Setelah bertahun-tahun pasca kelahiran pangeran dan putri bungsu, mereka tetap berusaha mencari pelaku pembunuh sang ratu. Hidup atau mati! Mereka ingin pelakunya tertangkap dan di hukum gantung!Dapatkah para pangeran dan putri menangkap pelakunya?
*update setiap Minggu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mailani muadzimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pangeran Tidur
Setelah itu, di seluruh Kerajaan Dandelion tersebar kabar bahwa Pangeran Ketiga, Liam Elle de Dandelion sedang tidak sadarkan diri karena demam tinggi akibat kekuatan spiritnya yang terlalu kuat, juga karena penyakit asmanya yang sangat parah.
Berkat berita itu, Liam menjadi populer dan digadang-gadang sebagai calon pengendali spirit terhebat abad ini, sebab kekuatan spiritnya yang sangat besar dan kuat. Berita menyebar dengan cepat, seluruh benua jadi mengetahui hal itu, sampai kerajaan lain meminta agar Liam ikut ke kerajaan mereka dan menjadi Guardian di sana.
"Sayang sekali jika Yang Mulia Pangeran Liam tidak melatih bakat pengendalian spiritnya dengan baik. Seperti yang Baginda ketahui, Kerajaan Rosalia terkenal dengan pengendalian spiritnya yang mumpuni, kami mencetak banyak pengendali spirit. Sudah pasti Pangeran Liam akan menjadi Guardian Agung jika berada di bawah bimbingan kami." ucap seorang utusan dari Kerajaan Rosalia, dia adalah Gladius Penzel.
Raja Finn menatapnya jeri, "jadi maksudmu, Kerajaan Dandelion tidak bisa membimbing Liam dalam melatih kemampuan pengendalian spiritnya?" cecar Raja Finn kesal.
Penzel berkeringat dingin. Jelas dia salah bicara. "Ti-tidak, Baginda. Siapapun juga tahu kalau Kerajaan Dandelion juga mempunyai pengendali spirit yang luar biasa, tapi sangat baik jika Pangeran Liam berlatih dengan Kerajaan lain untuk mengembangkan kemampuannya." bujuk Penzel nyaris gagap.
"Liam tidak butuh latihan dengan kerajaan lain." ucap Raja Finn tegas.
"Tapi Baginda, bagaimana jika Pangeran Liam ditanya lebih dulu? Kita tidak tahu apa yang beliau inginkan, bukan? Bagaimana jika sebenarnya Pangeran Liam ingin mengasah kemampuannya dengan berlatih bersama teman sebayanya?" bujuk Penzel lagi, kali ini dia kelihatan seperti memaksa.
"Aku lebih tahu apa yang diinginkan putraku. Dia tidak butuh pelatihan dengan orang lain. Sudah cukup baginya berlatih dengan para pengendali spirit yang ada di Kerajaan Dandelion." jawab Raja Finn lagi. Kali ini Raja Finn sudah merasa sangat jengkel.
"Tidakkah Baginda melihat niat tulus dari Kerajaan Rosalia? Bagaimana jika kita menunggu Pangeran Liam sadar dulu, agar kita bisa dengar keputusannya sendiri." tawar Penzel tanpa ragu dan dengan percaya diri.
"Gladius Penzel." ucap Raja Finn tajam.
Penzel tersentak. Mendengar Raja Finn menyebut namanya saja sudah membuat dia merinding, seolah Raja Finn ingin menebas kepalanya saat itu juga.
"Apa kau tidak mengerti bahasa manusia? Sudah kukatakan bahwa Liam tidak perlu berlatih dengan kerajaan lain. Jika tidak ada yang ingin disampaikan lagi, silakan keluar dari sini." sambung Raja Finn. Sorot matanya tajam dan membuat Penzel menciut.
Penzel segera membungkuk dan mengucapkan salam. "Segala keagungan dan berkat pada Baginda Dandelion."
Penzel pun meninggalkan ruang singgasana raja sambil tergopoh-gopoh.
Raja Finn merasa sangat kesal dengan tingkah Gladius Penzel barusan. Dia berdecak dan menatap tajam punggung Gladius Penzel sampai orang itu benar-benar meninggalkan ruang singgasana.
"Siapa lagi yang akan menghadap?" tanya Raja Finn pada ajudannya, Lysander.
"Marquess Westin, Baginda."
"Suruh dia pulang. Kunjungan kali ini sudah selesai." titah Raja Finn.
Lysander menurut. Dia segera menyampaikan pesan Raja Finn pada para pejabat lain di luar agar pulang, dan kembali besok saja.
Lysander tahu betul bahwa suasana hati Raja Finn jadi memburuk karena Gladius Penzel barusan. Jika para utusan itu tetap menghadap, Lysander tidak bisa menjamin keselamatan kepala mereka.
***
Sejak kejadian itu, semakin banyak orang yang datang untuk "meminang" Liam agar mau menjadi Guardian di kerajaan mereka. Raja Finn tidak bisa merelakan putranya yang bertubuh lemah dan sakit-sakitan itu berada di tanah orang. Liam membutuhkan keluarga di sampingnya, selain itu, Raja Finn memang termasuk orang tua yang protektif.
"Mulai sekarang siapapun yang datang ke istana dengan tujuan ingin membawa Liam ke kerajaan mereka, akan dipenggal. Sampaikan berita ini pada masyarakat dan para keparat yang ingin merebut putraku." ucap Raja Finn geram.
"Baik, Baginda. Saya akan segera menyampaikan pengumuman itu." jawab Lysander.
***
Akan tetapi, bukannya mereda, Liam justru semakin populer. Kini dia disebut-sebut sebagai anak kesayangan Raja
Akhirnya, demi meredakan kehebohan masyarakat tentang kekuatan spirit Liam, Raja Finn mengadakan sayembara bagi siapapun yang bisa membuat Liam sadar akan diberikan imbalan lima juta koin dandel.
Dandel adalah mata uang Kerajaan Dandelion, dengan satu dandel orang-orang bisa membeli sepotong roti. Meski Raja Finn sudah tahu kenyataan bahwa yang bisa menyadarkan Liam kembali adalah dengan memasukkan kekuatan suci, dia tetap mengadakan sayembara itu semata-mata untuk meredakan rumor tentang kehebatan kekuatan spirit Liam.
Berbondong-bondong dokter dari berbagai kalangan datang ke istana untuk menyadarkan Pangeran Liam yang sudah seperti Pangeran Tidur. Akan tetapi, tentu saja tidak ada seorang pun yang bisa menyadarkan dia, mereka tidak tahu penyebab Liam tidak sadarkan diri. Di saat yang hampir bersamaan, kabar kehamilan Ratu Harika terdengar setelah sebulan Liam tidak sadarkan diri.
Koran kerajaan memuat berita bahwa Ratu Harika sekaligus permaisuri Raja Finn sedang mengandung, seluruh kerajaan bersuka cita mendengar kabar itu. Rakyat Dandelion menantikan kehadiran seorang putri yang akan menjadi pengendali spirit terhebat, calon bunga kerajaan. Semua orang sibuk membicarakan itu dan nyaris melupakan Pangeran Ketiga yang masih belum sadarkan diri.
“Ini akan menjadi kejutan untuk Liam nanti,” ucap Ratu Harika.
“Ya. Dia pasti akan sangat senang kalau mendengar akan menjadi kakak.” Raja Finn setuju.
“Liam sudah seperti Pangeran Tidur. Bangun-bangun dia sudah menjadi calon kakak…” Ezra menimpali.
“Kira-kira bagaimana reaksi Liam nanti, ya…” ucap Zayden.
Mereka tertawa mendengar celetukan Zayden. “Dia pasti sangat terkejut.” sahut Ratu Harika.
“Liam… cepatlah sadar…” panggil Ezra dengan nada menggoda.
***
Hari-hari berlalu begitu saja, semakin banyak orang yang datang untuk mencoba menyadarkan Pangeran Ketiga, namun memang tidak ada yang berhasil. Tentu saja orang-orang yang diizinkan untuk mencoba mengobati Liam adalah orang pilihan Raja Finn dan Guardian, selain itu, orang dengan niat jelek tidak akan pernah sampai ke istana berkat kubah pelindung jingga.
***
Setelah sekian bulan, hari yang ditunggu akhirnya tiba, di pagi pertama bulan ketiga, pukul sepuluh.
Guardian sedang melakukan rutinitasnya memasukkan kekuatan suci ke dalam tubuh Liam. Lima belas menit setelah itu, Liam akhirnya sungguhan membuka matanya. Mata birunya tampak cerah dan dia kelihatan lebih segar dibanding hari-hari sebelumnya, demamnya pun sudah benar- benar turun. Hal pertama yang Liam lihat adalah wajah Guardian yang berseri-seri, hidungnya mancung dan matanya berwarna hijau. Wajah Guardian yang teduh seiras dengan jubah putih bercorak emas yang dipakainya.
“Akhirnya anda sadar juga, Yang Mulia Pangeran Liam.” sambut Guardian sambil tersenyum.
Liam diam saja mendengarnya, dia ingin mencoba duduk.
“Tidak, jangan langsung duduk, Pangeran. Tubuh anda butuh penyesuaian dulu karena baru sadar setelah dua bulan.” ucap Guardian hangat.
Melihat Tuan yang dilayaninya sudah sadar, Lyrien sangat senang, dengan wujud anak serigalanya, dia menjilat pipi Liam karena sangat gembira.
“Aku sangat senang karena kau
sudah sadar, Liam.” ucap Lyrien.
Liam tersenyum mendengar ucapan Lyrien, dia mengusap lembut kepala Lyrien.
Tidak hanya Lyrien, Gideon segera melapor pada Raja Finn dan Ratu Harika. Mereka berdua segera menyongsong ke kamar Liam dan memeluk putra mereka dengan suka cita.
“Mama sangat senang karena Liam sudah sadar.” ucap Ratu Harika sambil mencium pipi Liam.
“Mama tidak apa-apa?” tanya Liam khawatir.
“Ya, lihatlah Mama sangat bugar! Ini semua berkat Liam yang selalu mendoakan Mama. Bahkan adik Liam juga ikut gembira.”jawab Ratu Harika sambil tersenyum.
“Adik?” ulang Liam, dia menatap kedua orang tuanya dengan polos.
“Iya, Liam. Kau sebentar lagi akan jadi kakak…” bisik Ratu Harika.
Mata Liam membulat dan berbinar-binar. “Sungguh? Aku akan jadi kakak?”Ratu Harika mengangguk sambil tersenyum gembira.
“Hore!!” seru Liam senang. Dia nyaris mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan lupa dengan selang infus yang masih terpasang di tangannya.
“Yang Mulia, tolong jangan mengangkat tangan anda terlalu tinggi. Tangan anda masih diinfus…” tegur Cedric yang juga ada di sana.
“Mama, aku senang sekali mendengarnya. Boleh aku pegang adik?” tanya Liam polos, dia mengabaikan Cedric.
“Ya, tentu saja. Tapi dia masih kecil, jadi Liam belum bisa merasakan gerakannya.” Ratu Harika menuntun tangan Liam yang masih diinfus untuk memegang perutnya. Liam sangat antusias, sebab sudah lama dia ingin punya adik. Bagi Liam, ini adalah saat yang membahagiakan karena bisa melihat Mamanya sehat dan mendengar kabar tentang kehadiran adiknya.
“Bagaimana Cedric? Apakah ada efek lain selain lemah?” tanya Raja Finn.
“Tidak, Baginda. Untuk sementara, Pangeran Liam harus latihan jalan sesekali agar otot-otot kakinya kembali kuat untuk berjalan.” jawab Cedric.
“Guardian? Apakah ada efek lain?” tanya Raja Finn lagi.
“Tidak. Kekuatan spirit dan tenaga Pangeran Liam sudah kembali normal, namun jika Pangeran Liam menggunakan kekuatan cahaya pemulih lagi, maka kondisinya akan kembali seperti kemarin. Untuk itu, sekarang jangan dulu menggunakan kekuatan spirit dengan jumlah yang besar.” jelas Guardian.
“Baguslah. Terima kasih atas kerja sama dan bantuan kalian.” ucap Raja Finn ramah pada Cedric dan Guardian.
“Senang rasanya karena Pangeran Liam sudah sadarkan diri.” respon Cedric dan Guardian bersamaan.
Usai berbincang-bincang sedikit dengan Raja Finn, Guardian dan Cedric pun kembali ke tempat mereka. Sorenya, ketika Zayden dan Ezra pulang dari akademi, mereka jelas menghampiri Liam di kamarnya yang masih memakai infus.
“Liam. Akhirnya kau sadar juga, ya… kakak sangat lega melihatmu kembali ceria.” ucap Zayden.
“Dasar kau ini. Kau pikir kau itu Pangeran Tidur, ya? Aku khawatir sekali karena kau tidak sadar-sadar.” Ezra menimpali sambil mengusap kepala Liam.
“Terima kasih karena mengkhawatirkan aku, Kak Zayden, Kak Ezra.” jawab Liam malu-malu.
“Kau sudah dengar kabar kan? Mama mengandung. Kita akan jadi kakak,” sahut Ezra antusias.
“Ya! Aku sudah dengar tadi pagi. Keren sekali, akhirnya aku punya adik!” seru Liam semangat.
Zayden tersenyum, “besok kita akan piknik untuk merayakan Liam yang sudah sadar. Jadi kalian berdua tidak boleh begadang, ya. Terutama kau, Liam.” ucapnya.
“Iya, kau harus tidur lebih awal malam ini.” sambung Ezra.
“Baik!” jawab Liam semangat.
***
Malamnya, mereka sekeluarga makan malam bersama di meja makan. Sebelum itu tentu saja ada drama Liam yang kakinya lemas dan memaksa ingin jalan sendiri. Baru turun dari ranjang saja, dia sudah mau jatuh.
“Yang Mulia, sebaiknya saya gendong saja, ya.” bujuk Gideon. Tanpa menunggu jawaban Liam, Gideon langsung menggendong Liam dan membawanya ke meja makan.
Liam juga tidak banyak protes, dia ingin cepat-cepat makan bersama Mamanya.
“Liam!” panggil Ezra riang saat melihat Liam datang bersama Gideon.
“Eh, kenapa wajahmu memerah?? Kau demam lagi?” tanya Zayden sambil memegang kening Liam.
“Ti-tidak, Kak. Aku hanya malu karena sepanjang koridor tadi para pelayan dan dayang memperhatikanku saat digendong Gideon…” jawab Liam dengan suara yang pelan.
Mendengar jawaban Liam, mereka tertawa.
“Tidak apa-apa, Liam. Mereka memperhatikanmu karena senang kau sudah sadar setelah dua bulan…” ucap Raja Finn menenangkan.
“Benar, Liam. Jadi tidak perlu malu, ya?” sambung Ratu Harika sambil mengusap kepala Liam.
Liam mengangguk, “I-iya…” katanya.
Makan malam hari itu sangat menyenangkan. Liam disuapi Ratu Harika dan mereka semua menghabiskan makan malam dengan baik. Malam itu pula Liam dibacakan dongeng oleh Ratu Harika sampai dia tertidur.
***
Tanpa terasa, langit pun sudah cerah dan sinar matahari masuk ke dalam kamar Liam. Ini hari yang cerah untuk piknik. Liam terbangun karena cahaya matahari mengenai wajahnya lewat gorden jendela yang sudah dibuka.
“Anda sudah bangun, Yang Mulia Pangeran.” sambut beberapa dayang saat melihat Liam bangun.
“Yang Mulia, ayo kita bersiap. Hari ini kan anda ada piknik bersama Raja dan Ratu…” ucap pengasuh Liam, dia adalah Lilian Elif.
Liam bangun sambil mengucek matanya, dia membiarkan para dayang dan pengasuhnya membantu dirinya bersiap-siap. Usai sarapan, Liam bermaksud menemui keluarganya yang mungkin telah menunggu.
“Lilian, hari ini aku mau coba jalan sendiri.” ucap Liam percaya diri.
Akan tetapi, ternyata kaki Liam belum kuat, dia lagi-lagi terjatuh. Untungnya, sebelum benar- benar jatuh, Lilian menangkapnya.
“Memang lebih baik saya gendong saja, Yang Mulia. Anda tidak boleh memaksakan diri.” sahut Lilian sambil menggendong Liam.
“Bukankah aku berat?” tanya Liam.
“Tidak, Yang Mulia. Anda ringan seperti bulu,” jawab Lilian sopan.
“Tapi aku kan sudah sepuluh tahun, bukan bayi lagi.” ucap Liam serius.
“Bagi saya, anak usia sepuluh tahun seperti anda masih ringan.” jawab Lilian lagi.
Liam tertawa mendengarnya, “ya sudah. Gendong aku sampai ke kereta kuda.”
Di luar kamar, tentu saja mereka bertemu dengan Gideon, ksatria pengawal Liam.
“Biar saya saja yang menggendong Yang Mulia, Lilian.” tawar Gideon.
“Tidak mau. Hari ini aku mau digendong Lilian,” sahut Liam sambil mengeratkan pegangannya pada Lilian.
Lilian tertawa mendengarnya. Gideon menurut, dia agak kaget sebenarnya mendengar kalimat
Liam barusan, “Baiklah Yang Mulia. Kalau begitu saya akan mengikuti dari belakang.” katanya.
Anak-anak memang sulit ditebak, itulah yang dipikirkan Gideon saat melihat Liam.
Mereka tiba di tempat kereta kuda dan tentu saja langsung berangkat setelah Liam datang. Tidak jauh tempat piknik mereka, hanya di Bukit Hijau yang ada di pinggiran kota. Itu adalah tempat yang asri dan nyaman untuk piknik, pohon-pohon tumbuh subur, rumput dan bunga-bunga juga dirawat dengan baik oleh penjaga bukit. Tentu saja di sana banyak bunga dandelion yang menjadi ikon kerajaan ini. Piknik hari itu berjalan lancar dan menyenangkan, Zayden, Ezra, dan Liam bahkan membeli buah sate di pasar. Mereka mampir ke butik juga untuk membeli gaun untuk Ratu Harika, juga tidak lupa membeli perlengkapan calon adik mereka.
Piknik itu ditutup dengan makan malam bersama di sebuah restoran khusus bangsawan. Itu sungguhan waktu yang menyenangkan bagi Zayden, Ezra, dan Liam. Tentu saja juga menyenangkan bagi Raja Finn dan Ratu Harika. Jarang-jarang mereka bisa menghabiskan waktu keluarga seperti ini sebab Raja Finn selalu sibuk dengan urusan negara, hari ini Lysandre yang menggantikan Raja Finn mengisi dokumen.
Bagi Lysandre, sesekali meringankan tugas raja adalah tugas yang harus dia lakukan. Piknik dan jalan-jalan mereka hari itu ditutup dengan melihat festival kembang api yang diadakan oleh warga secara kecil-kecilan untuk menyambut sadarnya Pangeran Liam dan kehamilan Ratu Harika.
Tidak terasa bulan sudah semakin tinggi, ini adalah saatnya bagi Raja dan keluarganya untuk kembali ke istana. Dilihat-lihat, Liam dan Ezra sudah mengantuk, sementara Zayden kelihatan sudah penat. Mereka pun menaiki kembali kereta kuda. Di dalam kereta kuda, Ezra dan Liam duduk bersama Ratu Harika, sedangkan Zayden bersama Raja Finn. Mereka hadap-hadapan.
“Bagaimana piknik dan jalan-jalannya? Apakah kalian suka?” tanya Ratu Harika.
“Kami sangat suka. Besok-besok ayo kita piknik dan jalan-jalan lagi!” jawab mereka bertiga kompak.
Ratu Harika tertawa, “tentu saja, nanti kita akan piknik lagi. Ya, kan, Papa?” ucapnya.
“Iya, tentu saja kita akan piknik dan jalan-jalan lagi.” jawab Raja Finn sambil tersenyum.
Di dalam kereta mereka bercakap-cakap membicarakan keseruan piknik dan jalan-jalan tadi, hingga tanpa sadar, Liam tertidur di paha Ratu Harika. Begitu pula dengan Ezra yang tertidur, kepalanya disandarkan ke bahu Ratu Harika. Zayden pun juga tertidur di bahu Raja Finn.
“Setelah banyak mengobrol dengan ceria, mereka malah tertidur seperti ini…” ucap Raja Finn sambil memegang kepala Zayden agar tidak terantuk dinding kereta kuda saat mereka melewati jalan yang tidak rata.
Ratu Harika tersenyum, “anak-anak memang gampang tertidur kalau sudah capek, kan?” katanya.
“Kau benar.” Raja Finn setuju.
Beberapa saat kemudian, mereka tiba di istana. Zayden dan Ezra terbangun karena keretanya berhenti.
“Apa kita sudah sampai?” tanya Zayden sambil mengucek matanya.
“Iya, kita sudah sampai, nak. Ayo turun.” ajak Raja Finn sambil menggendong Liam yang masih tertidur di paha Mamanya.
Zayden turun duluan, disusul Ezra lalu Ratu Harika. Zayden tidak lupa membantu Mamanya turun dengan melakukan escort.
“Putra Mama tidak lupa melakukan escort meski sedang mengantuk, ya.” goda Ratu Harika.
“Tentu saja. Untuk Mama aku pasti ingat,” jawab Zayden semangat.
Sementara itu Ezra menguap terus, “ngantuknya… ini jam berapa?” pikir Ezra sambil mengucek matanya. “Kyrus…” panggil Ezra pelan.
Dalam sekejap, Kyrus datang dengan wujud manusianya, dia langsung mengerti maksud Ezra.
Tentu saja Ezra minta digendong sampai ke kamarnya karena dia sudah terlalu mengantuk untuk berjalan sendiri.
“Ah, Kyrus. Untung kau datang. Bawa Ezra ke kamarnya, ya. ” ucap Raja Finn.
“Baik, Baginda.” jawab Kyrus. Ezra digendongannya sudah tidur lagi.
Melihat Raja Finn yang menggendong Liam yang tertidur, Gideon tentu saja menawarkan diri agar dia saja yang menggendong, namun Raja Finn menolak.
“Tidak usah. Biar aku saja yang menggendongnya…” ucap Raja Finn tegas.
Zayden telah kembali ke kamarnya dan langsung tidur begitu melihat kasur. Sementara Raja Finn langsung menyelimuti Liam begitu sampai di kamarnya, Liam sama sekali tidak terbangun sebab Raja Finn menggendongnya dengan lembut dan penuh kasih sayang.
***