus menggunakan motor Ducati Panigale V4 R berwarna merah itu. Motor yang ia dapatkan telat dihari ulang tahunnya pada dua bulan lalu.

  Motor Ducati merah itu berhenti diparkiran, Harry datang menghampirinya dari arah belakang sambil membawa sepotong roti ditangannya.

  "Wihhh, motor baru...., jaket juga baru.... " ucap Harry menepuk bahu Austin.

  "Pacar baru juga..... hahahaha "

  "Hah?"

  Harry terdiam dengan mulut menganga, ia mematung menatap Austin yang bergegas pergi dari parkiran sambil bersiul, katanya liar menatap gadis-gadis cantik yang dilewatinya, sesekali matanya berkedip, tangannya mengurai pelan rambut panjang gadis-gadis itu.

  "Astaga, Austin.... kau ini kan sudah punya pacar, cantik dan pintar mencari uang, kenapa masih mencari yang baru lagi?" Batin Harry menggelengkan kepalanya.

  Harry kembali berjalan mengejar Austin hingga sampailah mereka di sebuah ruangan tempat mereka dan teman-teman mereka yang lainnya berkumpul.

  "Hai sayang!"

  "Haiiiii!"

  Austin melambaikan tangannya pada Laura, pacar keduanya yang dimana Laura adalah sahabat dekat dari pacar pertamanya yaitu Nadia.

  "Harry, kenalin ini pacar baruku, Luara!"

  "Laura, ini teman dekatku namanya Harry!" Austin memperkenalkan keduanya.

   Harry dan Laura saling bertukar senyum dan berjabat tangan, semua orang disana tampak senang dengan perkenalan keduanya. Harry menggaruk kepalanya beberapa saat, melirik pada teman baiknya Austin lalu menarik tangannya.

"Teman-teman, sebentar ya.... " ucapnya tersenyum.

"Apa yang kau lakukan, Harry?"

"Seharusnya aku yang bertanya, Austin. Apa yang baru saja kau katakan? Apa kau dan Nadia sudah putus sampai kau berpacaran dengan gadis itu, tapi meskipun begitu, kau seharusnya tidak langsung pacaran, apa kau tidak memikirkan perasaan Nadia sama sekali? Kalian kan sudah pacaran selama dua tahun lebih, jadi bersikaplah sedikit lebih dewasa Austin!" Ujar Harry geram sambil memarahi teman baiknya tersebut.

Namun bukannya sadar akan kesalahannya justru Austin tertawa terbahak-bahak hingga membuat Harry kesal yang berujung menatap dirinya dengan tajam.

"Hahahahaha!"

"Owhhh maaf, maaf!"

"Kau ini lucu sekali, aku tidak mengatakan kalau aku dan Nadia sudah putus, kau tidak ingat apa yang kukatakan diparkiran tadi? Pacar baru...., pacar lama masih ada... tapi disimpan dihati dulu!"

"Apa? Bisa-bisanya kau bicara seperti itu, Austinnnn!"

"Ahhhhk kau ini, seperti tidak tahu saja, aku ini kan play boy internasional, hidup setia pada satu wanita? Astaga.... itu bukan tipeku!"

Brakkk Brakkkk Brakkkk

"AAAAAAA, SIAPA YANG SUDAH BERANI-BERANINYA MELEMPAR SAMPAH MINUMAN INI KEPADAKU?"

"Hai, internasional play boy!"

1
emili19
Baca cerita ini jadi penghilang suntukku setiap hari
Askararia: Wahhh, makasih banyak yah Kak, senang membaca komentar positifnya, saya akan terus berusaha membuat ceritanya semenarik mungkin 🥰
total 1 replies
Anrai Dela Cruz
Duh, hati rasanya meleleh.
Askararia: Terimakasih atas komentarnya ya kak, kalau kayak gini makin semangat deh nulisnya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!